Sabtu, 10 April 2010

Alle Anfang ist Schwer


Judul di atas adalah sebuah ungkapan dalam bahasa Jerman yang bila diartikan ke dalam bahasa Indonesia berarti setiap permulaan itu sulit. Ungkapan ini tidak berfungsi sebagai penurun motivasi saat kita hendak melakukan sesuatu yang baru, tetapi sebagai “warning system” agar kita bisa mengatur energi yang tepat saat menjumpai hal yang baru. Hal baru adalah konsekuensi dari suatu proses pembelajaran. Ketidakterbukaan kita terhadap hal-hal baru inilah yang sering mengurung kita di dalam rutinitas yang menjemukan. Memang tidak semua hal baru itu baik untuk kita ikuti, bahkan malah ada yang tidak sesuai dengan budaya kita sebagai orang timur. Bila tidak mampu mengikuti, minimal kita mampu menyesuaikan diri tanpa kehilangan jati diri.

Banyak orang merasa enggan memasuki realitas baru dengan beragam masalah yang baru pula. Ada juga yang merasa bahwa hal baru adalah sebuah tantangan yang harus ditaklukan. Bagaimanapun juga itu adalah sebuah pilihan. Seringkali kita jenuh menjalani rutinitas hidup yang itu-itu saja. Pergi ke kampus, mendengarkan ceramah dosen, mengerjakan tugas, dan membuat laporan. Syukur-syukur kalau ada yang bertanya dengan penuh perhatian, “Bagaimana perasaanmu hari ini? Apakah semuanya berjalan dengan lancar?” Namun, yang sering terjadi adalah pertanyaan seperti, “Bro, tugas kimia dasar udah beres apa belum? Nanti sore aku pinjem buat ‘nyocokin’ jawaban ya!” Belum lagi para karyawan yang setiap hari berhadapan berjam-jam dengan sebuah benda bernama komputer, mengerjakan begitu banyak hal yang entah kapan bisa terselesaikan. Bila ini yang terjadi, kita memang butuh penyegaran agar kembali bersemangat dalam menjalani rutinitas. Kita harus berani memasuki realitas yang baru.

Butuh lebih dari sekedar keinginan untuk bergelut dengan hal yang baru. Harus ada keberanian untuk mencoba. Sebuah batu bata yang diam di tepi jalan hampir tidak mungkin bergerak bila kita hanya menginginkannya untuk bergerak. Kita harus mencoba mendorongnya, baik secara perlahan ataupun cepat, tergantung energi yang kita miliki. Ada gaya tertentu yang harus kita lawan agar baru bata mulai bergerak dari keadaan diamnya. Gaya tersebut dipengaruhi oleh suatu koefisien yang dikenal dalam fisika sebagai koefisien gesekan statis. Statis dapat diartikan diam atau tidak bergerak. Ketika gaya yang kita berikan mampu mengalahkan “daya tahan batu bata ini”, barulah batu bata akan bergerak. Dalam bahasa yang lebih rumit, batu bata bergerak saat gaya yang kita berikan melampaui besarnya gaya gesek statis maksimum. Selama batu bata bergerak, ada gaya lagi yang harus kita kalahkan besarnya agar batu bata tidak terhenti. Gaya ini dipengaruhi oleh koefisien gesekan kinetis. Uniknya, besarnya koefisien gesekan kinetis tidak pernah melampaui besarnya koefisien gesekan statis. Itu berarti lebih mudah menjaga agar sebuah benda tetap bergerak dalam suatu satuan waktu tertentu daripada membuatnya mulai bergerak.

Menjadi jelas bahwa kita membutuhkan energi tertentu untuk mulai melangkah atau bergelut dengan hal yang baru. Seribu atau sepuluh ribu langkah pasti dimulai dari langkah pertama. Orientasi mahasiswa baru menjadi masa-masa sulit ketika kita baru memasuki masa kuliah. Setelah berlalu, semuanya tampak penuh dengan persahabatan. Semua kualitas memiliki kecenderungan untuk membiasa. Begitu juga dengan masa training yang merupakan masa yang cukup berat bagi para calon karyawan. Namun, kita harus menjalani dengan ikhlas. Saat yang paling menegangkan ketika kita mulai tertusuk panah Cupid adalah berkenalan dengan orang yang kita sukai. Belum lagi kewajiban mengungkapkan isi hati. Semuanya butuh lebih dari sekedar keinginan. Rasa yang terurai dalam kata dan tindakan tidak jarang memberikan kelegaan tersendiri, apapun hasilnya, apapun responnya.

Dengan begitu, mulai saat ini, marilah kita kalahkan gaya gesekan statis maksimum dalam diri agar kita bisa melangkah maju menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Sukses selalu. Semoga bermanfaat.

selsurya.blogspot.com, 7 April 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar