Rabu, 04 November 2009

Serendah Iri Hati, Setinggi Kesombongan..


Langit selalu menyajikan pemandangan yang sarat akan makna. Mentari, bulan, bintang, dan awan datang dan pergi silih berganti memainkan perannya masing-masing dalam pentas cakrawala. Sambutan hangat pun tersaji indah di balik kicauan burung-burung, lambaian ranting pepohonan, kepulan kabut pegunungan, dan riuhnya ombak di pantai. Semuanya tampak menakjubkan. Tersaji kebahagiaan yang menawan di tempat serendah bumi dan setinggi langit. Batas antara langit dan laut pun menjadi samar ketika keduanya membentang seluas mata memandang. Berpelukan begitu mesra seolah mengabaikan ketinggian dan kerendahan masing-masing. Adakah tersirat makna di dalamnya?
Seringkali dalam kehidupan ini kita bertemu hal-hal yang dapat merendahkan dan meninggikan diri. Berhadapan dengan pujian membuat kita menjadi semakin tinggi. Berdampingan dengan cacian mengakibatkan kerendahan diri yang sulit dielakkan. Sungguh manusiawi. Namun, akan menjadi penghalang pertumbuhan kualitas hidup kita apabila kesombongan dan iri hati turut berpartisipasi. Aku bukanlah pribadi yang tidak pernah menyombongkan diri akan sesuatu ataupun iri terhadap sesuatu. Akan menjadi sulit bagiku untuk menuliskan tentang kesombongan tanpa pernah merasa sombong. Begitu pula dengan iri hati. Aku hanya pribadi yang baru tersadar bahwa kedua sikap ini merupakan penghalang terbesar pertumbuhan kualitas hidup manusia.
Kesombongan telah menjadikan kita pribadi yang sulit untuk tumbuh lebih tinggi dalam kualitas-kualitas yang membanggakan. Kesombongan telah menghentikan langkah-langkah kita mencapai pembaharuan-pembaharuan yang menyegarkan. Logika tak terbuka, sehingga sulit menampung ide-ide baru. Hati sudah terkunci, sehingga sulit berempati. Mata dan telinga pun telah tertutup dengan rapi. Adakah yang ingin menjadi individu yang terhenti? Akan ada perhentian di suatu saat nanti, namun dengan kesombongan kita telah berhasil menciptakan perhentian akhir yang lebih awal daripada yang seharusnya.
Sama halnya dengan sombong, rasa iri pun merupakan pembatas kualitas hidup manusia. Dengan iri berarti kita telah dengan sengaja menempatkan diri kita lebih rendah dibandingkan kualitas-kualitas yang membanggakan. Iri adalah perwujudan pelarian ketidakmampuan kita untuk mencapai kualitas-kualitas tertentu yang lebih baik. Dengan kata lain, kita telah membuat jarak terhadap kualitas hidup yang lebih baik, sehingga menjadikan kita individu yang sulit untuk dihargai dan tidak pantas untuk dipuji. Menjadikan kita pribadi yang ragu atas pencapaian-pencapaian yang lebih baik. Terlebih lagi, menjadikan kita ragu akan kemahakuasaan Ilahi yang mampu menyentuhkan anugerah-anugerah-Nya agar kita menjadi lebih baik dari sebelumnya. Menjadi jelas bahwa tidak ada yang lebih merendahkan diri selain rasa iri yang disertai dengki.
Hidup menyajikan segudang pilihan. Ingin bebas atau terbatas dalam kualitas. Kesombongan dan iri hati adalah pembatas yang tepat bila diinginkan. Menghilangkan keduanya berarti menyiapkan diri untuk terbang bebas menggapai kualitas tanpa batas. Maaf atas semua tindakan yang sempat mengantarkanku kepada pembatasan-pembatasan ini. Mudah-mudahan menjadi pembelajaran yang indah mencapai kedewasaan dalam bersikap.

3 komentar:

  1. sombong dan iri?
    sifat dasar manusia...

    BalasHapus
  2. betul gan...knapa adanya Agama?yaitu..kita diajarkan agar meredam sifat2 buruk itu.lebih mengenal siapa Sang Maha pencipta dan menunjukan pemilik dari jasad kasar dan halus ini

    BalasHapus
  3. main ke blogqu yuah.. www.jakartakotajasa.co.cc

    BalasHapus