Minggu, 11 Januari 2009

Jangan Lupa Pakai Helm!!

Hari ini selasa yang setengah cerah setengah mendung. Entah mengapa matahari menjadi benda langit yang kehilangan kejantanannya dan lebih memilih menutupi mukanya di balik tirai putih awan. Sungguh pemandangan yang membuat molekul-molekul air lebih nyaman berada dalam pakaian-pakaianku daripada harus merubah wujudnya menjadi uap-uap tak terlihat di udara. Andai kuputuskan untuk melaundrynya saja, pasti akan cepat kering!

Walaupun serba setengah, aku tidak akan mengantarkan Ida ke PolRes dengan setengah hati. Mendengar kata-kata yang berhubungan dengan kepolisian sering membuatku agak bingung. Bingung harus bersikap seperti apa di depan polisi; bingung dengan struktur organisasinya; dan bingung kenapa lampu lalu lintas selalu berwarna merah, kuning, dan hijau.

Terlepas dari itu semua, naluri pertemananku bangkit saat mendengar Ida kehilangan buku tabungan. Dengan gagah perkasa aku mengantarkannya menyusuri Keputih dan Gebang dengan sepeda motor andalanku semenjak SMA, Supra X. Tidak ada hambatan yang berarti selama di perjalanan. Polisi tidur kulewati dengan sangat mulus, tikungan yang ada tak mampu membuat stang motorku bergetar, lubang-lubang jalan akibat truk-truk nyasar masuk kampus tak mampu menjebak roda motorku untuk masuk ke dalamnya. Empat puluh merupakan angka yang aku pilih untuk kecepatan motorku hari ini. Angka ini cukup ideal untuk membonceng seorang cewek diiringi obrolan-obrolan ringan tentang perkuliahan dengan sesekali semilirnya angin membuat rambutku mulai berontak terhadap aturan yang aku tetapkan dengan sisir. Tapi, semuanya indah kok….!

Jarak Gebang dari Keputih tidak begitu jauh. Andai saja Ida mau sedikit agak berkeringat, perjalanan ini mampu ditempuhnya dalam waktu 30 menit dengan berjalan santai sambil mengisap lollipop. Untung saja dia termasuk kedalam ketegori orang beruntung yang mempunyai teman seperti aku….hehe.

Sesampainya di kantor polisi, nuansa heroik langsung terasa di sekujur tubuhku. Gedungnya yang didominasi warna cokelat membuka kembali kenanganku akan bangunan-bangunan sejarah masa lampau, akan pahitnya perang Diponegoro dan perang Padri, akan getirnya penindasan Belanda dan Jepang, dan akan suramnya kehidupan jaman purba (kok jadi pelajaran sejarah?!?!). Kupastikan semuanya baik-baik saja sebelum akhirnya kita berdua masuk ke dalam (yaiyalah, masa’ masuk ke luar!). Motor sudah terparkir di tempat yang disediakan, pakaian rapi, tampang innocent, tidak membawa senpi (senjata api)…”Ok, kita masuk!!” perintahku.

Sesampainya di dalam, kita langsung bertatap muka dengan pak Eliyanto. Jangan kaget mengapa aku tahu namanya karena membaca papan nama di baju polisi bukan hal yang sulit bagiku. Berikut ini adalah kutipan percakapan dengan pak Eliyanto yang sempat aku ingat:

“Selamat pagi, Pak!!” (dengan muka penuh percaya diri dan berwibawa ala mahasiswa ganteng.)

“Selamat pagi!” (dengan muka yang menunjukkan bahwa ia adalah polisi senior yang sering menggertak maling-maling ayam.)

“Kami bermaksud mengurus surat berita kehilangan. Mungkin Bapak bisa bantu?!” (dengan nada yang melankolis dan dimulai dengan kunci A minor.)

“Kehilangan apa?” (nadanya naik satu oktaf dari nada awal dan sedikit fals.)

“Kehilangan buku tabungan, Pak!” (Ida menjawab dengan begitu sopan.)

“Tadi dateng dari mana?” (pertanyaan yang udah keluar alur nih!)

“Dari Keputih.” (tetep dengan nada bicara cewek sopan!)

“Walaupun dari Keputih, tetep harus pake helm. Kalian kan mahasiswa, seharusnya bisa memberi contoh yang baik kepada masyarakat. Jangan bisanya hanya protes saja! Orang yang tidak membawa helm saat berkendaraan di jalan saja langsung kami bawa ke kantor, kalian malah jelas-jelas bersepeda motor ke kantor polisi tanpa membawa helm!!” (harus Dewa Budjana yang mencari kuncinya karena nadanya naik turun dan menukik tajam menembus dinding hatiku)

“?!?!@ Kami mohon maaf, Pak!!” (mulai terdengar fibrasinya.)

“Kalau di kantor polisi lain kalian tidak akan dilayani!!” (lirik penutup yang begitu dalam.)

Pak Eli masuk ke ruangannya dan diikuti dua bocah yang masih shock karena mendapat kultum (kuliah tujuh menit) pagi hari.

Setelah menjawab semua pertanyaan yang diajukan, Ida dapat langsung menerima surat bukti kehilangan yang dibuat pak Eli. Senangnya hatiku turun panas demamku…senangnya oh senangnya!!!

Setelah mengucapkan terima kasih, kami pun bergegas pulang dan tidak lupa mengingat dengan kuat nama tempat ini. Aku benar-benar mendapatkan pelajaran moral yang sangat berharga hari ini. Aku menjadi tahu bahwa untuk mengurus surat berita kehilangan kita harus membawa 2 benda penting, yaitu kartu identitas dan helm.


Asimtot (mendekat tetapi tidak menyatu)

“Hari ini kita akan belajar mengenai trigonometri, adik-adik! Trigonometri adalah salah satu cabang ilmu matematika yang mempelajari tentang indahnya hubungan antargaris pada segi tiga. Tahu segitiga nggak? Klo nggak tahu, balik lagi aja ke TK!!

Berbicara tentang trigonometri pasti bicara juga tentang tiga serangkai ini; yakni sinus, cosinus, ma tangen (udah pada tahu rumus cepetnya kan, soalnya nggak akan diajarin disini). Sin, cos, ma tan udah kaya keluarga aja. Jangan memisahkan mereka bertiga dari ingatan selama kita ada di kelas IPA karena usaha itu akan memisahkamu dengan temen-temen sekelas yang kamu cintai dan mendekatkanmu dengan adek-adek kelas. Bahaya Brur!!!

Kita nggak akan membahas sin, cos, ma tan secara keseluruhan, tapi kita akan lebih fokus pada tan aja. Ini bukan usaha pemisahan loh, cuma pemokusan (ngeles!). Nilai tangen dari suatu bilangan bervariasi, tergantung dari besarnya bilangan tersebut. Semakin besar bilangan yang dioperasikan dengan operator tangen tidak menjamin hasilnya akan semakin besar pula. Sebagai contoh, nilai tangen 45 = 1, sedangkan nilai tangen 180 = 0. Kita ketahui bersama bahwa nilai 45 lebih kecil daripada 180, tetapi nilai tangennya memberikan hasil yang lebih besar. Ini bukan sulap, pemirsa!

Pada segitiga, nilai tangen suatu sudut dapat diketahui dengan membandingkan panjang sisi depan dan panjang sisi samping sudut yang bersangkutan. Biar lebih bingung lagi, nilai tan suatu bilangan dapat diperoleh dari perbandingan nilai sin dan cosnya. Udah mulai ngerti kan!!?!

Sekarang kita berbicara lebih dalam lagi (kaya sumur aja!). Ada beberapa nilai bilangan tertentu yang saat kita operasikan dengan tan memberi nilai yang cukup unik. Unik karena kita akan melihat tulisan Math ERROR pada kalkulator casio fx-350MS. Kenapa bisa terjadi hal demikian? Setelah diselidiki oleh ahli-ahli matematika, hal tersebut terjadi karena nilai penyebut dari suatu perbandingan adalah 0. Jadi, bilangan apapun bila dibandingkan dengan 0 akan membuat kalkulator bingung tujuh keliling. Contoh bilangan yang memberikan nilai unik ini adalah tangen 90 dan 270. Nilai ini akan sulit direpresentasikan pada suatu grafik cartesian. Maka dari itu, dibuat suatu pendekatan dengan menggambarkan kumpulan titik-titik (garis) yang merupakan nilai-nilai tangen bilangan yang lebih rendah dan mendekati niai 90 atau 270. Garis ini bentuknya melengkung dan sangat indah. Garis ini berusaha mendekati suatu garis lurus tertentu, namun tidak menyinggungnya sama sekali apalagi memotongnya. Berusaha untuk terus mendekatinya, tapi tidak akan pernah bersatu dengan garis lurus tadi. Inilah filosofi asimtot….sang pengagum sejati; berusaha ada di dekat seseorang yang dikagumi, tanpa ada keinginan untuk menyakitinya dan sadar dengan sepenuhnya bahwa menjadi satu terkadang bukan pilihan yang bijak.”

Teeetttt….teeettttt….teetttetteee….t….!!! “Udah waktunya istirahat, adik-adik!”

Juanda 2

Ada satu tekad yang kuat membara dalam diriku setelah insiden malam itu (Juanda 1), aku tidak boleh telat lagi…aku kangen rumah, kangen soto ayam mbah Putri, kangen pasir Senggigi, kangen temen-temen di Mataram!!

Pagi ini semuanya tampak rapi. Tidak ada hal-hal yang membuatku berprasangka buruk hari ini. Bolpoinku masih ada di atas meja, sisir masih terletak dengan ganteng di tempatnya, tas pakaianku masih tiduran dengan santai di atas lantai kamar kost. Semuanya tampak baik-baik saja. Asistenku hari ini adalah Mail. Mail adalah nama beken dari seorang cowok A2 yang santai, cuek, easy going, dan bernama asli Daus. Nama panjangnya dipakai bila kita membutuhkan bantuannya saat berada di hutan, yaitu Daaauuuuusssssss!!! Untuk selanjutnya kita sepakat menamai tokoh yang satu ini dengan sebutan MAIL.

Mail adalah orang beruntung yang akan mengantarkanku meyusuri jalan-jalan yang sudah aku jelajahi tadi malam, jalan menuju bandara Juanda. Setelah mandi, gosok gigi, dan sembahyang, aku segera menelepon Mail untuk panjelajahan hari ini. Pukul 8 kurang 15 WIK (Waktu Indonesia bagian Keputih) aku dan Mail berangkat menuju bandara. Kali ini tentu saja dengan motornya Mail. Perjalanan menyusuri Arief Rahman Hakim brerlangsung datar-datar saja. Kecepatan motor yang konstan diiringi obrolan ringan tentang chiki, taro, potato, dan cheetos…(itu sih makanan ringan!). Memasuki area Semolowaru, keringatku mulai menampakkan wujudnya. Macet Bos…! Jam-jam segeni biasanya bapak-bapak kantoran, anak-anak sekolah yang belum tau mau jadi apa, ma ibu-ibu rumah tangga yang suka menghabiskan waktunya berjam-jam di pasar pada tumpek blek di jalan yang kira-kira memiliki lebar 3,4561 m. Mobil pribadi, mobil pinjeman, mobil kreditan, motor ramah lingkungan, motor berasap, sepeda ontel, becak, dan beberapa jenis kendaraan lainnya sama-sama berusaha menjadi yang terdepan. Menjadi yang terdepan emang bagus, tapi kalo sama-sama kaya gini…macet, g ada yang mau ngalah. Aku dan Mail menyingsingkan lengan baju dan bersiap untuk persaingan tidak sehat ini. Trotoar serasa jalan bagi kendaraan bermotor juga. Hari ini aku dan Mail buta rambu-rambu lalu lintas. Waktu yang tersisa tinggal beberapa menit, sedangkan jarak yang ditempuh masih cukup jauh. Aku lupa memperhitungkan kemacetan ini. Aku harus sampai di Juanda pukul setengah 9 agar tidak terjadi insiden seperti tadi malam. Ayo iL kamu bisa….Aku percaya kamu (D’masiv)!

Pukul 8.15 kita udah sampai di Giant pondok Candra. Tinggal 15 menit lagi dan aku merasa Mail sanggup mengantarkan aku tepat waktu. Apalagi melihat track recordnya sebagai pembalap Keputih yang cukup punya nama. Aku pun terhanyut dalam kepasrahan..Oh, indahnya.

Sesuatu yang indah memang sering berlangsung begitu cepat. Menurut perhitunganku berlangsung selama 5 menit sebelum akhirnya kami berdua jatuh tersungkur di jalan depan UFO (nama toko pakaian) gara-gara menabrak bagian belakang mobil carry yang hendak belok kanan. Bruk!!!…Prank!!!….Aduh!!! (yang terakhir suaraku sendiri). Benar-benar kejadian yang tak terduga. Seandainya saja lampu sein mobil itu menyala, keadaannya mungkin tidak separah ini. Dengan menahan sedikit sakit aku mendorong motor Mail yang sudah hancur bagian spakbornya ke trotoar. Aku dan Mail cukup shock. Luka di kaki tidak separah luka di hati saat melihat mobil carry yang kita tabrak dari belakang terus melaju lurus seolah tidak terjadi apa-apa. Hei Bung, inikah cara orang kota berbicara,,,?!?!?!

Aku lihat wajah Mail tampak lesu. Tangan kanannya memegang minuman kemasan yang diberikan seorang wanita yang bersimpati kepada kami. Tatapannya masih kosong. Terlihat jelas bahwa dia merasa bersalah hari ini karena tak mampu mengontrol kecepatan motornya. Sambil minum aku pun berdoa, “Ya Tuhan, aku berpasrah bila hari ini bukan hari terbaik untuk keberangkatanku ke Mataram.”

Setelah beberapa menit Mail bangkit dan langsung menyuruhku untuk mengangkat tas pakaian. “Masih ada waktu Coy! Motorku masih bisa jalan! Ayo kita lanjutin!”

Aku tiba-tiba melihat semangat yang membara dari kedua matanya. Semangat yang entah datangnya dari mana mampu membuat Mail terlihat begitu tampan hari ini. Sepatu kets, celana jeans, sarung tangan, dan jaket merah Mail seolah–olah berkata “tidak ada kata terlambat Bung! Let’s go!”

Aku menuruti permintaan Mail dengan perasaan yang tidak bisa aku jelaskan dengan kata-kata sederhana. Baru kali ini aku merasakan luka di kaki dan hati bercampur dengan perasaan bangga akan kebaikan seorang teman dan kerinduan yang mendalam akan kampung halaman. Sungguh mempesona!!

Sampai di Juanda, aku langsung berlari menuju tempat check in tiket. Tidak ada lagi adegan melankolis pengucapan terima kasih. Yang harus aku lakukan adalah memastikan bahwa jam di bandara belum menunjukkan pukul 8.30. Mail menungguku di tempat parkir bandara. Akhirnya, angin surga pun berhembus….Begitu senangnya aku saat melihat angka 8.28 WIB terpampang besar di tembok bandara.

“iL, makasi banyak. Gimana keadaanmu? Aku udah bisa check in sekarang. Tunggu aku pulang ya, nanti kita urus motormu sama-sama.”

“Ok Coy, tenang aja. Aku baik-baik aja kok.”

Percakapan yang terjadi di dalam gedung bandara dan tempat parkir bandara ini kunobatkan sebagai percakapan teromantis hari ini…Makasi banyak iL!!

Setelah mematikan handphone, Mail pun bergegas meninggalkan bandara dengan sepeda motor yang memberikan efek tambahan baru bagi penumpangnya.

Juanda 1

Alkisah, hiduplah seorang pemuda dari kerajaan Mataram yang kini menimba ilmu di perguruan ITS. Bertahun-tahun mempelajari ilmu kimia untuk menaklukan musuh-musuhnya. Musuh terbesarnya tidak lain dan tidak bukan adalah….eng…ing…eng….dirinya sendiri (glodak, gubbrakkk, prang, dueeerr!!).

Sekarang mulai serius nih….!

Hari ini tepat tanggal 21 Desember 2008 penanggalan masehi. Lebih tepatnya lagi jatuh pada hari minggu pon, sasih kenam, wuku dukut (pasti bukan hari yang cocok buat kerja di air, soalnya bukan lumba-lumba!hehehe). Angka di kalender berwarna merah dan ini merupakan salah satu indikator kebahagiaan bagi mahasiswa rantau seperti Aku ini. Berbulan-bulan berhadapan dengan jurnal-jurnal ilmiah, laporan praktikan kimia dasar, laporan KP, rancangan TA yang belum jadi, dan rancangan masa depan yang mulai kelabu, akhirnya Aku memutuskan untuk turun gunung sekedar melepas lelah. Tepat pukul 18.50 WIB nanti, pesawat yang akan mengantarkan Aku ke Mataram berangkat dari bandara Juanda. Persiapan harus matang, mulai dari baju layak pakai, celana pendek dan panjang, perlengkapan mandi, dan beberapa aksesoris peningkat ketampanan tidak boleh lupa dibawa. Ternyata itu saja belum cukup, Papa (ceileh!) menyuruhku untuk membelikan pakaian untuk 2 penjahat kecil di Mataram. Kedua makhluk ini tentu saja misan-misanku yang baru berumur masing-masing 1 dan 2 tahun. Pekerjaan tambahan deh…!

Pekerjaan seperti ini tentu saja membutuhkan naluri seorang wanita. Dengan daya penglihatan dan penciuman yang dimiliki, wanita pasti dapat mencarikan hal-hal yang berhubungan dengan pengemas badan balita ini dengan amat mudah. Hal seperti itu sudah Aku ketahui, so Aku meminta tolong seorang teman cewek dari perguruan yang sama untuk menemaniku mencarikan barang wasiat ini. Nama wanita tersebut adalah Bunga (bukan nama sebenarnya).

Perjalanan ke tempat tujuan tidak membutuhkan waktu lama. Delta Plasa masih berdiri di tempat yang sama seperti 3 tahun lalu. Tanpa berpikir panjang kami pun langsung menuju lantai 3 dan bersilaturahmi dengan para pelayan Matahari Dept. Store disana. Muter-muter, ngobok-ngobok pakaian balita, dan clingak-clinguk adalah aktivitas-aktivitas yang kami lakukan secara berulang-ulang di dalam toko yang membuat kepalaku pusing 7 keliling. Waktu begitu cepat berlalu, dan 2 jam di dalam toko sama seperti 120 menit….hufff. Dengan penuh perjuangan, kami pun menemukan 2 pakaian balita yang sepertinya cocok untuk misan-misanku di Mataram. Harganya pun tidak lebih mahal dengan harga gitar Akustik yang ada di kostku (perbandingan yang aneh!). Setelah transaksi pembelian berlangsung, kami pun tidak lupa pulang ke kost masing-masing. One mission complete!!

Jam 3 sore Aku ada janji ma anak-anak Vanilla untuk ngeband bareng. Sebagai anak band yang bertanggung jawab, mau tidak mau Aku harus menepati janji itu. Studio yang kami pilih untuk atraksi kami hari ini adalah studio Mayura di daerah Bratang. Pram, Gendut, Mail, Lego, Dani, Prima, ma Aku tentu tidak bisa menyembunyikan kegembiraan di sore hari ini. Dengan durasi waktu 2 jam kami berhasil merubah semua aransemen lagu D’masiv, Ungu, dan ST 12 menjadi tidak komersil….hehehe. Penyaluran energi ini cukup positif sekali bagi kami. Tidak menyebabkan kanker, gagal jantung, dan gangguan kehamilan. Walaupun lebih banyak tawa dibandingkan suara alat musik, kami semua bahagia….sekali lagi…bahagia!!

Pukul 5 sore atraksi berakhir dan Aku harus cepat-cepat pulang ke kost dan bergegas ke bandara Internasional yang disepakati bersama bernama bandara Juanda. Letaknya cukup jauh dari Keputih dan itu berarti dibutuhkan perhitungan waktu yang sangat rumit untuk sampai tepat pada waktunya. Setidaknya rumus t=s/v merupakan rumus dasar yang Aku gunakan untuk perhitungan awal. Riesthandie adalah orang yang terkena musibah untuk membantuku mengaplikasikan teori kecepatan klasik ini. Pukul 6 sore kami berdua meninggalkan Keputih dengan sepeda motor. Langit sudah mulai menghitam. Petir mulai menunjukkan taringnya di kejauhan, tapi hujan belum berani turun. Perjalanan ini sungguh menegangkan, setidaknya untuk kami berdua. Aku baru menyadari pentingnya waktu disaat Aku tidak mempunyai banyak waktu lagi…(yang ini serius Coy!). Laju sepeda motor Riesthandie berbanding lurus dengan laju detak jantungku. Kerikil-kerikil kecil di jalan tak mampu membuat sepeda motor Riesthandie kehilangan keseimbangan, tetes-tetes air mata langit belum mampu memadamkan api semangat kami, tiupan angin malam belum mampu menerbangkan segala niat yang mulia untuk datang tepat waktu di Juanda. Teriring doa yang tulus, akhirnya kami pun sampai di bandara Juanda sebelum pesawat yang akan mengantarkanku ke Mataram berangkat. Bak seorang yang akan pergi jauh dan tak kembali, Aku pun menjabat erat tangan Riesthandie dan mengucapkan terima kasih dengan nada dasar C#m, sehingga terdengar lebih menyayat hati. Riesthandie pun berlalu dari hadapan dan dengan cepat malam membuat sosoknya tidak tampak dari kejauhan….

Memasuki bandara adalah hal yang biasa Aku lakukan. Berjalan santai dan tersenyum ramah pada petugas-petugas bandara adalah hal yang sudah Aku hapal semenjak SMA. Namun, ada hal yang agak luar biasa malam ini. Salah seorang petugas Lion Air menyatakan bahwa Aku tidak layak terbang malam ini karena datang terlambat ke Bandara. Bayangkan saja, aku datang pukul 18:40, sedangkan pesawat berangkat pukul 18:50…Ini g mahasiswawi..!

“Seluruh penumpang seharusnya sudah melakukan check in 30 menit sebelum pemberangkatan,” kata salah seorang petugas bandara ketika Aku menanyakan alasan mengapa insiden ini dapat terjadi. Ini bukan pertama kalinya aku datang ke bandara mendekati jam penerbangan pesawat, tapi baru pertama kalinya aku dinyatakan tidak boleh terbang karena masalah waktu seperti ini. Sebagai kaum intelektual aku tidak memperpanjang masalah dan mencoba menanyakan beberapa solusi yang mungkin agar Aku tetap bisa berangkat malam ini.

“>!@##!>#!#(#U$!(!),” kata petugas bandara tersebut.

Aku pun terdiam dan mulai menunggu di depan kantor Lion Air.

Entah ada angin apa, Aku mendengar pengumuman dari petugas bandara yang menyatakan bahwa pesawat Lion Air dengan tujuan Mataram ditunda pemberangkatannya sampai pukul 20:05 WIB. Sontak, Aku langsung menghampiri petugas Lion Air dan menanyakan tentang status kepenumpanganku malam itu. Mungkin ini adalah bagian dari proses saling menghormati dan menghargai, tenggang rasa dan tepa selira, serta saling mencintai sesama manusia dan Aku pun dinyatakan tetap TIDAK BISA berangkat karena alasan menyalahi ATURAN. Dengan lesu, Aku menelpon keluarga yang ada di Mataram dan mengabarkan bahwa Aku tidak bisa berangkat malam ini. Aku tahu ini berat, tapi Aku tidak mau membebani langkah kepulanganku ke kost dengan sumpah serapah!! Banyak pengalaman berharga yang aku peroleh….ada persahabatan, ada aturan, ada tiket untuk penerbangan esok hari, dan ada supir taksi yang turut berduka atas kecerobohanku malam ini….(Bersambung!)

Pake tangan manis donk..!


Judul di atas merupakan ucapan khas seorang Ibu saat melihat anaknya yang masih berusia di bawah 5 tahun mengambil sesuatu dengan tangan kiri. Mendengar kata-kata seperti itu sang anak langsung merespon dengan mengganti tangannya dengan tangan yang satu lagi untuk mengambil barang yang ada di hadapannya. Setelah barang berada di tangan, sang anak bisa tersenyum lega penuh kemenangan. Akhirnya, sang anak hidup bahagia untuk selamanya…(lho?!?!)

Kejadian tersebut sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Hampir tidak ada permasalahan yang terjadi. Sang ibu senang karena anaknya telah belajar arti kesopanan, sedangkan sang anak juga tidak kalah senangnya karena telah mendapat barang yang diinginkan. Tidak ada konflik yang terjadi pada saat itu antara ibu dan anak. Namun, apabila kejadian ini berlangsung terus-menerus dan sang ibu selalu mengatakan kata-kata yang sama untuk melarang anaknya mengambil barang dengan tangan kiri, akan ada akibat yang muncul. Kata “akibat” tidak selalu berkonotasi negatif. Akibat adalah suatu konsekuensi yang terjadi karena sebab tertentu.

Seringnya sang anak mendengar kata-kata “tangan manis” menyebabkan terbentuknya suatu pemikiran bahwa tangan kanan merupakan tangan yang manis, sedangkan tangan kiri merupakan tangan yang “kurang manis” atau “tidak manis”. Dikotomi tersebut menyebabkan apresiasi negatif terhadap tangan kiri. Banyak orang yang menganggap tangan kiri bukan “tangan yang baik” untuk melakukan aktivitas yang sifatnya mengambil atau memberi sesuatu kepada orang lain. Oleh karena itu, banyak orang kidal yang berlatih “mati-matian” untuk mengaktifkan tangan kanannya dalam melakukan aktivitas-aktivitas tersebut.

Kesopanan memang harus kita jaga. Sistem sudah dirancang dengan baik, tinggal bagaimana kita selalu menjaga alur agar tidak terlampau keluar dari batas. Penggunaan tangan kanan untuk aktivitas-aktivitas “memberi dan menerima” ini merupakan suatu hal yang sangat baik dan banyak orang akan merasa dihargai. Apalagi bila aktivitas ini dilakukan dengan penuh keikhlasan. Hanya saja, perlu ada suatu perubahan paradigma tentang dikotomi antara tangan kiri dan tangan kanan. Tangan kiri merupakan “slegrengan” (bahasa anak A2) bagi tangan kanan. Bersyukurlah kita yang dianugerahi kedua tangan ini oleh Yang Di Atas. Tangan kiri mungkin dianggap kurang baik untuk aktivitas-aktivitas tertentu, tapi dapat digunakan untuk aktivitas yang lain. Kita harus bisa mensinergikan kerja kedua tangan karena berpengaruh besar terhadap kinerja otak kanan dan otak kiri. Orang yang selalu mengerjakan sesuatu dengan tangan kanan merupakan orang yang otak kirinya bekerja lebih dominan dibandingkan otak kanannya. Kita harus menyeimbangkan kerja otak kiri dengan otak kanan dengan menyeimbangkan aktivitas tangan kanan dan tangan kiri. Kita dapat belajar menulis denan tangan kiri untuk lebih mengaktifkan otak kanan kita. Bisa juga mencoba menyapu lantai rumah dengan tangan kiri. Awalnya pasti sulit, tetapi bila dilakukan terus-menerus pasti akan menjadi suatu kesenangan tersendiri. Oleh karena itu, mari aktifkan tangan kiri kita. Hidup tangan kiri…!!!!!

Nasi goreng terenak….


Aku adalah orang yang sangat menyukai makanan yang satu ini. Makanan khas dalam negeri ini selalu membuatku kangen rumah. Paduan rempah-rempah yang diulek sebagai bumbu menambah cita rasa tersendiri. Aku benar-benar bisa melihat Indonesia dari hanya melihat satu piring nasi goreng yang siap disantap. Bumbu yang terbuat dari paduan cabe-cabean dan bawang-bawangan menunjukkan bahwa negeri ini memiliki beraneka ragam flora. Tambahan garam sebagai penyedap rasa menunjukkan bahwa sebagian besar wilayah Indonesia terdiri dari lautan. Cobek yang digunakan dalam pengulekan bumbu menunjukkan bahwa bangsa ini sangat mencintai warisan leluhur. Beras sebagai bahan baku nasi goreng menunjukkan bahwa Indonesia termasuk salah satu Negara agraris di dunia. Kecap menunjukkan bahwa penduduk Indonesia manis-manis. Saos yang berwarna merah menunjukkan bahwa bangsa Indonesia bukan bangsa yang pengecut. Minyak yang digunakan untuk menggoreng menunjukkan bahwa Negara kita masih punya stok minyak bumi, walopun tidak banyak lagi. Tumpukan nasi goreng yang berasap di atas piring menyerupai bentuk gunung yang menandakan bahwa Indonesia memiliki banyak gunung berapi. Sungguh makanan yang memiliki filosofi tinggi….!

Itu adalah beberapa alasan mengapa aku menyukai nasi goreng, selain karena harganya yang relatif terjangkau oleh mahasiswa rantau seperti aku dan waktu produksi yang relatif singkat. Semenjak menjadi mahasiswa dan mengenal apa yang disebut tempat kost, nasi goreng tidak lagi menjadi makanan gratis yang bisa disantap setelah mengucapkan password “Bu, tolong buatin nasi goreng!”

Masa-masa indah itu kini telah berlalu, tapi kenangannya masih membekas sampai sekarang. Waktu telah mengajarkan banyak hal tentang kedewasaan. Berbagai tempat makan aku jelajahi untuk mencari nasi goreng yang memiliki kualitas sebaik kualitas nasi goreng yang dibuat ibuku. Akhirnya, pilihan jatuh pada nasi goreng yang dibuat oleh seorang bapak tua di daerah Gebang, Surabaya. Gerobak dengan logo MN selalu menemani bapak tua ini dalam berjualan nasi dan mie goreng. Tangannya yang kurus kering mampu mengaduk 7 porsi nasi goreng sekaligus di atas penggorengan. Bapak tua yang sampai saat ini belum aku ketahui namanya ini merupakan orang yang sangat menjaga cita rasa dan mencintai kebersihan. Perhitungan komposisi campuran bumbu-bumbu merupakan hal yang sudah ada di luar kepala tanpa harus bergelut dengan mata kuliah kimia dan kalkulus. Antri adalah hal yang hampir selalu aku lakukan setiap memesan nasi goreng ini karena jumlah pembeli yang cukup banyak. Nasi goreng bapak tua ini selalu menjadi alternatif pertama saat aku ingin menikmati nasi goreng sebagai santapan malam hari.

Nasi goreng ini memiliki karakter sendiri dari segi rasa. Bumbu-bumbu yang digunakan tercampur secara merata pada nasi goreng. Tidak ada kadar yang berlebihan dan tidak terjadi penumpukan bumbu pada salah satu bagian nasi goreng. Potongan-potongan kecil ayam goreng yang diberikan untuk 1 porsi nasi goreng juga cukup banyak. Namun, tetap saja tidak bisa mengalahkan nasi goreng yang dibuat ibuku. Ada satu bumbu yang digunakan ibuku untuk memenangkan pertandingan ini. Bumbu rahasia itu adalah kasih sayang Ibu kepada anaknya.

Tidak semua larutan dapat saling campur! (Oleh : Asisten Percobaan 5 Kimia Dasar 1)


Mencampur larutan adalah hal yang tidak terlalu sulit untuk dilakukan seorang mahasiswa kimia. Laboratorium menjadi tempat yang asyik untuk melakukan pekerjaan ini. Banyak hasil yang dapat diperoleh dari hanya mencampur larutan. Timbulnya warna pada campuran, keluarnya gas, dan terbentuknya endapan bukanlah pemandangan yang aneh lagi. Sungguh sesuatu yang biasa….biasa membuat bingung bila harus menjelaskan reaksinya..hehe.

Terlepas dari kebingungan tadi, aku hanya ingin mencoba menjelaskan tentang campur-mencampur ini dalam kaitannya dengan suatu hubungan manusia. Manusia selalu berhubungan dengan manusia lainnya untuk bisa memenuhi kebutuhan hidupnya. Hubungan tersebut tidak selamanya berjalan dengan mulus dan tidak semua manusia bisa berhubungan dengan manusia lainnya dengan nyaman. Ada konflik sebagai bumbu.

Begitu juga dengan larutan. Hanya ada satu prinsip dalam pelarutan, yaitu like dissolved like. Larutan satu akan mampu bercampur sempurna dengan larutan lain apabila memiliki sifat (polaritas) yang sama atau tidak jauh berbeda. Bila pencampuran dilakukan antarlarutan yang memiliki tingkat polaritas yang berbeda, maka akan terbentuk lapisan antarmuka (interface) yang memisahkan kedua fase larutan. Peristiwa tersebut dapat kita lihat dengan nyata pada campuran air dan minyak. Salah satu hal yang dapat kita lakukan agar larutan yang tidak saling campur tersebut menjadi bercampur yaitu dengan mengatur temperatur campuran. Pengaturan temperatur dapat dilakukan dengan memanaskan atau mendinginkan campuran. Dengan begitu, diharapkan campuran tersebut tidak akan terpisah lagi. Tapi perlu diingat bahwa ada beberapa campuran yang membutuhkan suhu ekstrim (sangat tinggi atau sangat rendah) agar dapat saling bercampur satu sama lain.

Maka dari itu tidak heran bila melihat orang yang satu selalu tidak akur dengan orang yang lain. Ada orang yang sangat mencintai orang yang lain. Ada orang yang sangat akrab dengan orang yang dulunya sangat dia benci karena sudah melewati suatu proses pengaturan temperatur. Kita sebagai manusia memiliki kemampuan untuk mengatur temperatur emosi diri kita sendiri. Tidak seperti larutan yang membutuhkan pengaturan temperatur dari lingkungan. Sekarang, sudah saatnya kita mengatur temperatur emosi kita untuk dapat berhubungan baik dengan semua orang…(“,)

Berani Jatuh Cinta, Berani Bahagia!!

Mendengar kata cinta mungkin akan membahagiakan beberapa orang, membuat orang yang lainnya mencibir, atau bahkan ada yang langsung pergi karena memiliki pengalaman yang buruk akan hal ini. Namun, aku cukup bahagia bahwa masih ada yang mengklik judul ini dan mencoba mencari sesuatu yang mungkin berguna untuk menjadi bahan pemikiran.

Semua makhluk dikaruniai cinta. Cinta itu bagai energi yang tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan, tetapi dapat diubah dari satu bentuk ke bentuk yang lain. Seorang pelukis mentransformasikan cintanya melalui kuas lukis yang menari indah di atas kanvas. Seorang penyair mampu menuangkan cintanya pada bait-bait puisi yang indah. Semuanya terasa indah, mengalir begitu saja tanpa ada yang menahan. Itulah realitas cinta…

Cinta dapat mengubah pahit menjadi manis, debu beralih emas, keruh menjadi bening, sakit menjadi sembuh, penjara menjadi telaga, derita menjadi nikmat dan kemarahan menjadi rahmat. Apakah benar semua itu? Lalu mengapa ada orang yang sakit hatinya karena cinta?

Aku bukan orang yang tidak pernah sakit hati. Aku hanya seseorang yang baru saja tersadar bahwa cinta tidak membawa kita pada kesengsaraan. Dengan cinta, kita belajar menerima dengan ikhlas dan memberi dengan tulus. Hasrat dan nafsu untuk memilikilah yang sering membawa kita pada jurang ketidakbahagiaan. Cinta yang sejati selalu membawa pertumbuhan (kebaikan bagi seorang yang sedang mencintai dan bagi seorang yang dicintai), bukan bersifat posesif yang obsesif. So, tidak ada lagi sakit hati karena cinta….

Cinta terlalu indah untuk diungkapkan dengan kata-kata. Jutaan definisi cinta akan lahir dengan spontan apabila hal tersebut dipertanyakan. Berikut ini adalah beberapa bukti-buktinya :

Cinta adalah suatu campuran yang aneh dari hal-hal yang bertentangan. Di dalam cinta terkandung kasih sayang dan kemarahan, kegairahan dan kebosanan, kestabilan dan perubahan, pembatasan dan kebebasan. Paradoks cinta yang paling mendasar adalah bahwa dua menjadi satu, namun tetap dua (Dr. Les Parrott III dan Dr. Leslie Parrott).

Cinta bagaikan sebuah pertandingan tenis; Anda tidak akan pernah menang terus- menerus sebelum Anda belajar untuk melakukan pukulan awal dengan baik (Dan P. Herod).

Cinta adalah keinginan untuk mengembangkan diri sendiri dengan maksud memelihara pertumbuhan spiritual sendiri atau perkembangan spiritual orang lain (Dr. Scott Peck).

Cinta bagaikan aliran air yang bermuara pada lautan kebahagiaan (Penulis).

Biarkanlah cinta menemukan arti sejatinya bersama semilir sang waktu dan menemukan resonansinya di antara gemuruh gelombang kalbu.

Cinta juga tidak buta. Bahkan dengan cinta kita mampu melihat sesuatu yang tidak mampu dilihat oleh mata kita. Kita mampu melihat keikhlasan, ketulusan, pengorbanan, dan kepercayaan. Sungguh luar biasa….!!

Akhir kata, jangan sesekali mengucapkan selamat tinggal jika kamu masih mau mencoba. Jangan sesekali menyerah jika kamu masih merasa sanggup. Jangan sesekali mengatakan kamu tidak mencintainya lagi, jika kamu masih tidak dapat melupakannya. Viel Glück….!!

Buat yang nggak suka tidur siang..

Kegiatan yang satu ini memang sering dipandang sebelah mata. Selain karena dianggap kegiatan yang tidak produktif, kegiatan ini juga sering dihubungkan dengan tingkat kemalasan seseorang. Tulisan ini dibuat bukan untuk mendukung hobi penulis, tapi untuk memberi wawasan bagi siapa saja yang masih menganggap buruk kegiatan tidur siang….

Tidur siang paling sedikit setengah jam atau lebih bagus lagi bisa satu jam, terbukti meningkatkan produktivitas kerja, kesiapsiagaan tubuh, dan memulihkan mood, seperti diungkap Survey National Sleep Foundation, Washington DC. Lebih 60% orang dewasa di Amerika tidak tidur siang dan mereka mengalami rasa mengantuk selama bekerja. Ongkos kehilangan produktivitas kerja yang harus dibayar akibat tidak tidur siang mencapai 18 milliar dolar AS setiap tahunnya. Berbeda dengan di kebanyakan negara di Eropa, Spanyol khususnya, mereka rata-rata menyisihkan waktu untuk tidur siang. Banyak toko tutup siang hari barang beberapa jam, sebagaimana di kota-kota kecil di Jawa Tengah. Dan ternyata ada manfaatnya. Studi yang dilakukan oleh Circadian Technologies of Lexington, Mass. AS, membuktikan hasil yang sama dalam hal manfaat tidur siang. Namun mereka menyayangkan lebih separo perusahaan di AS yang tidak setuju karyawannya memperoleh tidur siang, bahkan menegur, atau memecatnya. Studi Harvard membuktikan, dibanding pekerja yang diberi tidur siang sedikitnya setengah jam, para pekerja yang tidak tidur siang terbukti laju pekerjaannya lebih lamban dibanding yang mendapat tidur siang. Terlebih untuk jenis pekerjaan yang memerlukan konsentrasi. Mengingat secara teknis apalagi di Surabaya yang macet tak mungkin orang pulang dulu ke rumah hanya untuk tidur siang. Oleh karena itu, perlu dikondisikan agar semua karyawan bisa terlena sejenak di kantor. Asal tahu saja, Brian Wilson, si jenius kreatif yang berada di balik kesuksesan “The Beach Boys”, selama dua tahun, lebih banyak berada di tempat tidurnya. Pada masa itulah, pertengahan tahun 1960-an, ia mencapai puncak kejeniusannya, yang oleh fans-nya disebut sebagai “periode tidur” Wilson (Spagiari, 2004).

Mereka yang tidur siang selama setengah jam minimal tiga kali seminggu, lebih rendah 37% terkena serangan jantung atau masalah yang berkaitan dengan jantung. Menurut tim peneliti, tidur siang dapat mengurangi stres, dan stres yang dialami manusia umumnya berasal dari pekerjaan. Menurut Kepala Penelitian, Dr Dimitrios Trichopoulos, perempuan juga memetik manfaat yang sama dari tidur siang. Namun, dibandingkan dengan responden pria, hanya sedikit saja responden perempuan yang meninggal akibat penyakit jantung selama penelitian ini. Sebanyak 48 responden perempuan dalam riset ini meninggal dunia karena penyakit jantung, enam di antaranya karyawati. Para karyawan pria yang tidur sebentar di siang hari, rata-rata memiliki resiko 64% lebih rendah meninggal dunia dibandingkan dengan pria-pria yang tidak bekerja, yang hanya memiliki kemungkinan 36% lebih rendah. Bandingkan dengan 85 responden pria yang meninggal karena penyakit jantung selama penelitian. Sayangnya, banyak perusahaan yang menilai karyawannya yang tidur siang sebagai pemalas. Namun, tak sedikit pula perusahaan yang mengizinkan karyawannya tidur di sela waktu kerja, dan terbukti karyawannya tetap produktif. Manfaat tidur siang untuk kesehatan jantung juga dipaparkan ilmuwan Inggris yang tergabung East of England Development Agency (EEDA). Hasil riset menunjukkan manusia bisa bekerja lebih kreatif justru dengan menambah sedikit jam tidurnya pada waktu siang. Tidur siang sebentar yang dimaksud di sini, harus berkualitas bukan sekadar lamanya. Kualitas tidur ditentukan oleh kedalaman tidur tercapai. Orang cukup jeda tidur siang setengah jam jika sependek itu benar-benar penuh lelap tertidur. Harus diakui bahwa tidur soal penting dalam kehidupan. Selama tidur semua fungsi organ tubuh cenderung melamban, pada saat itu sel dan jaringan yang aus dan rusak dipulihkan. Buat bisa mencapai panjang umur, durasi tidur harian seseorang ikut menentukan. Tubuh memerlukan kecukupan waktu tidur. Penelitian itu menyebutkan sekitar 30% orang bisa mendapatkan ide-ide terbaiknya setelah tidur siang sebentar, sedangkan mereka yang bisa mendapatkan ide cemerlang di balik meja hanya 11% saja. Bagi yang tidak terbiasa memejamkan mata dan terlelap siang bolong, mulailah dengan tidur terlentang dan ciptakan suasana senyaman mungkin. Tiap orang mempunyai kebiasaan ‘persiapan’ tidur yang berlainan, barangkali memeluk guling, berselimut atau mendengarkan musik lembut dan mengisi perut terlebih dahulu. Jika sudah terbiasa, umumnya akan lebih mudah memejamkan mata dan langsung pulas. Hal penting yang harus dipersiapkan selepas tidur siang, apalagi jika dilakukan disela-sela pekerjaan rutin adalah apa yang dinamakan Sleep anertia, yakni rasa grogi dan disorientasi. Cara untuk mengatasinya disarankan untuk berdiam beberapa menit, membasuh muka, minum air putih atau berjalan kaki. Selanjutnya bisa kembali bekerja dan rasakan khasiat dari terlelap 10-20 menit itu. Usahakan agar tidur siang tidak terganggu, sebab jika terpotong tiba-tiba, sama sekali tidak ada manfaatnya, pada sebagian orang justru menimbulkan rasa pening. Perlu diingat pula bahwa tidur siang tidak dianjurkan melebihi 30 menit karena akan mengarah ke fase yang sangat lelap yang akibatnya akan mempersulit tidur malam (Roza, 2008).

Jadi, raih gulingmu, pejamkan mata, dan saatnya kita tidur siang…zzzzZZZ!!!

15 November 2008 (Malioboro 3)

Jalan masih belum kering, tapi kami masih tetap bersemangat untuk berpetualangan di Malioboro. Lampu-lampu kota mulai dinyalakan, pedagang-pedagang makanan mulai berdatangan, dan pasangan muda-mudi mulai keluar kandang…

Masih dengan style yang sama seperti tadi siang kami menyusuri jalan Malioboro. Banyak kaos oblong dengan berbagai corak didesign khusus agar seolah-olah mampu bersuara seperti ini : “Milikilah aku para lelaki ganteng. Kamu pasti akan nampak lebih keren bila bersamaku!!” Mendengar suara gaib seperti itu membuatku harus menutup telinga dan memegang bagian belakang celana jeansku agar dompetku tidak melakukan atraksi lompat indah.

Malam semakin larut, tetapi tidak menyurutkan niat Dani untuk mencari baju oblong gareng untuk sang Adik. Sungguh kakak yang baik hati…Anis pun dengan setia menemani kami bersembilan berjalan-jalan. Sungguh teman yang baik…! Terima kasih ya Tuhan, Engkau telah menghadirkan orang-orang yang baik hati.

Setelah sekian lama berkeliling, akhirnya ditemukan juga baju gareng bertuliskan salah satu grup band luar negeri yang cukup terkenal. Gambar mulut merah besar tersablon dengan sangat rapi di atas baju itu. Setelah negosiasi ala mahasiswa vs pedagang akhirnya Dani membeli baju tersebut dengan harga seperti yang tertera pada papan harga…hehe.

Perjalanan dilanjutkan ke alun-alun selatan. Tempat itu sangat ramai oleh anak-anak muda yang sedang memadu kasih. Malam minggu ini benar-benar momentum yang tepat bagi mereka untuk saling bertemu dan membicarakan kelanjutan hubungan mereka. Iringan musik di atas panggung menambah marak suasana. Siluet pohon beringin kembarpun tak luput dari pandangan kami. Pohon beringin yang dipercaya masyarakat sekitar memiliki kekuatan gaib. Siapapun yang mampu memasuki kawasan pohon beringin itu dengan mata tertutup akan dikabulkan permintaannya, terutama tentang jodoh. Kami sebagai mahasiswa eksak tentu saja tidak berkeinginan untuk mencoba hal semacam itu. Apalagi gelapnya malam pasti akan membuat kami semakin tersesat dan tidak dapat memasuki kawasan beringin itu…(Alasan ini nampaknya cukup kuat untuk mengalihkan alasan utama kami…hehehe).

Hangatnya ronde langsung meresap ke dalam tubuh kami dan berkolaborasi dengan indah di dalamnya. Obrolan santai pun tidak dapat dielakkan lagi di atas trotoar yang dilapisi tikar tipis. Obrolan yang tidak akan mungkin membahas perekonomian Indonesia, gonjang-ganjing partai, dan pertikaian Kaji Karsa. Nuansa yang begitu indah, begitu bersahabat. Hampir tidak bisa ditemukan di semua tempat di Indonesia. Reaksi yang sangat sempurna antara persahabatan dan semangat hidup. Tidak perlu katalis, tidak juga suhu dan tekanan tinggi.. Hanya dibutuhkan pengertian dan saling percaya…

Alun-alun merupakan tempat petualangan teakhir kami sebelum akhirnya kami sampai di tempat peristirahatan. Sebuah tempat yang cukup jauh dari pusat kota Yogya dan harus ditempuh dengan naik 2 kali trans Yogya dan 1 kali mobil carteran. Lelah yang kami rasakan sejak tadi siang pasti akan tersalur dengan baiknya pada kasur-kasur di kamar. Tidak ada residu padat, hanya kenangan indah berfase gas yang tidak akan kami lupa. Setelah mengucap syukur atas segala karunia-Nya, kami pun tidur dengan beraneka ragam posisi dan berharap esok pagi tidak tertinggal kereta yang akan mengantarkan kami kembali ke suatu tempat yang mempertemukan kami bersembilan, Surabaya!

15 November 2008 (Malioboro 2)

Berkeliling Malioboro dengan becak sungguh pengalaman yang mengasyikan. Empat becak disewa secara khusus untuk mengantar gerombolan kami. Perlahan namun pasti becak pun melaju dengan kecepatan yang tidak konstan karena dipengaruhi kekuatan si Abang becak. Becak yang aku tumpangi pasti merupakan becak terberat diantara ketiga becak yang lain karena hal ini tidak terlepas dari kehadiran orang yang satu ini. Anaknya baik; manis klo dikasi gula; ganteng klo diliat dari tugu pahlawan; tidak sombong, tetapi menggonggong; dan yang tak kalah pentingnya anak ini sangat mengagumi Gita Ketawa….Yak, tebakan anda benar…! Si Om alias Gendut alias Wawan adalah partnerku di dalam becak. Sudah dapat dibayangkan bahwa 3:1 merupakan rasio pembagian tempat duduk yang tidak bisa diganggu gugat sekuat tenaga. Untung saja jarak satu tempat dengan tempat yang lainnya tidak begitu jauh, sehingga aku bisa langsung bernapas lega setiap turun dari becak….hufff

Berkeliling-keliling di toko bakpia, dagadu, batik, dll (dan lainnya lupa) memberi kesan yang mendalam pada kami. Walau tak banyak barang bisa kami beli, tapi kami mendapat banyak pengalaman berharga selama perajalanan. Kami menjadi tahu bahwa harga kaos dagadu kini bukan 10 ribu rupiah lagi. Kami akhirnya tahu bahwa bakpia dengan tipe 25 bisa dicicipi gratis di tokonya langsung. Kami pun tahu bahwa baju batik juga bisa dipake saat kita kolokium… Semangat Bang!!

Hujan pun mereda dan kita tiba di pemberhentian terakhir pukul 5 sore waktu Malioboro. Setelah administrasi selesai dengan sopir pribadi kami, akhirnya kami melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki. Banyak patung-patung Pahlawan yang kami lihat selama berjalan kaki. Ada rasa senang dan rasa sesal bergelayut dalam hati yang paling dalam. Senang karena melihat patung-patung itu dijaga dengan baik. Semangat kepahlawanannya sangat terlihat dari guratan-guratan yang dibuat sang pengukir. Menyesal karena dulu tidak pernah memperhatikan guru PSPB, selalu menyontek LKS sejarah temen cewek di kelas, dan tidak pernah tertarik dengan manusia purba.

Benteng Vredeburg tidak luput dari kunjungan kami. Dengan 750 rupiah saja kita bisa memasuki benteng itu, melihat betapa indahnya taman yang ada disana, dan berfoto dengan patung salah satu Pahlawan Bangsa (sepertinya patung Jenderal Sudirman…).

Perjalanan dilanjutkan dengan mengunjungi pasar sore Malioboro. Banyak yang dijual disana, mulai dari gantungan kunci sampe gantungan baju. Harganya pun sesuai dengan kantong mahasiswa, terutama mahasiswa ITS. Tempat inilah yang menjadi saksi bisu pertemuan aku dengan Anis. Sudah lama juga aku tidak bertemu dengan sesosok lelaki yang sewaktu SMA dipanggil dengan nama Bemby ini. Perawakannya masih seperti dulu, hampir tidak ada yang berubah dari penampilannya. Mulai dari potongan rambut sampe potongan kuku kaki masih menunjukkan Anis yang dulu. Hanya saja logat bicaranya sudah mulai menyatu dengan nuansa Yogya. Tidak lupa para laskar pelangi diperkenalkan juga dengan Anis agar mereka lebih akrab dan sebagai bahan cerita bahwa mereka sempat berkenalan dengan seseorang di Yogya….hehe (lanjutannya di Malioboro 3).

15 November 2008 (Malioboro 1)

Empuknya kursi kereta ekonomi harus aku rasakan lagi selama tidak kurang dari 7 jam. Perlahan namun pasti kereta seventeen (baca: selalu mengalah) ini berjalan menyusuri rel yang telah disediakan (kaya makanan aja). Dengan mengusung nama Pasundan, kereta ini mengajarkan kami tentang kesabaran, kesopanan, tenggang rasa, dan semangat hidup. Sabar untuk tidak mendahului kereta lain adalah kunci selamat. Sopan dalam bersilaturahmi di stasiun-stasiun yang ada menumbuhkan rasa kekeluargaan yang tinggi. Tenggang rasa terhadap sesama penumpang dan pedagang asongan dapat menumbuhkan rasa cinta kasih. Semangat hidup yang selalu membara terpancar pada ujung-ujung sapu pembersih lantai kereta, pada tongkat sebagai pengganti kaki yang tak sempurna, dan pada genjrengan gitar yang tidak selalu harmonis dengan suara vokal. Itulah hidup, penuh perjuangan.
Waktu menunjukkan pukul 12.15 saat kami tiba di stasiun tujuan. Suasana yang sangat damai langsung terasa saat kami tiba. Hawa panas Surabaya tak terasa sampai disini, yang ada hanya hawa lapar sembilan perut lelaki ganteng dengan seribu tingkah polahnya. Belum sempat kaki beranjak pergi dari stasiun, langit seolah begitu gembiranya menyambut kehadiran laskat pelangi ini. Perlahan namun pasti tetesan-tetesan air itu mulai turun membasahi bumi yang sejak tadi kering, seolah-olah ingin berkata, “Selamat datang di kota hujan, Yogyakarta!”.
Sedikit negoisasi dan banyak memaksa akhirnya aku dan Wawan berhasil merayu sopir angkutan untuk mengantarkan kami ke Malioboro dengan biaya tidak lebih dari 20.000 perak. Posisi 4-3-2 menjadi andalan kami dalam berjuang di dalam mobil carry coklat, walaupun kami tahu posisi ini tidak baik bagi kesehatan bila berlangsung selama 1 jam lebih. Dani, Daus, Wawan, dan Syafi ada di posisi back; aku, Bang Manan, ma Fuad ada di posisi gelandang; Mushlik n Hamzah dengan rela menjadi penyerang bersama pak supir. Derasnya hujan sudah mulai tidak terasa karena tetesan air itu membentur besi yang melindungi kami bersepuluh.
Setelah melewati perjalanan yang cukup rumit akhirnya kita sampai juga di depan Mal Malioboro. Semua mata memandang kami. Bukan karena kita bersembilan adalah cowok-cowok kece, bukan juga karena kita adalah mahasiswa dari perguruan tinggi negeri yang cukup terkenal di Indonesia, tapi karena hanya kita bersembilanlah yang menyempatkan waktu untuk berlari-lari kecil di tengah hujan deras dari tempat pemberhentian angkutan ke depan Mal Malioboro. Sensasi seperti ini sangat langka sekali, apalagi yang melihat bukan hanya penjual kaos Dagadu, penjual es kelapa muda, n penjual es kopyor, tapi juga cewek-cewek manis yang rela menghabiskan berjam-jam waktunya di depan cermin untuk penampilan terbaiknya hari ini. Baju dan celana yang mengandung kadar air berlebih ini tidak menjadi penghalang bagi kami untuk tetap masuk ke dalam Mal. Pasangan muda-mudi sudah mulai berhadiran dalam pandangan. Aroma kue-kue yang dibuat dengan sangat memperhatikan faktor kesehatan mulai menggelitik hidung kami. Tapi kami semua tidak terpancing dengan kenikmatan duniawi seperti itu karena kami semua masih ingin pulang ke Surabaya besok tanpa harus menjadi gelandangan yang kehabisan uang di Yogya…hahaha. Hukum kekekalan massa mulai kami terapkan selama di dalam Mal. Tidak terjadi penambahan massa di dalam tas kami masing-masing selama berjalan-jalan di dalam Mal karena tidak ada barang yang berhasil kami beli.
Hujan mulai reda, tapi suara perut semakin bergemuruh. Mulai dari iringan dangdut sampai alunan jazz telah berhasil dimainkan dengan sangat baiknya oleh lambung-lambung kami. Bunyi-bunyian itulah yang memaksa kami untuk mencari tempat makan yang sesuai dengan suasana hati dan suasana kantong. Tetes-tetes hujan mengetuk kepalaku dengan sangat lembut tapi dalam. Mengiringi setiap langkahku dalam suatu pencarian. Pencarian yang akhirnya harus kutempuh sejauh 1 kilometer lebih dengan berjalan kaki mengitari Malioboro untuk sampai di warung makan yang menyajikan gudeg Jogja.
Makan + berteduh kurang lebih selama 1 jam setengah membuat kondisiku dan temen-temen kembali pulih. Udah siap untuk berpetualang di kota yang mengasyikan ini. Perjalanan mengitari Malioboro tentu bukan perkara mudah, apalagi hujan tak kunjung memberi ampun kepada kami. Maka dari itu, kami memutuskan menggunakan becak untuk berkunjung ke toko bakpia, toko dagadu, toko batik, dan tempat-tempat lainnya…..(bersambung!)

AADC (Ada Apa Dengan Carbon?)

Terkadang, apa yang kita benci membawa suatu kebahagian di suatu saat nantinya. Banyak peristiwa yang membawaku pada pernyataan ini. Banyak orang yang tiba-tiba jatuh cinta terhadap orang yang selama ini dia benci.Saat ini, tidak sedikit orang mengerjakan sesuatu yang sangat tidak disukainya di masa lalu. Fenomena yang sama terjadi juga dengan nama Carbon yang aku pakai sebagai nama tim basket kimia FMIPA ITS. Begini ceritanya..

Kuliah kimia organik adalah kuliah yang paling aku benci dibandingkan kuliah yang lain. Bukan karena siapa dosennya, tapi karena siapa mahasiswa. Mahasiswa NRP 1 angkatan 2005 ini bukan orang yang menyukai mekanisme reaksi. Bukan pula orang yang terkagum-kagum akan rantai karbon yang panjangnya bukan main. Mata kuliah kimia organik ini pula yang begitu suksesnya mencetak nilai terendah selama aku kuliah sampe semester 7 ini di ITS.

Berbicara tentang kimia organik tidak akan lepas dari unsur yang satu ini. Unsur yang berada di golongan 4A ini cukup penting perannya dalam hidup manusia. Banyak senyawa yang bermanfaat terbentuk hanya dengan mengikatkan unsur ini pada unsur-unsur lainnya. Nama unsur ini adalah karbon (Carbon). Mendengar namanya saja sudah membuat aku harus mengingat mata kuliah kimia organik yang paling aku takuti. Ada satu dilema memang….Di satu sisi unsur ini begitu bermanfaat, di sisi lain membuat aku harus mengingat mata kuliah organik. Agar aku tidak bertambah stress, maka kuputuskan untuk menerimanya perlahan-lahan. Aku mulai membuka hati dan pikiran untuk unsur yang satu ini….ceileh!
Ternyata sebuah penerimaan memberikanku suatu kebahagiaan yang tak terduga. Kata Carbon kupakai sebagai nama tim basket kimia ITS yang terbentuk pada bulan Oktober 2008. Carbon yang merupakan singkatan dari Chemistry and Rebound merupakan nama yang membawa hoki. Juara 1 MIPA Cup berhasil diraih anak-anak yang tergabung dalam tim ini. Usaha dan doa anak-anak Carbon dan seluruh supporter membuat mimpiku 3 tahun yang lalu terwujud. Begitu indahnya Tuhan memberiku pelajaran akan pentingnya arti mencintai sesuatu yang dulu kita benci…

Usaha tidak bergantung waktu

Baru-baru ini aku sempat membaca buku fisika kelas 2 SMP (sekarang dikenal dengan kelas 8). Buku itu mengingatkanku tentang dasar-dasar energi dan usaha. Ada satu hal yang menyita perhatianku saat itu, yaitu persamaan usaha. Konsep ini sangat fundamental dan membuatku benar-benar tergugah. Persamaan usaha itu adalah :

W = F.s

dengan W=Usaha, F=gaya, dan s=perpindahan.

Tidak ada variabel waktu dalam persamaan di atas. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa usaha tidak bergantung dengan waktu. Kita harus selalu berusaha dalam hidup ini, sepanjang waktu. Tidak ada batasan dalam berusaha. Variabel yang cukup kuat pengaruhnya adalah F (Force) atau gaya yang dapat dianalogikan dengan kemampuan. Jadi, berusahalah sesuai kemampuan kita, jangan terlalu memaksakan diri. Tetap semangat dan tetap berusaha untuk menggapai mimpi-mimpi kita…Chayoo!!!

A2 : Anak ajaib, aneh, asyik, ajip….alim (amien!)

Memiliki sahabat membuat hidup kita lebih bermakna. Orang-orang yang mampu membuat kita tersenyum saat air mata kesedihan membasahi pipi. Orang-orang yang selalu membuat kita semangat, saat kita tidak mampu menginjak bumi. Orang-orang yang akan selalu menjadi bagian dari kenangan hidup yang indah. Orang-orang yang memberikan hadiah dompet pada saat ulang tahun kita yang ke 21….

Waktu bukan lagi menjadi bagian yang penting saat kita tertawa bersama, saat kita merencanakan sesuatu yang jarang sekali terlaksana, saat kita bernyanyi bersama, saat kita tidur dan mendengkur bersama, saat kita berkelana mengenal alam bersama, dan bersama-sama lainnya.

Banyak hal dan peristiwa dalam hidup yang kita lalui bersama dalam suka dan suka karena kita tidak ingin ada duka diantara kita…hehehe. Memahami satu sama lain menjadi soft skill tersendiri, menjadi kompetensi yang sangat penting dalam kehidupan bermasyarakat. Persahabatan banyak memberikan inspirasi dan motivasi dalam menjalani hidup. Hidup yang takkan pernah bertambah mudah seiring dengan meningkatnya kualitas diri. Hidup yang selalu penuh dengan misteri.

Aku bangga mengenal dan menjadi bagian dari semua keindahan ini. Aku benar-benar mendapatkan tempat yang sesuai untuk mengenal dan mengembangkan diri. Takkan terlupa dan tak lekang oleh waktu, tak terkorosi oleh oksigen, dan tak tereksitasi oleh foton: persahabatan kita yang akan selalu abadi.

Sandal Jepit Sandal Kita Bersama….


Ada yang unik dari sebuah benda bernama sandal jepit. Modelnya cukup sederhana, namun disukai oleh banyak orang. Harganya pun bervariasi, mulai dari ribuah rupiah sampai ratus ribuan rupiah. Warnanya beraneka ragam, mulai dari warna merah yang memiliki frekuensi terendah sampai warna ungu sebagai warna dengan tingkat energi tertinggi. Kenyamanan yang disajikan sandal jepit pun menjadi daya tarik sendiri bagi penggemarnya. Ada yang menggunakannya untuk jalan-jalan di Mal, nongkrong di warung, ke tempat ibadah, ke undangan orang nikah, ke acara sunatan, ke pasar, ke stasiun, ke terminal, dan ke tempat-tempat penting lainnya. Saking banyaknya tempat yang bisa dikunjungi dengan menggunakan sandal jepit sebagai alas kaki, kita hampir selalu menemui sandal jepit di tempat-tempat penitipan alas kaki….dan permasalahan dimulai disini.

Ada begitu banyak orang yang menggunakan alas kaki berupa sandal jepit. Jumlah ini didukung pula oleh begitu banyak sandal jepit yang diproduksi di Negara kita tercinta. Perbedaan antara satu sandal jepit dengan sandal jepit yang lain terlihat sangat menonjol dari segi warna. Perbedaan sandal-sandal jepit dengan warna yang sama terletak pada brand/merk sandal jepit tersebut yang kadang-kadang sering diremehkan oleh orang yang sedang terburu-buru. Perbedaan ketiga dapat dilihat dari segi ukuran. Perbedaan keempat yaitu corak/motif yang ada pada sandal jepit, baik yang dibuat di pabrik, maupun oleh pengguna sendiri. Akan tetapi, perbedaan-perbedaan itu seakan-akan sirna dan sering dianggap remeh oleh sebagian besar masyarakat termasuk penulis. Hal ini bisa dikarenakan beberapa faktor, diantara tingkat keterburu-buruan masyarakat yang mulai meningkat, murahnya harga sandal jepit, dan rasa kebersamaan yang cukup tinggi.

Melalui tulisan ini aku ingin mengajak seluruh elemen masyarakat untuk menyayangi sandal jepitnya. Dengan demikian, diharapkan tidak ada lagi kasus kehilangan sandal jepit di warnet, warung, dan tempat-tempat lainnya. Sandal jepit adalah sandal kita yang harus kita jaga dan patenkan sebagai produk dalam negeri dengan kualitas tinggi…..Cintai produk dalam Negeri!!!