Hidup bukan tentang perjalanan kaki, tetapi perjalanan hati. Bukan tentang yang paling cepat, tapi yang paling dekat.
Kamis, 05 April 2012
Naik Becak..Ayo Melambat
Pernah naik becak?? Sebagian besar dari kita pasti pernah menaikinya. Bila belum?? Coba! Aku angkat judul naik becak pada catatan kali ini karena “merasa” ritme kehidupan berjalan begitu cepatnya di jaman yang serba canggih ini. Kemajuan teknologi membuat dunia semakin “datar” saja. Media jejaring sosial seperti Facebook, Twitter, dan Myspace memungkinkan setiap orang terkoneksi dengan orang lain dengan begitu cepatnya dari berbagai belahan dunia. Dunia sudah tidak bulat lagi..hehe. Berbagai informasi menghantam otak manusia setiap saat dan memengaruhi keputusan, sikap, pola pikir, dan pada akhirnya membentuk kebiasaan-kebiasaan baru. Acara-acara hiburan di televisi membuat anak-anak kecil berlaku, berbicara, dan menyanyi lebih dewasa daripada usia mereka. Sampai-sampai ada yang berinisiatif membentuk “boyband” anak-anak! So fast to serious!! Bahkan sehari yang lalu, aku menanam biji cabe, sekarang sudah berbuah lebat..haha. Yang terakhir tentu saja bohong, tapi yang jelas, aku ingin menunjukkan bahwa banyak hal yang bergerak begitu cepatnya di jaman sekarang ini.
Begitu banyaknya orang yang menasihatkan agar kita bergerak lebih cepat..lebih cepat..dan lebih cepat lagi. Pekerjaan harus diselesaikan lebih cepat, kuliah S1 kalau bisa diselesaikan 3 tahun saja, yang belum memiliki pacar harus cepat-cepat mencari pasangan, yang sudah memiliki pasangan harus cepat-cepat menikah, dan yang belum memiliki rumah tinggal harus cepat-cepat mengontrak/membeli rumah. Banyak yang cepat, bukan? Asal jangan sampai ada orang yang menasihatkan, “Yang masih hidup harus cepat-cepat mati!” Kata cepat itu sendiri sebenarnya sudah keren, namun bila ditambahkan lagi 1 kata cepat menjadi cepat-cepat, nilai kerennya menurun. Cepat-cepat terkesan terburu-buru dan dilakukan dalam kondisi yang kurang nyaman. Catatan ini bukan dimaksudkan untuk memprovokasi siapapun untuk mengurangi apapun yang bisa dikerjakan dengan cepat, tapi lebih kepada bersama-sama menyediakan sedikit momen untuk melambat…setiap hari.
Inspirasi untuk melambat ini datang dari seorang Abang becak yang sedang mengayuh kendaraannya pada suatu pagi yang cerah. Aku jadi teringat masa-masa ketika bersekolah di Cianjur. Sering sekali aku menaiki alat transportasi yang satu ini. Rasanya menyenangkan, ada angin semilir yang menerpa wajah, dan banyak benda terlihat lebih jelas. Bentuk pohon, daun, awan, tiang listrik, bangunan, sungai, dan trotoar dapat terlihat lebih jelas bila dibandingkan saat kita menumpangi kendaraan bermotor. Banyak hal yang bentuknya lebih jelas apabila kita melambat, apalagi kalau kita diam…hehe. Sesekali tidak ada salahnya menyimpan kendaraan kita di garasi dan berkeliling kota dengan becak, itung-itung penghematan BBM. Ongkos naik becak memang agak gelap, tidak ada standar yang jelas untuk jarak tertentu, tapi tidak apa-apa, anggap saja kita beramal kepada Abang becak yang sebagian besar adalah bapak-bapak dan ada juga yang hampir kakek-kakek. Bila di daerah tempat tinggal tidak ada becak, pergi ke kota lain yang ada becaknya, sekalian jalan-jalan. Tapi ingat, becak yang aku maksud adalah kendaraan roda tiga yang dikayuh oleh manusia, bukan digerakkan oleh motor, karena di Lamongan ada satu jenis kendaraan seperti becak yang digerakkan oleh motor, namanya BELA (Becak Lamongan) dan pengendaranya menggunakan helm.
Sampai di paragraf ini, aku akan memberikan inti dari catatan ini. Sebagian besar dari kita mengejar sesuatu dalam hidup ini. Sebagian besar dari kita memiliki impian dan kecepatan adalah hal yang penting dalam proses pencapaiannya. Namun, apabila kita yakin bahwa keberhasilan pencapaian impian kita sangat ditentukan juga oleh ENERGI BESAR yang hanya bisa diakses dalam zona yang hening dan gelombang otak yang berfrekuensi rendah, maka momen untuk melambat adalah hal yang sangat penting. Gelombang otak yang berfrekuensi rendah inilah yang aku analogikan seperti naik becak, bukan kendaraan bermotor. Sebagian orang menyebutnya zona khusyuk, atau berada dalam frekuensi gelombang alfa, atau dalam bahasa yang lebih keren, meditation state. Inspirasi, kreatifitas, dan ide-ide baru biasanya hadir apabila kita berada dalam zona tersebut. Seperti yang aku tulis sebelumnya, banyak hal yang terlihat lebih jelas justru ketika kita melambat, dalam hal ini gelombang otak kita yang melambat. Dan sediakan sedikit waktu, mari kita duduk saja, santai saja, bernapas perlahan saja, amati udara yang keluar dan masuk, dan syukuri apa saja yang kita miliki/terima. Rasakan seperti naik becak..hehe. Mari melambat…how slow are you??!
Surabaya, 5 April 2012
Gambar diambil dari: http://pakdeazemi.wordpress.com/2010/06/28/pengen-meniru-keikhlasan-ttkang-becak-di-jogya/
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar