Rabu, 01 April 2009

Mencari Kebahagiaan


Hari Minggu yang lalu, tepatnya tanggal 29 Maret 2009, aku menonton salah satu acara televisi di ruang tengah bersama teman-teman kost. Disebut ruang tengah karena memang letaknya berada di tengah-tengah tempat parkir motor dan jemuran. Acara yang aku tonton ini merupakan acara yang mendapat penghargaan dari Panasonic sebagai acara reality show terfavorit. Menonton suatu acara dengan label terfavorit tentunya memunculkan sensasi tersendiri. Sensasi ini pun rupa-rupa warnanya, dapat berupa luapan emosi yang disertai caci-maki, dapat juga berupa tangisan haru ibu-ibu rumah tangga. Acara apaan sih nih sampe kaya gitu efeknya? Untuk menjaga kesopanan penulisan, kita sebut saja acara ini dengan nama Termehek-Mehek (nama sebenarnya, Red). Terlepas dari apakah acara ini “asli” atau “palsu”, yang jelas acara tersebut telah memberiku inspirasi untuk menulis (baca : mengetik). Inspirasi tersebut adalah tentang pencarian.
Semua orang pernah dan sedang mencari sesuatu. Entah itu mencari sandal jepit, mencari sesuap nasi, mencari gara-gara, mencari kacamata yang nyata-nyata ada di depan jidat, mencari tambatan hati, mencari orang tua (dibaca agak serius!), mencari penyelesaian masalah, mencari alamat rumah orang, mencari pekerjaan dan mencari balet (itu mah menari...!!). Lalu, bagaimana dengan kebahagiaan? Apakah benar yang dicari manusia dalam hidup ini adalah kebahagiaan? Untuk mendapatkan jawaban dari pertanyaan tersebut, bacalah khayalan dialog singkat antara penulis dan Richard Carlson.
Penulis : “Son, apa pendapatmu tentang pencarian kebahagiaan dalam hidup?”
Richard Carlson : “Kebahagiaan adalah sebuah keadaan akal, bukan serangkaian keadaan...Kamu tidak akan pernah menemukan kebahagiaan dengan “mencari”, sebab saat Kamu melakukannya, Kamu percaya bahwa kebahagiaan bisa ditemukan di luar diri Kamu. Kebahagiaan bukan berada di luar diri Kamu...Tatkala Kamu memahami bahwa kebahagiaan tidak lebih dari sebuah perasaan, maka Kamu bisa membantunya untuk tumbuh dan mempertahankan dirinya ketika Kamu merasakannya. Kebahagiaan tidak memerlukan usaha sama sekali. Sesungguhnya kebahagiaan adalah membiarkan ketidakbahagiaan pergi, bukan memperjuangkan kebahagiaan itu sendiri. ”
Penulis : “Benar juga Son!! Kamu hebat banget! Jadi, kebahagiaan lebih sebagai sebuah piihan untuk melepaskan ketidakbahagiaan, bukan begitu? ”
Richard Carlson : “Ya, begitulah.”
Jadi, sudah sangat jelas bahwa kita tidak perlu mencari kebahagiaan. Untuk apa lagi mencari sesuatu yang sudah kita miliki?! Lepaskanlah selubung ketidakbahagiaan yang ada, sehingga kebahagiaan muncul begitu indahnya. Kebahagiaan adalah seekor kupu-kupu. Ketika dikejar, kupu-kupu itu selalu menghindar dari tangkapan kita. Namun, jika kita duduk tenang, dia akan terbang menari-nari di atas kita (Nathaniel Hawthorne)
Masih adakah yang ingin mencari kebahagiaan?
Selamat berbahagia!

2 komentar:

  1. bahagia...
    bahagia itu indah
    bahagia itu sakit
    bahagia itu ...
    aq jadi malh bingung dg arti bahagia setelah baca artikelmu...
    hehehehe

    BalasHapus
  2. bahagia itu menerima dan melepaskan semua keadaan dg apa adanya de...

    mencerna segala sesuatu dg senyuman...

    dan berpikir bahwa segala sesuatu yg diterima dalam hidup adalah kebahagiaan (dilihat dr berbagai sudut pandang)

    ><

    BalasHapus