Semenjak menduduki bangku SD, aku memang suka menulis, lebih tepatnya menulis karangan. Mengarang itu mengasyikkan setidaknya karena 2 (dua) hal. Pertama, karena mengarang adalah suatu aktivitas penyaluran imajinasi. Bagi seorang anak SD, menyalurkan imajinasi itu penting. Siapapun yang menghambat atau menghalangi, bahkan mengubah alur cerita dalam imajinasi akan dianggap sebagai musuh. Imajinasi adalah ruang bagi seorang anak kecil untuk menjadi sosok yang diinginkannya. Satu-satunya tempat bagi mereka untuk menjadi satu-satunya orang yang berdiri paling gagah setelah mengalahkan musuh yang menculik perempuan yang dikaguminya. Hanya disanalah seorang anak kecil akan bersembunyi setelah dimarahi ibu guru karena nilai matematika yang jelek, diejek kawan karena kalah bermain kelereng, dan dijemur di lapangan karena lupa membawa topi pada saat upacara. Kedua, karena dengan mengarang aku bisa "mempermainkan" waktu. Dalam kenyataan, waktu mustahil "dipermainkan". Dia berjalan terus tanpa pandang bulu, membuat banyak hal menua. Akan tetapi, dalam imajinasi, waktu kehilangan taringnya. Aku bisa menceritakan sesuatu dari masa sekarang ke masa lalu, atau dari masa lalu ke masa sekarang, atau lagi dari masa sekarang ke masa yang aku reka-reka sendiri. Dan untuk membuat waktu semakin tak berdaya, aku selalu mengawali karanganku dengan 3 kata pamungkas, yakni "Pada Suatu Hari", yang bisa saja telah, sedang, akan, atau tidak akan pernah benar-benar terjadi.
Seiring waktu berjalan, aku belajar lebih banyak hal, melihat lebih banyak pemandangan, mendengar lebih banyak suara, mengecap lebih banyak rasa, dan menghirup lebih banyak aroma. Aku mempelajari lebih banyak ilmu yang sering disebut orang-orang dengan sebutan ilmu pasti. Aku sendiri sebenarnya kurang setuju bila dikatakan ada ilmu jenis ini karena setiap saat dunia berubah, bergerak begitu dinamis, dan apapun bisa berubah terhadap pergerakan waktu.
Matematikawan mencoba menghitung banyak hal, tapi akhirnya sampai juga pada lambang yang mengisyaratkan hasil yang tak terdefinisi, tak tentu, tak hingga, dan imaginer. Begitu juga dengan ilmu fisika, kimia, dan biologi. Pada tahun-tahun tertentu muncul teori-teori yang menggantikan teori sebelumnya. Michael Faraday dengan sinar katodanya, Gustaf Kirchoff dengan radiasi benda hitamnya, Max Planck dengan teori energi terkuantisasinya, dan Einstein dengan efek fotolistriknya membuat mekanika klasik menjadi tidak relevan dan akhirnya tergantikan oleh mekanika kuantum. Teori atom Democritus tersisih oleh teori atom John Dalton, kemudian secara berurutan disempurnakan oleh teori atom J.J. Thomson, Rutherford, Niels Bohr, dan model atom abad 20 oleh Erwin Schrodinger. Teori evolusi pun setali tiga uang, berkembang terus.
Hal-hal tersebutlah yang menyebabkan ilmu pasti tidaklah benar-benar pasti. Ada kemungkinan teori-teori yang saat ini digunakan, tergantikan oleh teori baru di masa-masa yang akan datang. Memang dibutuhkan waktu yang tidak sebentar untuk mengganti suatu teori dengan teori yang lain yang lebih baru dalam sains. Berbeda dengan ilmu-ilmu sosial yang sifatnya "lebih cair" karena terkait dengan pola-pola interaksi perilaku, khususnya manusia, yang cepat berubah seiring dengan kemajuan teknologi. Ada 3 tradisi besar orientasi teori ilmu sosial, khususnya psikologi, dalam menjelaskan dan memprediksi perilaku manusia. Pertama, perilaku disebabkan faktor dari dalam atau deterministik. Kedua, perilaku disebabkan oleh faktor lingkungan atau proses belajar. Ketiga, perilaku disebabkan oleh interaksi manusia dengan lingkungan. Memang ada juga beberapa pola-pola perilaku yang tetap dipertahankan dalam kehidupan bermasyarakat sebagai ciri khas suatu daerah, suatu keyakinan, atau suatu keturunan. Namun, secara umum, teori-teori dalam bidang sosial sifatnya "lebih cair"/perubahannya lebih cepat bila dibandingkan teori-teori sains.
Melihat perbedaan "tingkat kekentalan" seperti inilah, aku berusaha memadukan nilai-nilai sains, khususnya kimia (chemistry), dengan perilaku manusia pada umumnya dalam kehidupan sehari-hari melalui beberapa tulisan. Seperti mencampur sirup dengan air yang masing-masing berbeda kekentalannya. Menikmati sirup saja akan terasa manis sekali, sedangkan menikmati air saja akan tawar rasanya. Dan mencampur keduanya dalam sebuah buku adalah pekerjaan mengasyikkan. Buku ini kuberi nama CHEMINLOVE (Chemistry in Love).
Cheminlove adalah buku kecil yang tidak berusaha untuk memamerkan satu cabang ilmu sains, tapi berusaha untuk menjadikan sirup (konsep kimia) yang terlalu manis, sehingga banyak yang menghindarinya karena takut batuk, dengan mencampurkannya dengan air (perilaku/peristiwa dalam kehidupan sehari-hari). Aku sangat menyadari bahwa tidak semua hal bisa dicampurkan sekehendak hati kita, namun dalam cinta (in love) kita akan melihat banyak perbedaan yang ternyata hadir untuk saling melengkapi.
Cheminlove adalah juga mimpi/imajinasi yang terealisasi karena memanfaatkan 3 kata pamungkas yang aku ceritakan di awal tadi. Oleh karenanya, jangan terlalu sering menyepelekan kata-kata anak kecil. Cheminlove bisa terwujud karena aku melengkapi 3 kata pamungkas tersebut sehingga menjadi seperti ini, "Pada Suatu Hari Nanti, Aku Akan Memiliki Sebuah Buku Yang Aku Tulis Sendiri!"
Hidup bukan tentang perjalanan kaki, tetapi perjalanan hati. Bukan tentang yang paling cepat, tapi yang paling dekat.
Senin, 28 November 2011
Selasa, 01 November 2011
Lovember
Pagi ini..
Batang-batang cahaya matahari menyelinap
memasuki berbagai celah
untuk menyapa raga-raga yang lelap,
yang lelah akan pengejaran, pencarian, pemenuhan, dan pencapaian
Sebagian cahaya lainnya
sedang menyoroti tetes-tetes air di atas singgasana daun teratai,
yang tetap anggun dalam wujudnya,
tertetes, namun tak membasahi..
dekat, namun tak terikat..
Sebagian cahayanya lagi membentuk kilauan pada jaring laba-laba
dengan aneka diagonalnya,
bertahta indah pada ruang-ruang yang tak terjamah
oleh ayunan napas manusia
Pagi ini..
Angin telah bercerai dengan debu
Membawa kesegaran bagi kepenatan, kejenuhan, ketidakpuasan,
ketidakberdayaan, dan kealpaan
Dan cinta pun telah disemai dari langit,
kemudian merunduklah orang-orang yang menganggap
bahwa cinta telah berhenti di ujung pena,
yang lupa bahwa cinta meresap memenuhi bhuana,
bahkan pada tetes-tetes air mata subuh
yang membiaskan warna matahari
Pagi ini..
Banyak jiwa yang terkunci dalam dimensi
sedang tersenyum karena menyadari
bahwa kerinduan telah menemukan penawarnya,
bahwa berdiri di bawah pohon waktu yang rindang kedamaian
adalah sebuah pilihan yang tepat
Pagi ini....pagi yang penuh cinta....
kuberikan saja nama Lovember
Surabaya, 1 Nopember 2011
Batang-batang cahaya matahari menyelinap
memasuki berbagai celah
untuk menyapa raga-raga yang lelap,
yang lelah akan pengejaran, pencarian, pemenuhan, dan pencapaian
Sebagian cahaya lainnya
sedang menyoroti tetes-tetes air di atas singgasana daun teratai,
yang tetap anggun dalam wujudnya,
tertetes, namun tak membasahi..
dekat, namun tak terikat..
Sebagian cahayanya lagi membentuk kilauan pada jaring laba-laba
dengan aneka diagonalnya,
bertahta indah pada ruang-ruang yang tak terjamah
oleh ayunan napas manusia
Pagi ini..
Angin telah bercerai dengan debu
Membawa kesegaran bagi kepenatan, kejenuhan, ketidakpuasan,
ketidakberdayaan, dan kealpaan
Dan cinta pun telah disemai dari langit,
kemudian merunduklah orang-orang yang menganggap
bahwa cinta telah berhenti di ujung pena,
yang lupa bahwa cinta meresap memenuhi bhuana,
bahkan pada tetes-tetes air mata subuh
yang membiaskan warna matahari
Pagi ini..
Banyak jiwa yang terkunci dalam dimensi
sedang tersenyum karena menyadari
bahwa kerinduan telah menemukan penawarnya,
bahwa berdiri di bawah pohon waktu yang rindang kedamaian
adalah sebuah pilihan yang tepat
Pagi ini....pagi yang penuh cinta....
kuberikan saja nama Lovember
Surabaya, 1 Nopember 2011
Langganan:
Postingan (Atom)