Jumat, 30 Juli 2010

Tuhan, Aku ingin santai saja...


Tuhan..
Aku harus jujur pada-Mu
Capek sekali rasanya sepulang kerja malam ini
Dan saat ini, aku tidak ingin berdialog terlalu rumit dengan-Mu
Tapi bukan berarti aku malas membaca ayat-ayat
dalam kitab itu, Tuhan..
Aku akan tetap mempelajarinya,
walaupun kusadar bahwa Engkau mengerti semua bahasa
Aku hanya ingin santai saja...
Sudah lama rasanya tidak mencurahkan isi hati
dengan cara seperti ini..
Mungkin karena aku terlampau sibuk dengan urusan duniaku,
sehingga jarak kita semakin lama semakin melebar
Tidak mendalam sebagaimana seharusnya..

Mohon maaf, ya Tuhan..
Seringkali aku menunduk, tetapi tidak tertuju pada-Mu
Seringnya mata salah memandang..
Melihat samudera hanya dari perpaduan yang unik antara hidrogen dan oksigen,
alih-alih kerendahan yang meluaskan hati..
Melihat mentari dari kedahsyatan reaksi fusi nuklir,
ketimbang keindahan keikhlasan dalam memberi..

Bosan juga sebenarnya meminta ikan kepada-Mu,
namun Engkau tidak pernah berhenti memberiku kail..
Kita berdamai saja, ya..
Izinkan aku berusaha semampuku,
Setelah itu, Engkau yang tentukan hasilnya, sepenuhnya, terserah...

Tuhan,
Sekian dulu, ya..
Kantukku semakin menjadi
Kita sambung lagi esok pagi,
Itupun jika Engkau tidak mencabut nyawaku
karena doa yang kurang ajar ini..
Selamat malam, semoga damai di hati, damai di dunia, dan damai selalu

Gresik, 30 Juli 2010, selsurya.blogspot.com

Minggu, 18 Juli 2010

Titipan pagi


Setetes embun pagi ini membawa memoriku jauh terbang
menembus dimensi yang paling angkuh, waktu,
dan dimensi yang selalu membingungkan, ruang..
Masih teringat jelas senyuman itu..
Peluk hangat itu..
Tatapan sayu itu..
Kecup sayang itu..
dan teriakan-teriakan di siang hari yang bolong itu..
Masih terekam dengan sempurna
bagaimana kulit pahaku memerah karena aku tidak dapat mengeja kata
dengan baik..
kemudian telinga kiriku pun memerah karena aku tidak ingin tidur siang
dan memilih bermain bersama teman-temanku, waktu itu..
Itu semua karena cubitan kecilmu, yang semakin kecil, semakin sakit, sungguh..
Tentu saja aku tidak dapat melupakan aroma masakan di dapur kita
yang pengap itu..
Dan aku tidak pernah tahu rahasia bumbu yang lezat itu
Sampai pada akhirnya aku menyimpulkan sendiri,
bahwa bumbu rahasia itu adalah cintamu kepadaku,
kasihmu kepadaku..
Kini aku mulai tidak percaya kepada semua orang, tanpa kecuali,
yang mengatakan bahwa cinta itu buta, sungguh..
Engkau mengajarkan bahwa cinta itu tulus...itu saja, tanpa kecuali
Dan kini, entah ini takdir atau nasib, aku terpisah jauh darimu,
namun kutitipkan senyumku pada sinar mentari
dan pelukan hangat pada semilir angin yang berhembus
pagi ini..
Pagi ini saja dulu, Bunda...esok lagi.

Gresik, selsurya.blogspot.com, 18 Juli 2010