Hidup bukan tentang perjalanan kaki, tetapi perjalanan hati. Bukan tentang yang paling cepat, tapi yang paling dekat.
Kamis, 20 Mei 2010
Berguru pada Bambu
Langit di Keputih, Surabaya, hari minggu siang ini tampak masih dikelilingi awan kelabu. Sedikit demi sedikit tetes-tetes air turun sebagai gerimis. Cuaca yang pas sekali untuk bersantai di dalam kamar sambil menonton acara di televisi. Beberapa kali menekan remote, akhirnya aku terpaku pada salah satu channel yang menyajikan pertandingan sengit antara pemakai baju kaos merah putih dan pemakai baju kaos berwarna kuning menyala. Masing-masing kubu yang bertanding sedang mempertaruhkan nama baik Negara yang diwakilinya. Loncatan demi loncatan, keringat demi keringat, smash demi smash, sesekali diperlihatkan juga teknik netting, akhirnya pemakai kaos merah putih harus mengakui keunggulan pemakai baju kaos kuning. Stadium Putra, Kuala Lumpur, Malaysia menjadi saksi bisu kemenangan Cina atas Indonesia dalam laga memperebutkan piala Thomas. Taufik Hidayat, Markis Kido, Hendra Setiawan, dan Simon Santoso tentu sulit melupakan nama-nama seperti Lin Dan, Fu Haifeng, Cai Yun, dan Chen Jin. Namun, perjuangan mereka sangat pantas dihargai sebagai upaya mengharumkan nama Indonesia dalam bidang olahraga bulutangkis. Kekalahan ini seharusnya bisa menjadi cambuk, tidak hanya bagi para pemain bulutangkis, tetapi bagi segenap warga Indonesia untuk senantiasa meningkatkan kualitas diri dalam upaya menghadapi berbagai bentuk persaingan.
Kekalahan tim Thomas Indonesia ini menyiratkan suatu pesan yang sangat berharga, bahwa kita masih harus banyak belajar dan berlatih. Ada benarnya juga seseorang yang mengatakan, “Belajarlah hingga ke negeri Cina”. Perkataan itu menjadi semakin berarti karena memang Cina yang berhasil mempertahankan gelar juara Thomas Cup untuk kali kedelapan, karena memang Cina yang menjadi juara pada empat kali gelaran Thomas Cup berturut-turut, dan karena memang Cina yang menyebabkan angka 3-0 ini terjadi pada tanggal 16 Mei 2010. Namun, bila belum cukup uang terkumpul untuk biaya perjalanan ke Cina, kita tidak perlu bersedih hati. Jangan urungkan semangat untuk belajar. Gobind Vashdev memaparkan bahwa syarat belajar itu sama seperti syarat sebuah gelas agar dapat terisi air. Gelas tersebut harus terbuka agar air dapat masuk memenuhinya. Selain itu, gelas haruslah kosong agar air memiliki tempat di dalamnya. Sebagai syarat terakhir, posisi gelas haruslah lebih rendah dibandingkan sumber airnya. Mudah untuk dituliskan, namun tidak berarti sulit untuk dilakukan karena “there is a will, there is a way”.
Sekalipun kita belum bisa berkunjung ke Cina saat ini , kita masih bisa belajar hal-hal kecil tentang negeri tirai bambu ini. Ya, negeri tirai bambu karena di Cina banyak sekali terdapat tumbuhan yang satu ini. Pada kesempatan yang berbahagia ini, aku akan berbagi sedikit “kebajikan bambu” yang sangat terinspirasi oleh cerita bijak bapak Budi S. Tanuwibowo. Banyak orang tahu bahwa pada saat bambu bertumbuh besar, secara hampir bersamaan, ia juga beranak-pinak dengan cara bertunas. Ada pelajaran berharga yang dapat kita tangkap, yaitu tentang menjaga warisan orang tua dan melanjutkannya sepenuh hati. Bambu juga memiliki ruang kosong di dalam batangnya. Ruang ini disamping bisa dimanfaatkan untuk menghasilkan bunyi atau nada, juga melambangkan sifat kosong dan rendah hati. Sifat bambu selanjutnya adalah lurus. Hampir tidak pernah dijumpai ada bambu yang tidak lurus atau bercabang, walau tentu saja beranting. Sifat ini melambangkan kesetiaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Batang bambu beruas-ruas atau berbuku-buku yang melambangkan tahapan, tatanan, atau aturan. Ruas bambu mengingatkan kita pentingnya kesabaran dalam melalui proses demi proses, tahapan demi tahapan. Akar bambu yang menghujam lurus masuk ke dalam tanah menandakan pentingnya dasar pijakan yang tepat, sehingga tindakan kita bisa dipertanggungjawabkan secara kuat. Akar seperti inilah yang menyebabkan bambu kokoh dan tidak mudah tumbang. Jalinan akar bambu memaparkan tentang ketulusan untuk saling membantu. Tunas bambu muda, yang disebut rebung, dapat diolah menjadi makanan yang lezat. Selain itu, bambu dapat digunakan sebagai bahan seruling, angklung, calung, rakit, bahan bangunan, dan bambu runcing. Daun bambu dapat digunakan sebagai bungkus bacang dan jajanan khusus yang terbuat dari ketan. Kesemuanya itu menandakan bahwa bambu memiliki kemampuan untuk menyumbangkan semua bagian dirinya untuk kehidupan.
Begitu banyaknya nilai positif yang dapat kita petik dari tanaman yang banyak tumbuh di negeri Cina ini. Mudah-mudahan banyak hal yang bisa kita perbuat dari bahan renungan yang singkat ini. Tetap jaya tim bulutangkis Indonesia!!! Semoga bermanfaat.
Kamis, 06 Mei 2010
Aku Tahu
Aku tahu...
bahwa Engkau Maha Pengasih,
tetapi bibir ini tak pernah berhenti mengeluh akan masalah
Aku tahu...
bahwa Engkau Maha Pemurah,
tetapi tangan ini tak hentinya meminta belas kasihan orang lain
Aku tahu...
bahwa Engkau Maha Adil,
tetapi lidah ini selalu mendendangkan untung dan rugi
Aku tahu...
bahwa Engkau Maha Penyayang,
dan aku begitu memanfaatkannya sebagai pembaik bagi dosa-dosaku
Aku tahu...
bahwa Engkau Maha Melihat,
tetapi tetap saja berharap malam akan menghalangi pandangan-Mu akan sikapku
Aku tahu...
bahwa Engkau Maha Mendengar,
tetapi berharap gemuruhnya halilintar akan mengaburkan umpatan dan dustaku
Ternyata aku pun tahu bahwa Engkaulah Yang Maha Menjawab Doa,
tetapi beribadah hanya untuk memenuhi kewajibanku, bukan kerinduanku terhadap-Mu
Aku tahu, tetapi Engkau Maha Tahu...
Tak pernah pantas bagiku untuk mengagungkan pengetahuan kosong ini dihadapan-Mu
Pengetahuan yang seharusnya kuisi dan kupenuhi dengan rasa percaya
Gresik, 5 Mei 2010, 21.10 WIB
selsurya.blogspot.com
Langganan:
Postingan (Atom)