Sabtu, 12 September 2009

Terlalu Banyak Lomba dalam Hidup...!


Tulisan ini terinspirasi dari seseorang bernama Isman H. Suryaman, penulis yang bisa menelurkan ribuan pertanyaan imajinatif, kadang terkesan konyol, dari hanya melihat peuyeum dan kentongan di Bandung. Setelah membaca 240 halaman bukunya, aku tidak menemukan kepanjangan "H" dari namanya. Biarlah itu tetap menjadi misteri yang akan terungkap pada satu saat yang tepat.
Membaca buku Kang Isman, aku menjadi sadar bahwa banyak hal-hal kecil yang sering kita abaikan menjelma menjadi masalah serius di kemudian hari. Oleh karena itu, Kang Isman berpesan banyak-banyaklah bertanya sebelum mati...(lho?)
Terkait dengan judul di atas, aku ingin memberikan ilustrasi yang mengakibatkan aku beranggapan bahwa terlalu banyak lomba dalam hidup. Ilustrasi tersebut berupa beberapa percakapan imajiner populer di bawah ini:

(Di kost-kostan)
Atiek : Rio udah diterima kerja di Kalimantan sekarang!
Yuda : Wah hebat juga ya!
Atiek : Iya, kapan nyusul?

(Di suatu kantin)
Yuda : Selamet ya udah g' jomblo lagi!
Dede : Makasi banyak Yud, kapan nyusul?

(Di acara wisudaan)
Yuda : Selamet ya Bro udah jadi wisudawan!! Aq bangga punya temen kaya kamu.
Dimas : Makasi banyak friend! Kamu kapan nyusul?

(Di acara nikahan)
Yuda : Selamat ya, semoga kalian langgeng dan hidup bahagia!
Putra dan Putri : Iya, makasi Yud, kapan nyusul nih?
Yuda : (Glek!)

(Di rumah sakit)
Yuda : Selamat ya akhirnya punya momongan juga!
Risa : Makasi banyak udah jengukin. Kamu sendiri kapan mau nyusul punya momongan?
Yuda : (Garuk-garuk kepala sambil cengengesan!)

(Di tempat pemakaman)
Yuda : Aku turut berduka cita. Yang sabar ya Jo. Mudah-mudahan arwah ayahnda diterima disisi-Nya.
Paijo : Amien. Makasi banyak Yud. Kamu kapan nyusul?
Yuda : Kamu aja kale..!!!!

Itu hanya sebagian kecil dari ribuan lomba lagi yang tersaji lengkap dengan sindirannya. Kawan, hidup itu tak harus kencang terus berlari (grup band Padi). Ada kalanya kita duduk-duduk santai di pantai hanya untuk melihat riuhnya ombak. Ada kalanya bangun di suatu pagi yang cerah, kemudian tersenyum kepada mentari, dilanjutkan tidur kembali (Alm. Mbah Surip). Ada satu waktu ketika kita harus lebih lama di kamar mandi hanya untuk menyanyikan 1 album lagu Ungu sambil gosok gigi. Lakukan saja yang membuat kita bahagia, merasa damai, dan tenteram. Tak perlu mengambil bagian dalam semua kompetisi. Lentur saja seperti air yang mengalir terus menuju samudera kebahagiaan.
Selamat bersantai!

3 komentar:

  1. tp masalahnya apakah samudera kebahagiaan itu aman atau tdk?
    kalau seandainya ada piranha purba?
    kan serem
    kadang aq bingung knp sesuatu yg abstrak(misal: kebahagiaan)harus dideskripsikan dg sesuatu yg nyata? (misal: lautan, samudera, bahtera, atau yg lain)
    pdhl faktanya samudera kebahagiaan tuh g pernah ada
    emang ada yg namanya Happy Ocean gt y
    tp trnyata khayalan memang lebih berarti daripada semua fakta yang terjadi

    BalasHapus
  2. g ada yg terlalu banyak
    g ada yg terlalu sedikit
    semua sesuai dg kemampuan
    hdp manusia katanya d pengaruhi pergerakan kosmik, jadi makin cepat energi bumi d serap matahari (katanya sih), makin cepat jg org harus berlomba, n akan makin banyak perlombaan

    BalasHapus
  3. Terkadang kita tidak mampu menyerap sesuatu yang abstrak. Ketidakmampuan kadang menimbulkan keputusasaan. Oleh karena itu, tidak ada salahnya menyederhanakan sesuatu yang abstrak itu agar mampu diserap sebagai sesuatu yang baik. Hanya sebagai alat bantu untuk menemukan keindahan. Bagi yang tidak memerlukan alat bantu ini, saya acungkan jempol tanda salut...

    BalasHapus