Bila
disuruh jujur, ada bagian diri saya yang tidak menyukai kegagalan,
sehingga menimbulkan rasa tidak nyaman. Bagian diri yang kemudian
meratap dan mempertanyakan sesuatu yang tidak membutuhkan jawaban,
"Mengapa harus saya? Mengapa saat ini? Mengapa dengan cara seperti ini?"
Namun, bagian diri itu tidak sendirian. Ada bagian diri lain yang menemaninya sambil berkata, "Kegagalan itu adalah sebuah
proses belajar untuk bertumbuh menjadi lebih baik, lebih kuat, dan
lebih bijaksana. Kegagalan sangat mahal harganya karena berisi banyak
pelajaran. Kesuksesan atau keberhasilan itu memiliki makna justru karena
ada kegagalan. Sesuatu disebut gagal karena ada acuan yang disebut
berhasil. Begitu juga sebaliknya. Dua hal yang berlawanan hadir untuk
saling menguatkan makna satu sama lain."
Dan kehidupan pun,
dengan adilnya, tidak selalu mempertemukan saya dengan kegagalan.
Seringkali saya juga berjumpa dengan keberhasilan dan kesuksesan yang
menyuguhkan rasa gembira. Namun, dalam kegembiraan itu, saya kadang
mulai berlaku tidak adil. Hampir tidak pernah, dalam momen-momen seperti
itu, ada bagian diri saya yang bertanya, "Mengapa harus saya? Mengapa
saat ini? Mengapa dengan cara seperti ini?"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar