Dulu, ketika saya kelas 2 SMP, sekarang mungkin setara dengan kelas 8, ada teman saya yang ribut sekali ketika pelajaran bahasa indonesia. Teman saya itu duduk persis di depan bangku saya. Gak tau juga apa yang diributkan dengan teman sebangkunya, yang jelas bapak guru bahasa indonesia langsung menoleh ke arahnya dan langsung mendekatinya.
Tanpa basa-basi, ba-bi-bu-be-bo, telinga kanan teman saya ini langsung dijewer oleh pak guru, dan dia meringis kesakitan. Sebagai teman yang baik, saya hanya bisa tertawa kecil saja..kalau tertawa besar, tentu saya bukan teman yang baik:) Setelah menjewer telinga teman saya, pak guru bahasa indonesia langsung menuju depan kelas dan mulai menerangkan begini, "Saya tidak menjewer Amin (nama disamarkan untuk kepentingan penulis), saya hanya menjewer bagian yang nakal dalam diri Amin."
Saya tidak tahu apakah pak guru ini sedang berpuisi atau membaca sajak, yang jelas, kata-katanya sulit dipahami pada waktu itu. Menjewer kenakalan seseorang berarti kan menjewer orang itu?! Aneh kata-katanya...! Tapi seiring berjalannya waktu, saya mulai memelajari banyak hal, tentang karakter, sifat, dan ego state yang ada dalam diri manusia, dan akhirnya....AHA..kata-kata pak guru beberapa tahun silam itu terngiang kembali.
Tiap orang memiliki bagian-bagian kecil diri, yang kita sebut saja personalitas mini/kecil. Ada si nakal, si baik, si gembira, si bijaksana, si sukses, si berani, si kasih sayang, dan lain-lain. Bagian-bagian kecil diri itu berinteraksi terus-menerus dalam diri kita dalam menghadapi sesuatu. Keributan-keributan yang mereka hadirkan kadangkala membuat kita galau, bingung, bimbang, ingin melangkah, tapi kok ya sulit, masih sayang, tapi kok benci ya, sebenernya gak mau nakal, tapi tangan gatel mau ngusilin orang lain. Menarik....setiap orang unik. Setiap orang adalah RASA dengan KOMPOSISI tertentu.
Dan benar kata pak guru bahasa indonesia saya dulu, dia hanya menjewer bagian yang nakal dari diri teman saya itu. Karena tentu saja, dalam diri teman saya itu ada bagian yang baik hati, penuh kasih, bijaksana, dekat dengan Tuhan, yang jarang dimunculkan sebagai karakter yang dominan, yang jarang diajak berbicara, dan jarang dipeluk dengan mesra oleh bagian-bagian diri yang lainnya.
Kalau kita menyadari konsep ini, sebenarnya kita bisa lebih sabar menghadapi orang-orang yang pemarah, pendendam, cerewet, dan usil. Di dalam diri mereka pasti ada bagian-bagian yang "baik hati", namun jarang dimunculkan. Bukan karena seseorang itu nakal, kita membenci keseluruhan dirinya. Setiap orang pernah salah, pernah menyakiti orang lain, baik sengaja maupun tidak, tapi hanya orang kuat yang bisa memaafkan. Hanya orang kuat yang bisa, dan hanya orang-orang yang mencintai hatinya sendiri.
Happy Weekend, teman-teman!