Senin, 06 April 2009

Kemarin, Hari Ini, dan Esok


Beberapa hari yang lalu aku menonton film berjudul Dejavu. Film ini sudah cukup lama, hanya saja aku baru memiliki kesempatan untuk menontonnya. Film yang dipersembahkan demi semangat hidup penduduk New Orleans ini cukup unik dan menarik. Butuh waktu bagiku untuk mencerna pesan yang terkandung dalam film ini. Beragam konflik yang terjadi membuat film ini menjadi layak untuk ditonton. Waktu menjadi salah satu hal yang dipermainkan, diulas dengan penjelasan semi-ilmiah, dan menjadi daya tarik film ini. Sungguh menarik...!
Banyak dialog yang disajikan dalam cerita, namun hanya satu dialog yang benar-benar menyita perhatianku. Aku sampai harus mengulangnya untuk memastikan kebenaran kata-kata yang diucapkan oleh salah satu aktor dalam film ini. Kata-kata itu tidak pernah aku dengar diucapkan dalam suatu percakapan manapun, kecuali dalam film ini. Kata-kata itu terucap dengan begitu spontannya dengan mimik wajah yang bisa dikatakan biasa-biasa saja. Kata-kata bernuansa Inggris tersebut tidak lebih dari 3 kata dan bila diartikan kedalam bahasa Indonesia pun, jumlahnya tidak mengalami perubahan. Kata-kata tersebut adalah : “See you yesterday!”
Ada berapa banyak orang di dunia ini yang ingin mengulang hidup dan kembali ke masa lalu? Ada berapa banyak orang juga yang takut menghadapi masa depan? Guys, jangan jawab kedua pertanyaan di atas karena hanya akan membuang-buang waktumu. Yang jelas, ada satu dimensi waktu yang dijaga ketat oleh masa lalu dan masa depan, yaitu masa kini...Masa kini, hari ini, saat ini adalah juga masa depan bagi masa lalu dan akan menjadi masa lalu di masa depan. Bingung? Dibaca ulang lagi aja!
Kita hidup saat ini, bukan di masa lalu, dan belum di masa depan. Kita, sebagai manusia normal, tidak bisa hidup dalam lebih dari satu dimensi waktu. Kita bisa berada pada satu tempat dalam waktu yang berbeda-beda, tetapi kita tidak bisa berada pada banyak tempat dalam satu waktu, jadi berhati-hatilah para playboy Indonesia (lho?). Lanjut Mang...!!! Masihkah ada orang yang saat ini merasa nyaman dengan hidup pada masa lalu? Mengingat akan pengalaman-pengalaman pahit percintaan dan persahabatan, mengingat kesalahan-kesalahan hidup masa lalu yang membuat kita mengurung diri, mengingat terus keberhasilan masa lalu yang kemudian membuat hidup kita tidak dapat lebih baik lagi. Kawan, hidup itu tidak hanya mengingat, tetapi juga berbuat. Hidup seperti ini akan membuat masa depan kehilangan makna. Masa depan mengerucut dan akhirnya dapat dengan mudah diterbangkan angin sepoi-sepoi. Masa lalu adalah sejarah, masa depan adalah misteri, dan masa kini adalah hadiah (Kungfu Panda). Jangan sia-siakan hadiah ini... Masa depan memang belum menjadi kenyataan, tapi kita bisa membuatnya semakin jelas dengan usaha dan doa yang tulus pada Sang Penguasa Waktu. So, mari kita rangkul masa lalu dengan kenangan dan masa depan dengan sebuah kerinduan....(Kahlil Gibran).

Kamis, 02 April 2009

Tentang Kata Beruntung


Akhir-akhir ini kata beruntung sering sekali membuatku terusik. Bukan karena aku tidak pandai dalam dunia perdagangan, tetapi makna konotasi dari kata ini membuat kata usaha tidak ada artinya sama sekali. Sering sekali aku mendengar ungkapan-ungkapan yang entah darimana sumbernya dan berbunyi seperti ini : “Orang pintar kalah oleh orang yang pandai, sedangkan orang pandai kalah oleh orang yang beruntung.” Begitu hebatnya orang yang beruntung sampai bisa mengalahkan orang yang pandai.
Pernah suatu ketika aku mengunjungi salah satu Mal terkemuka di Surabaya untuk membeli sesuatu. Melihat kesana-kemari sampai akhirnya mataku tertuju pada sepasang muda-mudi yang sedang bergandengan tangan. Begitu romantisnya sampai-sampai aku berujar dalam hati : “Begitu beruntungnya lelaki berambut kribo itu!” Dan kalian sudah tau kan bahwa kata-kata itu tidak berlaku bagi sang pemudi..Mudah-mudahan hubungan kedua insan tersebut langgeng hingga akhir hayat. Amin.
Pernah juga pada suatu pagi aku terlibat dalam acara Ujian Tengah Semester. Seperti kebanyakan mahasiswa yang lain, aku juga mempelajari materi-materi ujian satu hari sebelum diujiankan. Aku biasanya belajar bersama teman-teman agar tidak stress sendirian. Ada yang belajar beberapa jam, kemudian bermain gitar, ada juga yang sangat tekun belajar dari sore hingga tengah malam, kemudian dilanjutkan kembali subuh-subuh, ada juga yang hanya beberapa menit saja dengan cara membaca soal-soal ujian tahun lalu. Dan hasilnya, seringkali orang yang hanya belajar beberapa jam saja mendapatkan nilai yang lebih baik dibandingkan orang yang porsi belajarnya lebih banyak. Apakah ini keberuntungan? Nampaknya terlalu cepat untuk menjawab pertanyaan ini dengan contoh-contoh ringan seperti di atas. Kita telusuri lagi contoh yang lain...
Beberapa tahun yang lalu, aku berkesempatan untuk duduk-duduk santai di kost sambil membaca koran pada pagi hari yang cerah. Seperti kebanyakan berita Nusantara, isi koran tersebut pasti meliputi kasus korupsi, pencurian, dan kecelakaan. Namun, ada satu berita mancanegara yang membuat aku terkejut. Salah satu wartawan surat kabar tersebut sempat meliput berita tentang seorang milyuner dadakan di Las Vegas. Mendengar Las Vegas, tentu tidak jauh-jauh dari judi, alkohol, dan wanita. Dan benar saja, milyuner ini adalah seorang lelaki yang baru saja memenangkan pertandingan judi. Uang yang dia dapatkan dalam semalam mengalahkan gaji para pegawai Negeri yang kerja keras banting tulang selama satu tahun. Adilkah ini? Inikah faktor X yang sering disebut dengan keberuntungan?
Mungkin saja jawaban dari pertanyaan kedua adalah “Ya”. Namun, yang perlu diperhatikan adalah bahwa keberuntungan bukan sesuatu yang jatuh bebas dari langit dan dipengaruhi gaya gravitasi bumi, kemudian dengan energinya mampu menembus kepala manusia dan memengaruhi hidupnya saat itu. Kebanyakan orang menjadikan kata beruntung sebagai pelarian ketidakmampuannya dalam menjelaskan hal-hal yang sifatnya tidak proporsional. Kebanyakan dari kita menjadikan kata beruntung sebagai alasan pahit dari suatu keadaan yang lebih banyak mempertanyakan keadilan. Keberuntungan adalah tahap dimana kesempatan bertemu dengan persiapan dan usaha. Terkadang kesempatan datang dengan mudahnya, namun kita tidak siap. Sebaliknya, terkadang kita siap, namun kesempatan tidak kunjung tiba. Jadi, keberuntungan tetap dipengaruhi oleh kesiapan dan usaha kita menyambut kesempatan. Kita harus mempunyai kekuatan jika ingin mendapatkan segala sesuatu. Apa sumber kekuatan itu? Sumbernya adalah kemauan untuk mendapatkan pengetahuan. Pengetahuan merupakan kekuatan yang luar biasa dan dapat dipelajari oleh siapa pun. Siapkah untuk menjadi orang yang beruntung?? Good luck, Coy!!

Rabu, 01 April 2009

Mencari Kebahagiaan


Hari Minggu yang lalu, tepatnya tanggal 29 Maret 2009, aku menonton salah satu acara televisi di ruang tengah bersama teman-teman kost. Disebut ruang tengah karena memang letaknya berada di tengah-tengah tempat parkir motor dan jemuran. Acara yang aku tonton ini merupakan acara yang mendapat penghargaan dari Panasonic sebagai acara reality show terfavorit. Menonton suatu acara dengan label terfavorit tentunya memunculkan sensasi tersendiri. Sensasi ini pun rupa-rupa warnanya, dapat berupa luapan emosi yang disertai caci-maki, dapat juga berupa tangisan haru ibu-ibu rumah tangga. Acara apaan sih nih sampe kaya gitu efeknya? Untuk menjaga kesopanan penulisan, kita sebut saja acara ini dengan nama Termehek-Mehek (nama sebenarnya, Red). Terlepas dari apakah acara ini “asli” atau “palsu”, yang jelas acara tersebut telah memberiku inspirasi untuk menulis (baca : mengetik). Inspirasi tersebut adalah tentang pencarian.
Semua orang pernah dan sedang mencari sesuatu. Entah itu mencari sandal jepit, mencari sesuap nasi, mencari gara-gara, mencari kacamata yang nyata-nyata ada di depan jidat, mencari tambatan hati, mencari orang tua (dibaca agak serius!), mencari penyelesaian masalah, mencari alamat rumah orang, mencari pekerjaan dan mencari balet (itu mah menari...!!). Lalu, bagaimana dengan kebahagiaan? Apakah benar yang dicari manusia dalam hidup ini adalah kebahagiaan? Untuk mendapatkan jawaban dari pertanyaan tersebut, bacalah khayalan dialog singkat antara penulis dan Richard Carlson.
Penulis : “Son, apa pendapatmu tentang pencarian kebahagiaan dalam hidup?”
Richard Carlson : “Kebahagiaan adalah sebuah keadaan akal, bukan serangkaian keadaan...Kamu tidak akan pernah menemukan kebahagiaan dengan “mencari”, sebab saat Kamu melakukannya, Kamu percaya bahwa kebahagiaan bisa ditemukan di luar diri Kamu. Kebahagiaan bukan berada di luar diri Kamu...Tatkala Kamu memahami bahwa kebahagiaan tidak lebih dari sebuah perasaan, maka Kamu bisa membantunya untuk tumbuh dan mempertahankan dirinya ketika Kamu merasakannya. Kebahagiaan tidak memerlukan usaha sama sekali. Sesungguhnya kebahagiaan adalah membiarkan ketidakbahagiaan pergi, bukan memperjuangkan kebahagiaan itu sendiri. ”
Penulis : “Benar juga Son!! Kamu hebat banget! Jadi, kebahagiaan lebih sebagai sebuah piihan untuk melepaskan ketidakbahagiaan, bukan begitu? ”
Richard Carlson : “Ya, begitulah.”
Jadi, sudah sangat jelas bahwa kita tidak perlu mencari kebahagiaan. Untuk apa lagi mencari sesuatu yang sudah kita miliki?! Lepaskanlah selubung ketidakbahagiaan yang ada, sehingga kebahagiaan muncul begitu indahnya. Kebahagiaan adalah seekor kupu-kupu. Ketika dikejar, kupu-kupu itu selalu menghindar dari tangkapan kita. Namun, jika kita duduk tenang, dia akan terbang menari-nari di atas kita (Nathaniel Hawthorne)
Masih adakah yang ingin mencari kebahagiaan?
Selamat berbahagia!