Kamis, 02 April 2009

Tentang Kata Beruntung


Akhir-akhir ini kata beruntung sering sekali membuatku terusik. Bukan karena aku tidak pandai dalam dunia perdagangan, tetapi makna konotasi dari kata ini membuat kata usaha tidak ada artinya sama sekali. Sering sekali aku mendengar ungkapan-ungkapan yang entah darimana sumbernya dan berbunyi seperti ini : “Orang pintar kalah oleh orang yang pandai, sedangkan orang pandai kalah oleh orang yang beruntung.” Begitu hebatnya orang yang beruntung sampai bisa mengalahkan orang yang pandai.
Pernah suatu ketika aku mengunjungi salah satu Mal terkemuka di Surabaya untuk membeli sesuatu. Melihat kesana-kemari sampai akhirnya mataku tertuju pada sepasang muda-mudi yang sedang bergandengan tangan. Begitu romantisnya sampai-sampai aku berujar dalam hati : “Begitu beruntungnya lelaki berambut kribo itu!” Dan kalian sudah tau kan bahwa kata-kata itu tidak berlaku bagi sang pemudi..Mudah-mudahan hubungan kedua insan tersebut langgeng hingga akhir hayat. Amin.
Pernah juga pada suatu pagi aku terlibat dalam acara Ujian Tengah Semester. Seperti kebanyakan mahasiswa yang lain, aku juga mempelajari materi-materi ujian satu hari sebelum diujiankan. Aku biasanya belajar bersama teman-teman agar tidak stress sendirian. Ada yang belajar beberapa jam, kemudian bermain gitar, ada juga yang sangat tekun belajar dari sore hingga tengah malam, kemudian dilanjutkan kembali subuh-subuh, ada juga yang hanya beberapa menit saja dengan cara membaca soal-soal ujian tahun lalu. Dan hasilnya, seringkali orang yang hanya belajar beberapa jam saja mendapatkan nilai yang lebih baik dibandingkan orang yang porsi belajarnya lebih banyak. Apakah ini keberuntungan? Nampaknya terlalu cepat untuk menjawab pertanyaan ini dengan contoh-contoh ringan seperti di atas. Kita telusuri lagi contoh yang lain...
Beberapa tahun yang lalu, aku berkesempatan untuk duduk-duduk santai di kost sambil membaca koran pada pagi hari yang cerah. Seperti kebanyakan berita Nusantara, isi koran tersebut pasti meliputi kasus korupsi, pencurian, dan kecelakaan. Namun, ada satu berita mancanegara yang membuat aku terkejut. Salah satu wartawan surat kabar tersebut sempat meliput berita tentang seorang milyuner dadakan di Las Vegas. Mendengar Las Vegas, tentu tidak jauh-jauh dari judi, alkohol, dan wanita. Dan benar saja, milyuner ini adalah seorang lelaki yang baru saja memenangkan pertandingan judi. Uang yang dia dapatkan dalam semalam mengalahkan gaji para pegawai Negeri yang kerja keras banting tulang selama satu tahun. Adilkah ini? Inikah faktor X yang sering disebut dengan keberuntungan?
Mungkin saja jawaban dari pertanyaan kedua adalah “Ya”. Namun, yang perlu diperhatikan adalah bahwa keberuntungan bukan sesuatu yang jatuh bebas dari langit dan dipengaruhi gaya gravitasi bumi, kemudian dengan energinya mampu menembus kepala manusia dan memengaruhi hidupnya saat itu. Kebanyakan orang menjadikan kata beruntung sebagai pelarian ketidakmampuannya dalam menjelaskan hal-hal yang sifatnya tidak proporsional. Kebanyakan dari kita menjadikan kata beruntung sebagai alasan pahit dari suatu keadaan yang lebih banyak mempertanyakan keadilan. Keberuntungan adalah tahap dimana kesempatan bertemu dengan persiapan dan usaha. Terkadang kesempatan datang dengan mudahnya, namun kita tidak siap. Sebaliknya, terkadang kita siap, namun kesempatan tidak kunjung tiba. Jadi, keberuntungan tetap dipengaruhi oleh kesiapan dan usaha kita menyambut kesempatan. Kita harus mempunyai kekuatan jika ingin mendapatkan segala sesuatu. Apa sumber kekuatan itu? Sumbernya adalah kemauan untuk mendapatkan pengetahuan. Pengetahuan merupakan kekuatan yang luar biasa dan dapat dipelajari oleh siapa pun. Siapkah untuk menjadi orang yang beruntung?? Good luck, Coy!!

1 komentar:

  1. beruntung = keajaiban = mukjizat =...
    all of my life just the miracles

    BalasHapus