Suatu
ketika saya mengalami kejadian yang membuat perasaan sedih saya muncul.
Sudah lupa kapan tepatnya, tapi yang jelas, ketika itu perasaan saya
berada pada kondisi 'aku rapopo' (aku RApuh POrak POranda)..hehe. Mau
ngapa2in gak enak rasanya.
Sampai akhirnya sesosok malaikat
berwujud manusia yang ditakdirkan menjadi teman saya muncul. Tidak lupa
juga sambil membawa kata-kata penyejuk jiwa yang dipetiknya
langsung dari surga. Dengan tenangnya dia bersabda, "Sudahlah Yud, yang
lalu biarlah berlalu, masa lalu menjadi milik masa lalu, ikhlaskan
saja." Mendengar kalimat suci itu, semua keinginan saya lenyap, kecuali 1
hal...keinginan untuk menampok mulutnya!
Jangankan orang yg
sedang sedih, orang yang sedang biasa2 saja belum tentu bisa menjalankan
perintah teman saya itu. Anggap saja saya sedang duduk selonjoran di
lantai 1 sebuah gedung sambil nangis, kemudian seorang teman datang
ingin membantu saya berdiri..tapi dia menyuruh saya langsung loncat ke
lantai 10! Kan bisa tanya dulu, "Masih mau selonjoran atau mau berdiri
dan naik ke lantai atas?"
Kadang, orang yg sedang sedih belum
tentu langsung mau 'berdiri', dia mau 'selonjoran' dulu sambil
'menikmati' perasaannya. Kadang juga dia hanya ingin ada orang yang
'selonjoran' juga di sampingnya, mendengarkannya bercerita panjang
lebar, kemudian setelah ceritanya habis, dia berdiri sendiri, bahkan
tanpa perlu 'dibantu'. Kadang, ada yang senang 'disuguhkan' tangga, jadi
dia bisa terbantu untuk 'berdiri dan naik".
Tidak ada yg salah
dengan nasihat baik, tapi tidak semua orang butuh pencerahan. Orang
yang merasa dirinya 'cerah' tidak perlu kita sajikan cahaya, beri
'kegelapan' agar 'cahayanya' semakin bersinar. Itupun kalau kita mau.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar