Jumat, 27 November 2009

Catatan Kecil tentang Sebatang Pohon..


Mataku terpaksa memandangi sederetan pohon yang tumbuh di tepi jalan Arief Rahman Hakim, Surabaya, ketika sedang melaju dengan sepeda motor. Terpaksa karena hanya itu pemandangan yang cukup membuatku merasa damai di tengah hiruk-pikuk keramaian kota metropolis. Sebenarnya, tidak terlalu banyak juga pohon yang tumbuh, tapi cukuplah untuk sekedar memberikan asupan oksigen yang berarti bagi paru-paruku. Masih bisa bernapas sampai sekarang adalah anugerah yang sangat luar biasa.
Di musim hujan seperti ini, kehadiran pohon sangat berarti sebagai penyerap air hujan yang sampai ke tanah, sehingga diharapkan tidak ada kelebihan air yang dapat menyebabkan banjir dan tanah longsor. Kemampuannya mengolah karbondioksida menjadi oksigen dapat memberikan manfaat berarti bagi makhluk hidup lain. Kelebihan gas karbondioksida ini dapat memberikan pengaruh buruk bagi lingkungan karena dapat menimbulkan pemanasan global (global warming). Itulah sebagian manfaat dari kehadiran pohon bagi kehidupan makhluk. Pohon, yang kita lihat diam, tanpa ekspresi, dan tenang, memberikan satu manfaat besar bagi kita. Tidak ada kesombongan, yang ada adalah keikhlasan memberi. Ketenangan pohon ini memberikan aku inspirasi. Ada kalanya ketika kita harus diam, tak berbicara, namun tetap memberikan manfaat yang berharga bagi orang lain. Ini patut kita tiru agar pintu keikhlasan berkorban dalam hati terbuka secara perlahan.
Pertumbuhan sebatang pohon mengikuti cahaya matahari, namun akarnya menyusuri tanah yang dalam. Tumbuh mengikuti cahaya, namun akarnya kuat mencengkeram bumi. Seperti itulah kita seharusnya. Menimba ilmu mengikuti cahaya-cahaya kebenaran, namun tidak serta-merta melupakan asal-usul kita, suatu tempat awal dimana kita tumbuh. Kekokohan sebatang pohon dapat terlihat dari ketinggian pohon itu dan kedalaman akar yang menyangga tubuhnya. Dalam pertumbuhan sebatang pohon, ada kalanya ranting-ranting tua patah dan tergantikan ranting-ranting baru. Daun-daun yang telah layu menggugurkan dirinya dan diganti daun-daun yang lebih segar, kemudian tumbuh mekar. Sama seperti perjalanan hidup kita. Pola pikir yang telah usang, diganti dengan yang lebih memberi manfaat bagi banyak orang. Pandangan-pandangan yang sempit diperluas agar memberi kenyamanan bagi yang lain. Teori-teori lama digantikan dengan yang lebih bijaksana. Semuanya berubah seiring dengan peningkatan kedewasaan kita semua. Berubah untuk menjadi lebih baik.

Mudah-mudahan catatan kecil ini memberikan satu bentuk motivasi yang baru. Selamat Idul Adha 1430 Hijriyah, bagi yang merayakan, semoga kita semua senantiasa berkorban seperti pengorbanan sebatang pohon.

Surabaya, 27 Nopember 2009

Kamis, 26 November 2009

Kesesuaian Frekuensi, Mungkin Itulah 'Chemistry'..


Bila ada satu kata yang paling sering aku dengar 4 tahun belakangan ini, itulah kimia. Bila ada satu hal yang paling membuat aku bangga sebagai seorang mantan mahasiswa, itu juga kimia. Bila ada satu ilmu yang penuh dengan reaksi, dengan yakin aku katakan, "Pastilah itu kimia!". Kimia, kimia, dan kimia. Satu ilmu yang telah berhasil menjebakku dalam rutinitas pencampuran, pendinginan, pemanansan, pembakaran, penguapan, pengeringan, dan hal-hal lainnya yang tidak hanya membutuhkan keuletan, tetapi juga kesabaran. Aku telah terjebak, namun di tempat yang tepat dan nikmat.
Bila kita mempelajari kimia, kita harus rela mempelajari sifat zat dan mempelajari reaksi yang menjadikan satu zat berubah menjadi zat lain. Hanya ada dua asas yang mendasari konsep kimia, yakni kekekalan materi dan kekekalan energi. Reaksi kimia merubah satu zat menjadi zat lain, namun jumlah materi yang terlibat sepanjang reaksi selalu kekal. Begitu pula dengan energinya. Jumlah energi yang terlibat dalam reaksi kimia selalu kekal. Hanya ada satu hal yang bisa kita lakukan terhadap energi yang tidak dapat kita ciptakan dan musnahkan, yakni merubahnya dari satu bentuk ke bentuknya yang lain. Menariknya, bila cinta dipahami sebagai sepaket energi, maka kita tidak akan pernah bisa memusnahkannya. Itulah yang menjadi alasan mengapa sulit bagi kita melupakan seseorang yang pernah kita cintai. Melupakan sama dengan memusnahkan. Lebih baik kita berusaha merubahnya menjadi bentuk energi lain yang positif.
Kimia, yang dalam bahasa Inggris disebut juga chemistry, diartikan secara indah oleh Martin H. Manser. Menurut beliau, "Chemistry is scientific study of the structure of substances and how they combine together." Dua atau lebih zat yang berbeda bisa bersatu (combine together) secara sempurna bila menganut satu prinsip pencampuran, yaitu "like dissolves like" atau suka sama suka. Tidak ada yang sempurna selain Yang Maha Sempurna, maka dari itu diperlukan pengaturan suhu, emosi, untuk mencapai pencampuran yang diinginkan.
Belakangan ini, istilah chemistry mengalami pergeseran makna. Definisi yang semula bersifat 'scientific' bergeser ke arah yang lebih kepada 'interpersonal relation'. Hal ini dapat dibuktikan dengan beberapa curahan hati sebagai berikut, "Mungkin belum ada chemistry diantara kita!", "Rasanya nyaman banget ngobrol ma kamu, serasa ada chemistry diantara kita!", "Mana ekspresinya? Nggak ada chemistry sama sekali di adegan tadi!", "Should i give a reason for it? just say.. its our chemistry that make it this way." Chemistry dalam konteks curhat di atas lebih tepat diartikan sebagai kecocokan daripada ilmu kimia itu sendiri. Namun, sebagai seseorang yang sempat bergelut dengan hal-hal ilmiah, aku tetap memilih definisi yang lebih rumit, yakni kesesuaian frekuensi. Kesesuaian frekuensi menyebabkan resonansi, turut bergetarnya sesuatu karena pengaruh getaran sesuatu yang lain. Dan pada akhirnya, kecocokan itu timbul karena adanya resonansi...dari dalam hati.
Semoga bermanfaat.

NB: Terima kasih kepada Myru Nana atas komentarnya yang sangat inspiratif tentang chemistry!

http://selsurya.blogspot.com/

Rabu, 25 November 2009

Not only be a giver..


Akhir-akhir ini langit Surabaya sudah tampak bersahabat, setidaknya bagi para petani yang sangat membutuhkan air hujan. Memang belum terlampau sering hujan turun, namun hawa mendung langit, sesekali, menawarkan kesejukan tersendiri. Kipas angin di kamar tidak perlu lembur lagi dan selimut di atas tempat tidur mulai berfungsi kembali. Cerita mimpi tidur malamku sudah bisa kunikmati seutuhnya tanpa harus khawatir terputus karena terbangun tengah malam gara-gara kegerahan.
Hujan, begitu indah ketika bisa dimaknai sebagai serah terima air dari langit kepada bumi.Langit memberinya dengan senang hati dan bumi pun menerimanya dengan lapang hati. Langit telah menyajikan satu keindahan lagi. Menjadi pemberi, itulah yang ingin disampaikannya. Seperti hidup kita yang senantiasa bermanfaat bagi orang lain, senatiasa memberi disertai keikhlasan hati. Petuah bumi pun tidak kalah pentingnya. Menjadi penerima yang lapang hati, itulah nasehatnya. Tanpa kelapangan hati bumi, pemberian langit tak akan berarti. Di lain waktu, bumi pun senantiasa menjadi pemberi yang baik dengan mengikhlaskan sedikit air dari samuderanya terangkat menuju langit menjadi segerombolan kabut tipis awan. Bumi tidak sekedar menerima, namun juga memberi. Begitu pula dengan langit. Semuanya memiliki peran penting masing-masing pada suatu waktu tertentu.
Kita dapat menarik satu benang merah dari persahabatan langit dan bumi. Alam semesta ternyata tidak hanya bercerita tentang keikhlasan memberi, tetapi juga kelapangan hati untuk menerima. Apa jadinya hidup ini bila semua orang ingin memberi? Lantas, siapa yang akan menerima semua pemberian itu? Maka, menjadi seorang penerima yang baik berarti menjadi seseorang yang telah memberikan makna terhadap sebuah pemberian, sehingga arus kebaikan senatiasa mengalir memenuhi jagat raya ini.
Seringkali, kita enggan menerima hal-hal kecil karena telah terbiasa menerima hal-hal yang sedikit lebih besar. Begitu enggan rasanya mendengar curahan hati seorang anak kecil, seorang teman, atau seorang nenek karena telah terbiasa dengan pembicaraan akademik maha rumit. Terkadang, mereka tidak butuh masukan, tetapi hanya ingin didengarkan. Mereka hanya ingin bercerita. Itu saja. Sedikit senyuman dan anggukan sudah cukup membuat mereka merasa dihargai. Jangan pernah bermimpi untuk dihargai bila kita tidak pernah berusaha untuk menghargai orang lain. Belajar mendengarkan adalah salah satu cara mewujudkan diri kita sebagai seorang penerima yang baik. Pada akhirnya, kita harus yakin bahwa akan selalu ada waktu terbaik untuk kita bisa saling berbagi dan bercerita.
Seiring berjalannya waktu, hidup membawaku pada suatu pemahaman bahwa masing-masing kita telah dipantaskan-Nya menerima segala bentuk pemberian-Nya. Anugerah itu dilimpahkan karena kita telah pantas untuk menerimanya. Musibah itu hadir karena kita telah pantas dan memenuhi syarat untuk menjadi pribadi yang lebih kuat. Keluhan, cacian, dan umpatan atas musibah ternyata merupakan bentuk pengingkaran kita terhadap kepantasan tersebut. Maka dari itu, menjadi penting bagi kita untuk saling mengingatkan dan saling menguatkan. Sebagai penutup, mudah-mudahan kita semua menjadi pribadi yang lebih bijak atas semua penerimaan kita. Semoga bermanfaat.

NB: Terima kasih kepada Mas Fahrul yang telah meyakinkan judul catatan ini dan kepada Dani, yang dengan statusnya telah memberikan inspirasi tentang sebuah penerimaan..

Selasa, 24 November 2009

Life is only life..


Seringkali aku bertanya untuk apa aku hidup di dunia ini. Tidak jarang juga aku menuntut jawaban dari langit tentang apa sebenarnya makna kehidupan. Pertanyaan-pertanyaan tersebut, menurutku, adalah hal yang wajar terlantun dalam hati dan pikiran kita sebagai hamba-hamba-Nya yang sedang dimuliakan-Nya melalui kehidupan ini. Bahkan, mungkin merupakan hal yang wajib dipertanyakan agar kita tahu dimana tujuan akhir kita dan bagaimana memaknai kehidupan yang sedang kita jalani sekarang. Akan menjadi hal yang aneh bila kita menjalani sesuatu yang kita sendiri pun tidak tahu apa maknanya dan kemana akan berujung. Keanehan itu sendiri nantinya akan tumbuh sebagai bunga-bunga keraguan, kekhawatiran, ketakutan, dan keputusasaan dalam menjalani hidup. Lalu, masih adakah tempat bagi bunga kebahagiaan untuk tumbuh dan bersemi? Maka dari itu, mendefinisikan hidup kita adalah hal yang penting, setidaknya bagi kebahagiaan kita pribadi.
Hidup seringkali dipandang dari beragam sudut, sehingga menghadirkan beragam makna. Bagi penyuka olahraga renang, wajar saja bila mengatakan bahwa hidup seperti air yang mengalir. Bagi yang suka berkeliling dengan kereta, tidak salah bila memaknai hidup seperti putaran roda yang membawanya pada suatu tujuan. Bagi yang senang bermain peran, tidak dilarang untuk mendefinisikan hidup sebagai panggung sandiwara. Bagi sang pemimpi, hidup juga menyajikan banyak pilihan. Bagi penikmat jalan spiritual, hidup tampak indah karena dimaknai sebagai anugerah. Bagi para musisi, hidup tampak bernuansa penuh dengan nada. Penuh perbedaan, namun satu dalam makna. Hidup dijadikan suatu ladang subur ekspresi diri yang dapat menumbuhkan bunga-bunga kebahagiaan. Memang tidak setiap saat kita mampu memupuk bunga-bunga kebahagiaan itu. Ada kalanya musibah dan bencana sesekali datang menggoda. Namun, yakinlah bahwa orang yang berbahagia tidak selalu memiliki hal-hal terbaik, tetapi berusaha menjadikan setiap hal yang hadir dalam hidup menjadi yang terbaik.
Kita hadir dalam definisi yang beragam tentang hidup bukanlah hal yang perlu dipermasalahkan. Seperti sebuah analogi, sulit memaksakan agar elang terbang bergerombol dan bebek bernyanyi sendirian. Biarlah elang terbang menyendiri mengitari cakrawala dan bebek bernyanyi riang bersama karena mereka "nyaman" dengan aktivitasnya masing-masing. Mereka sedang mengekspresikan diri masing-masing dengan caranya sendiri. Ketidakbahagiaan justru akan muncul ketika elang ingin berenang seperti bebek dan bebek ingin terbang setinggi elang. Ini yang dinamakan melampaui kodrat Ilahi. Kita memang bukan elang, apalagi bebek. Kita makhluk yang lebih baik karena mampu mengontrol ekspresi itu, sehingga tidak mengganggu yang lainnya dan secara bersama menjadi bermanfaat bagi sesama. Bermanfaatlah bagi sesama karena dengan itulah kita menjadi sebaik-baiknya diri kita, menjadi sebaik-baik ciptaan-Nya.
Marilah kita menjalani hidup ini dengan cara kita sendiri, dengan cara yang juga penuh toleransi, dengan cara yang melahirkan kebahagiaan, yang pada akhirnya tidak memberikan kita pilihan lain selain bersyukur kepada Penguasa Tertinggi. Kita memang tidak selalu bisa membahagiakan semua orang, namun kita bisa memulainya dengan membahagiakan diri kita sendiri.
Semoga bermanfaat. Thanks for your sms, Bu (Oka)...!

Jumat, 20 November 2009

21 Desember 2012 : Hari Semangat..!


Film 2012 yang dibuat Sony Pictures menyita perhatian publik di seluruh dunia. Bukan hanya karena efek animasinya yang sangat luar biasa, tapi juga karena pembuatan film ini merupakan respon terhadap sistem penanggalan suku Maya tentang hari kiamat. Ada yang mengatakan bahwa pada 2012 akan terjadi pembalikan kutub magnetik bumi yang bisa mengakibatkan badai hebat. Yang lainnya tak kalah seru membahas datangnya badai matahari seperti yang diilustrasikan dalam film Knowing. Dan film tetaplah film, seringkali tidak sesuai dengan realita yang ada karena dibangun berdasarkan ideologi kapitalisme untuk mengeruk keuntungan sebesar-besarnya. Biarlah para penggiat dunia film membuat film yang baik dan berkualitas serta didukung animasi yang memukau, bila perlu. Ini adalah hal-hal yang dapat menumbuhkan kreativitas. Pengekangan terhadap hal-hal seperti ini biasanya berdampak kepada peningkatan nilai jual barang. Di satu sisi seolah-olah tampak sebagai upaya “pembersihan”, namun sisi lainnya adalah upaya promosi gratis yang sangat menguntungkan produsen.
Kehadiran film 2012 mengindikasikan beberapa hal. Salah satunya adalah banyak orang kini telah menaruh perhatiannya terhadap hal-hal yang berkaitan dengan akhir zaman. Harapannya adalah semakin banyak orang yang mulai melakukan introspeksi dan menyiapkan diri seuntuhnya menghadapi masa itu, bukan malah sibuk menghitung-hitung kapan tanggal yang paling tepat, apalagi sampai memprediksi bencana apa yang paling pas. Badai mataharikah? Air bahkah? Hantaman planet Nibirukah? Gempa bumikah? Masih pentingkah semua itu?
Memprediksikan sesuatu tentu tidak ada yang melarang, tapi jangan sampai meresahkan banyak pihak, apalagi sampai mengambil alih wewenang mutlak Yang Maha Mencipta itu. It’s not our job..! Hari kiamat itu ada bukan untuk diprediksi kapan kehadirannya, tetapi menjadi pengingat bahwa semuanya akan kembali kepada Ilahi. Kita tidak seharusnya menutup diri terhadap hadirnya hari kiamat, namun jangan sampai keterbukaan itu membawa kita pada bentuk ketakutan yang tidak perlu sehingga enggan menatap masa depan. Seorang guru pernah mengatakan bahwa apa yang terjadi kepada kita tidak lebih penting dibandingkan dengan apa yang terjadi dalam diri kita. Penghinaan, cacian, kritik, dan umpatan yang ditujukan kepada kita tidak lebih penting dari keikhlasan untuk memaafkan yang datang dari dalam diri kita. Begitu juga dengan segala bentuk prediksi tentang hari kiamat ini tidak lebih penting dibandingkan dengan kebesaran hati kita untuk menatap masa depan dengan harapan penuh kemenangan. Maka dari itu, menjadi jelas bahwa hati kita adalah sumber terbesar kekuatan kita.
Kini, marilah kita sambut tanggal 21 Desember 2012 tidak lagi sebagai hari kiamat, tetapi sebagai hari yang penuh dengan semangat. Bagi yang berulang tahun pada tanggal tersebut, tetaplah membeli kue tar dan merayakannya dengan gembira. Bagi yang berencana menikah pada tanggal tersebut, tetap siapkan dekorasi gedung terbaik agar seluruh tamu undangan terpesona. Bagi yang berencana membeli rumah pada tanggal tersebut, belilah dengan harga terbaik. Bagi semua kakek yang bernama Ki Amat, tetaplah tersenyum seraya melihat cucu-cucu yang setiap hari semakin nakal.
Semoga bermanfaat dan tetap semangat!

Kamis, 12 November 2009

Hasil keikhlasan adalah 1 dibagi 0


Ada 4 operator dasar dalam perhitungan aljabar, yaitu tambah (+), kurang (-), kali (x), dan bagi (/). Banyak orang menyukai perhitungan menggunakan operator pertambahan. Selain karena relatif mudah, banyak diantara kita yang memang ingin bertambah setiap saat, seperti bertambah pintar, bertambah rajin, bertambah dewasa, bertambah cantik, bertambah ganteng, dan bertambah kaya. Operator kurang pun tidak kalah menariknya. Dengan kehadiran operator ini diharapkan membawa dampak berarti bagi kehidupan kita. Kita diharapkan mampu mengurangi kemalasan, kesombongan, kedengkian, dan kemarahan, sehingga tercipta nilai positif kedamaian. Kedua operator ini, tambah (+) dan kurang (-), memiliki level energi yang sama, hanya saja arah fungsinya berlawanan. Keduanya dapat digunakan untuk tujuan positif, bahkan negatif. Semuanya tergantung seberapa besar nilai kita sekarang.
Naik satu tingkat ke level energi perhitungan yang lebih tinggi, kita bertemu dengan kali (x) dan bagi (/). Operator kali (x) ini sungguh luar biasa. Dengan adanya operator ini, bilangan yang semula biasa saja dapat memiliki nilai hasil yang berlipat ganda apabila disandingkan dengan nilai lain yang tepat. Pemasaran dengan sistem jaringan dibangun dengan basis perhitungan perkalian. Tujuannya sudah jelas, yaitu keuntungan yang maksimal. Keuntungan tidak sekedar bertambah, tetapi juga berlipat-lipat. Oleh karena itu, banyak orang yang menyukai sistem ini.
Operator dasar yang terakhir adalah bagi (/). Pembagian merupakan fenomena matematika yang cukup rumit, bahkan terumit bila dibandingkan dengan penggunaan operator yang lain. Operator tambah dan kurang menghasilkan suatu nilai bilangan yang pasti, baik bernilai positif atau negatif, bernilai bulat ataupun desimal. Operator bagi (/) tidak hanya menghasilkan nilai-nilai bilangan yang bulat atau desimal, positif atau negatif, tetapi juga dapat menghasilkan nilai-nilai yang cukup unik, yaitu tak hingga, tak tentu, dan tak terdefinisi. Simbol dan nilai-nilai tersebut digambarkan seperti bentuk alis manusia yang berliku. Mungkin itu sebagai tanda kebingungan. Sulitnya operator pembagian ini mungkin menjadi penyebab sulitnya berbagi dalam hidup.
Salah satu perhitungan yang menyebabkan munculnya nilai unik ini adalah pembagian 1 dengan 0. Perhitungan ini menarik karena dapat dianalogikan dengan kehidupan kita. Satu dapat dilambangkan dengan Satu Energi Yang Maha Besar, Yang Maha Mencipta Semesta. Nilai nol dianalogikan dengan keikhlasan hati manusia dalam menjalani hidup. Ketika Yang Satu itu (1) membagi atau memberi (/) kepada yang ikhlas (0), maka hasilnya menjadi tak terukur logika. Inilah satu momen dimana logika matematika bertemu dengan kelembutan religi. Sungguh sulit sekaligus indah. Sulit untuk menjadikan diri kita seutuhnya ikhlas (nol). Namun, sulit tak memiliki korelasi dengan kemustahilan. Kita semua sedang berusaha mencapai titik ini, titik dimana angerah itu mewujud dengan indah.
Semoga bermanfaat!!

Selasa, 10 November 2009

Valentino Rossi dan Werner Heisenberg..


Bagi para pecinta MotoGP, Valentino Rossi bukanlah nama yang asing. Kemenangannya pada ajang MotoGP 2009 mengakibatkan namanya semakin dielu-elukan. The Doctor, sebutan untuk Valentino Rossi, telah memantapkan dirinya meraih gelar juara dunia MotoGP ke 9 dan menjadikannya sebagai lawan yang sulit untuk dikalahkan. Kecepatan motor yang sangat mengagumkan dan kelihaiannya menyalip lawan di tikungan menjadikannya sosok pembalap yang luar biasa. Selamat Bro..!
Di sisi lain, para fotografer yang berada di pinggir arena balap berusaha semaksimal mungkin untuk mengabadikan berbagai posisi para pembalap yang sedang berlaga. Itu bukan perkerjaan mudah. Selain membutuhkan kamera yang berkualitas tinggi, dibutuhkan juga keahlian khusus untuk mengambil gambar yang sedang bergerak dengan kecepatan tinggi. Cara yang paling sederhana adalah dengan mengambil sederet jepretan (snapshots) ketika objek (para pembalap) mulai mendekati daerah jangkauan cahaya kamera. Agar dapat hasil yang memuaskan, para fotografer biasanya memilih posisi di dekat tikungan. Hasil foto-foto tersebut, kemudian diseleksi dan dipilih yang terbaik.
Dalam bekerja, para fotografer harus berfokus pada posisi para pembalap, bukan pada kecepatan motor para pembalap tersebut. Akan sangat menyulitkan apabila seorang fotografer harus menafsirkan kecepatan motor pembalap ketika difoto pada posisi tertentu. Sudah ada tim lain yang memantau kecepatan para pembalap tersebut, termasuk pembalap yang bersangkutan. Artinya, pengukuran posisi dan kecepatan suatu objek tidak dapat dilakukan secara tepat satu sama lain pada waktu bersamaan, Semakin tepat pengukuran terhadap posisi, maka akurasi pengukuran kecepatan akan menurun. Begitu pula sebaliknya. Hal ini telah diungkapkan Werner Heisenberg pada tahun 1927 dan dikenal sebagai prinsip ketakpastian (uncertainty principle).
Prinsip ini penting mengingat banyak sekali pergerakan di alam semesta. Bahkan, benda/materi yang tampak diam pun, tidak benar-benar diam. Elektron sebagai partikel elementer penyusun materi melakukan pergerakan secara terus-menerus mengelilingi inti atom. Semuanya bergerak, namun tak selalu tampak. Entah apa yang terjadi bila sedetik saja elektron itu diam, tidak mengelilingi inti.
Ada hal yang menarik dari prinsip ketakpastian ini. Hidup kita seringkali diisi oleh usaha pencapaian target yang membutuhkan kecepatan tertentu. Semua orang memiliki kecepatannya masing-masing tergantung target yang ingin dicapai, waktu yang disediakan, dan tenaga yang dimiliki. Ada yang terbiasa dengan kecepatan tinggi, ada pula yang santai dengan kecepatan yang lebih rendah. Semuanya mendapatkan hasil masing-masing. Kecepatan itu penting, tetapi posisi juga menentukan. Agar posisi tampak jelas, kurangi sedikit kecepatan itu. Lihat dimana kita berdiri sekarang, sehingga mampu menerapkan strategi-strategi yang jitu untuk pergerakan lebih lanjut. Mungkin ada benarnya seseorang yang mengatakan bahwa hidup itu dapat dipahami bila kita melihat ke belakang dan dapat dijalani bila kita melihat ke depan. Kita membutuhkan posisi untuk melihat dan menafsirkan kedua dimensi tersebut dengan cara mengurangi kecepatan pergerakan pencapaian target dalam hidup. Namun, jangan jadikan ini sebagai alasan untuk diam dan terus bersantai. Bergeraklah untuk kemajuan diri, Bangsa, dan Negara. Selamat Hari Pahlawan!