Hidup bukan tentang perjalanan kaki, tetapi perjalanan hati. Bukan tentang yang paling cepat, tapi yang paling dekat.
Kamis, 29 Oktober 2009
Chemistry is all about life..!!
Catatan ini bukan semata-mata untuk menyombongkan salah satu cabang ilmu pengetahuan alam, bukan pula untuk merangkum segala isi alam semesta dalam satu kata, yaitu kimia, terlebih lagi bukan untuk ajang promosi salah satu jurusan terkenal di ITS. Buang semua pikiran itu..! Catatan ini dimaksudkan untuk sedikit memotivasi teman-teman yang karena angin nasib dipertemukan secara mendadak dengan tabung reaksi, erlenmeyer, buret, spatula, botol semprot, dan pengaduk. Jangan mengeluh, apalagi pindah jurusan, jalani saja dengan ikhlas..!
Sebagai seseorang yang pernah menduduki bangku kuliah selama 4 tahun di jurusan kimia, aku tidak asing lagi dengan istilah bahan kimia. Bahan kimia tersebut ada yang berbahaya dan banyak sekali yang bermanfaat bagi kehidupan. Berbicara mengenai bahan kimia, aku teringat percakapan seorang ibu dan pedagang tahu di pasar;
Ibu : “Pak, kok tahunya agak keras, pasti pake bahan kimia ya?”
Penjual tahu (PT) : “Nggak kok Bu, ini tahu baru. Percaya deh...Rasanya enak, harganya murah!!”
Sepintas percakapan tersebut sangat sederhana, namun telah sukses menggeser makna dari “bahan kimia” ke arah konotasi yang negatif. Sekarang, yang menjadi pertanyaan selanjutnya terkait percakapan di atas adalah, apakah mungkin penjual tahu tersebut membuat tahu tanpa bahan kimia? Apakah dengan segenap tenaga dalamnya, penjual tahu tersebut berhasil mensintesis tahu? Aku tidak perlu menjelaskan pembuatan tahu mulai dari penanaman bibit kedelai, tapi yang jelas bahan-bahan pembuat tahu adalah bahan kimia. Bahkan, tidak ada satu bahan pun di dunia ini yang tidak merupakan bahan kimia. Oksigen yang kita hirup, tempe penyet yang kita makan, air yang kita minum, obat yang kita konsumsi, dan tanah yang kita injak saat berjalan tidak lain dan tidak bukan adalah bahan-bahan kimia. Bukannya mau sombong, tapi ini fakta dan merupakan salah satu bentuk penghormatan kepada Eyang J.W. Dobereiner, Mbah J.A.R. Newlands, Bang Dmitri Mendeleyev, dan Mas Lothar Meyer yang dengan susah payah menyusun tabel periodik unsur-unsur kimia.
Ada juga percakapan yang masih kuingat sampai sekarang dengan seseorang yang bernama Burhan (bukan nama sebenarnya). Petunjuk : Kalimat dalam tanda kurung adalah perkataan dalam hati dan tidak diucapkan secara terang-terangan.
Burhan : “Denger-denger sekarang udah kuliah ya? Dimana?”
Yuda : “Iya dong, di ITS Surabaya.”
Burhan : “Ngambil jurusan apa?”
Yuda : “Jurusan kimia.”
Burhan : “Wah, pasti udah bisa bikin bom ya?!”
Yuda : “(Ya, buat ngebom rumahmu!!) Nggak kok, belum sampe sana pelajarannya.”
Burhan : “Nanti kalo udah bisa, ajarin ya!”
Yuda : “(Ya pasti dong, kamu kan korban pertamaku) Iya deh, tapi jangan untuk hal-hal yang negatif ya!”
Aku tidak tahu Burhan bercanda atau tidak, tapi yang lebih penting lagi penilaiannya tentang ilmu kimia sendiri sangat sempit, hanya sebatas bom. Banyak orang awam, yang tidak berkecimpung langsung dalam bidang kimia, memandang ahli-ahli kimia adalah orang-orang yang mahir dalam pembuatan bom. Pandangan tersebut tidak sepenuhnya salah karena tidak semua orang bisa merakit bom tanpa pengetahuan kimia yang memadai, tetapi tidak bisa dijadikan tolak ukur penilaian ilmu itu sendiri. Kimia itu luas Bro...! Luas...!!
Ada juga percakapan yang cukup memilukan hati terkait ilmu kimia ini. Tapi orang yang berbicara sudah kumaafkan lahir dan batin.
Miss. X : “Ilmu kimia yang kalian pelajari di bangku kuliah hanya akan terpakai tidak lebih dari 5% di dunia kerja.”
Yuda : (Mbak dapet data dari mana? Tahun berapa? Yang buat masih hidup nggak? Sample perusahaannya apa aja? Simpangannya berapa? Udh di uji-t belum? Kalo aku jadi dosen, pasti lebih dari 5% donk?! Nggak mungkin kan dosen kimia pake hanya 5% ilmu kimianya?!)
Miss. X : “Oleh karena itu, siapkan dirimu menghadapi tantangan dunia kerja!”
Yuda : (Gimana kalo Mbak aja yang t’tantang berkelahi?)
Semangatnya sih boleh, tapi jangan pake data yang merendahkan kualitas ilmu kimia donk! Gimana mau semangat belajar kalo tahu bahwa ilmu kimia yang dipake cuma sedikit dalam dunia kerja? Teruslah belajar, kejar ilmu setinggi langit, jadikan bermanfaat bagi Nusa, Bangsa, dan agama. Kita tidak bisa hitung persentase ilmu yang kita serap, kita lupakan, dan kita gunakan dalam kehidupan sehari-hari. Tidak ada rumusnya. Semua pengetahuan yang kita miliki pada akhirnya membentuk karakter kita, dan menjadikan kita pribadi yang unik. Perhitungan seperti itu sungguh tidak penting. Hitunglah sesuatu yang dapat meningkatkan motivasi kita dalam bekerja, berkarya, dan beramal. Lupakan saja semua rumus yang dapat melemahkan motivasi kita akan semua hal yang baik.
Teruslah berjuang dan berkarya, hidup Kimia, hidup Indonesia..!
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
boleh juga tuh postingnya...
BalasHapusby the way, any way, bus way...nerusin s2 dmn nih
yayang Tj-ku denger2 mau k ITB
loe ke Jerman aj deh...ntar aq kenalin ma cowok Jerman yang tinggi2 ya, bwt perbaiki keturunan
hehehe
tapi lebih baik ilmu kimia memang harus ditakuti biar g ada yang berani macem2 ma org kimia
VIVAT HIMKA...
HIDUP HIMKA, HIDUP KIMIA, HIDUP ITS