Jumat, 16 April 2010

Gantungan Pakaian


Sambil berbaring di tempat tidur, aku memandangi gantungan pakaian yang terpasang di pintu kamarku. Warnanya merah dan dua paku besar sudah cukup menopangnya agar dapat berfungsi dengan baik. Jaket, celana panjang, baju kemeja, sabuk, beberapa kaos oblong, dan celana pendek berdesak-desakan untuk dapat menempati tempat yang sangat terbatas. Mungkin salahku juga yang tidak segera mencuci pakaian yang sudah beberapa kali dipakai. Namun, derasnya hujan membuatku malas melakukan aktivitas pencampuran air dan minyak yang telah didamaikan oleh detergen. Alhasil, aku menjadi khawatir terhadap kekuatan gantungan pakaian yang sedang aku pandangi saat ini.

Gantungan pakaian, yang kebanyakan terbuat dari bahan logam dan plastik, tentu saja memiliki kapasitas beban maksimum. Bila beban yang diberikan melebihi kapasitas beban maksimum yang dimiliki sebuah gantungan pakaian, maka dapat dipastikan pakaian kita akan patuh kepada gaya gravitasi dan mendarat dengan mulus di lantai. Namun, tentu saja kapasitas beban maksimum ini tidak tertulis dalam suatu buku petunjuk penggunaan barang saat kita membeli gantungan pakaian. Kapasitas ini bersifat tersirat dan besarnya berbeda untuk tiap jenis gantungan pakaian.

Interaksi kita dengan beberapa orang dalam suasana yang berbeda-beda menuntut kita untuk memiliki beberapa jenis pakaian. Ada yang biasa digunakan kuliah, kerja, ngapel, ngepel, olahraga futsal atau basket, pergi nge-band, pergi ke acara ulang tahun atau pesta nikahan, rapat desa, gotong-royong kampung, pergi ke tempat ibadah, dan beberapa aktivitas lain yang memerlukan pakaian khusus. Beragamnya jenis pakaian inilah yang biasanya menjadi beban tersendiri bagi gantungan pakaian di kamar kita.

Beban pakaian yang melampaui kapasitas beban maksimum gantungan pakaian membuat kita mengeluarkan energi tambahan berupa tindakan perbaikan atau pembelian barang baru. Tentu saja hal seperti ini tidak kita inginkan bersama. Oleh karena itu, kita harus memperhatikan keseimbangan kedua parameter diatas. Terkadang terjadi, dalam hidup ini, beban yang ada melebihi kapasitas beban maksimum yang tersedia, maka kerusakan tidak dapat dielakkan. Kita menjejalkan begitu banyaknya beban dalam pikiran, sehingga tidak jarang muncul depresi dan stres. Belum lagi, kecerobohan kita membeli gantungan pakaian yang berkualitas buruk atau cepat rusak. Terkadang pula kita salah tempat menggantungkan sesuatu, sehingga kebahagiaan menjadi jauh dari jangkauan.

Kebahagiaan adalah hak semua makhluk, namun tetap saja tidak semua orang dapat merasakannya setiap saat. Seringkali kita kecewa, sedih, dan marah. Mungkin semua rasa itu datang karena kita menggantungkan sesuatu pada tempat yang salah. Kita sedih karena menggantungkan harapan dan mimpi pada tempat yang rapuh. Kita menjadi marah karena telah menggantungkan keinginan yang besar pada tempat yang kecil dan sempit. Menggantungkan rezeki pada orang yang punya sedikit uang lebih banyak tidak jarang berujung pada kekecewaan. Perlukah dibuktikan lagi bahwa ada Yang Maha Kuat, Maha Besar, dan Maha Pemurah? Masihkah disangsikan lagi keberadaan-Nya? Aku tidak bermaksud menggurui. Seringkali aku lupa dan khilaf. Harapan, mimpi, dan keinginan jatuh karena tergantung pada tempat yang tidak kokoh. Dan aku tidak ingin hal seperti ini terjadi berulang kali pada kita semua.

Kita boleh berharap, bermimpi, dan memiliki keinginan yang besar. Tidak ada seorang pun yang melarang dan jangan pernah marah bila ada teman yang berkata, “Jangan terlalu berharap, nanti kecewa!” Teman kita itu sedang mengingatkan kita bahwa jangan sampai meletakkan semua harapan itu pada tempat yang salah, pada tempat yang akan membuat kita kecewa. Berterimakasihlah padanya dan pada-Nya. Sebagai penutup, mudah-mudahan ada makna yang dapat dipetik dari catatan sederhana ini. Semoga bermanfaat.

Gresik, 15 April 2010, 23.20 WIB

1 komentar: