Tadi makan mie ayam di warung kopi. Keren kan, di warung kopi ada mie
ayam?! hehe..Untuk menemani semangkuk mie ayam, saya memesan minuman
dingin rasa jeruk. Siang ini cukup terik, sehingga perpaduan antara
dingin-kecut-manisnya es jeruk dan hangat-asin-pedasnya kuah mie ayam
sangat pas rasanya di tenggorokan.
Ketika sedang menikmati mie ayam, seorang ibu datang, menggendong
seorang anak laki-laki dengan kain. Tangan kiri ibu ini menggandeng
tangan kanan seorang anak perempuan. Tangan kanannya memegang 'alat
musik' yang terbuat dari kayu yang dihiasi beberapa tutup botol minuman
bersoda.
Tidak beberapa lama mulailah ibu ini bernyanyi sambil
menggerakkan-gerakkan 'alat musik' sederhananya. Lagunya berbahasa
Indonesia, namun asing di telinga saya. Baru beberapa kalimat meluncur
dari mulut ibu itu, saya segera memberinya uang. Saya menghargai upaya
ibu ini, namun terlebih lagi, saya ingin menikmati makan siang saya
saja. Saya ingin ibu itu menghentikan nyanyiannya dan segera pindah ke
tempat yang lain.
Tak disangka-sangka, beberapa detik setelah saya memberinya uang,
ibu ini langsung memesan mie ayam di tempat saya makan! Glek! "Pak,
mie-ne siji (mie ayamnya satu), mangkok'e loro (mangkuknya dua)," pesan
ibu itu kepada tukang mie ayam. Ada perasaan kaget campur bingung campur
linglung dalam hati dan kepala saya. Sungguh, makan siang saya hari ini
ramai sekali rasanya..hehe. Ibu itu duduk di hadapan saya, kemudian
menenangkan kedua anaknya yang rewel. Apa yang saya inginkan untuk
'pergi', malah 'mendekat'.
Selang beberapa saat, mie ayam yang dipesan ibu itu datang juga.
Tukang mie ayam sepertinya paham maksud ibu itu. Dia tidak memberikan
apa yang dipesan, tapi memberikan 2 mangkuk yang telah berisi mie ayam
setengah porsi-setengah porsi kepada ibu itu. Keren! Pastilah maksud ibu
itu juga demikian, karena dia membawa 2 orang anak yang harus diberi
makan. Ini komunikasi setengah kebatinan..hehe. Sambil menikmati mie
ayam yang tinggal sedikit lagi di mangkuk, sesekali saya melihat ketiga
orang ini makan. Rukun dan lahap sekali.
Apa pelajarannya?? Terkadang, apa yang kita inginkan pergi justru
tidak pergi, malah mendekat untuk menunjukkan pelajaran yang berharga
kepada kita. Kehidupan bukan saja tentang terpenuhinya keinginan, tapi
juga keselarasan dengan rancangan-Nya. Dan komunikasi antara tukang mie
ayam dan ibu itu menunjukkan bahwa ada hal-hal yang terkadang luput dari
pemahaman kita hanya karena kita terlalu lama bersenang-senang dalam
struktur, dalam konteks, dalam arti, bukan dalam makna.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar