Selasa, 17 Agustus 2010

Songa = Songai = Sungai (Part 2)

Matahari begitu indahnya memaparkan kemilaunya pagi ini. Kami bertujuh berada di balik kaca jendela mobil kijang mencoba mengumpulkan tenaga sambil bercanda dan mendengarkan radio. Sudah tidak sabar menikmati keindahan sungai Pekalen. Sesampainya di daerah Gending, kami berbelok ke arah kanan. Di daerah ini terdapat pabrik gula yang cukup tua. Terlihat dari bentuk bangunan yang tidak terlalu terawat dengan baik. Setelah cukup jauh memasuki kawasan Gending, kami bertanya kepada penduduk setempat tentang lokasi sungai Pekalen. Dari informasi yang diperoleh, ternyata kami masih harus terus menanjak. Untung saja supir yang juga merangkap sebagai teman kami terlatih untuk daerah-daerah terjal.

Tidak beberapa lama, kami memasuki kawasan hutan. Di kiri-kanan jalan banyak sekali terdapat pohon-pohon yang menjulang tinggi. Aku tidak tahu persis jenis pohon yang tumbuh, tetapi cukup menyejukkan. Jalan yang kami lewati juga sudah semakin kecil, sehingga supir harus lebih berhati-hati. Beberapa saat kemudian, papan kayu yang bertuliskan “Songa Adventure” terpampang jelas di hadapan kami. Akhirnya sampai juga, pikirku. Perjalanan memakan waktu sekitar 30 menit dari rumah Syafi di jalan Citarum, Probolinggo. Setelah memarkir kendaraan, kami disambut ramah oleh orang-orang yang ada di basecamp songa adventure. Banyak dari mereka berpakaian layaknya seorang guide yang telah siap memandu kami berarung jeram pagi ini. Basecamp ini memiliki lahan parkir yang cukup luas, terdapat meja makan, dan kursi-kursi di bagian tengah. Disisi kiri pintu masuk terdapat gudang penyimpanan perlengkapan arung jeram, sedangkan di sisi kanannya terdapat beberapa kamar mandi yang sangat bersih. Setelah urusan administrasi selesai, kami disuguhi teh botol dingin. Segar sekali rasanya meminum es teh di kawasan seperti ini. Desa Pesawahan, Tiris, yang indah.



Setelah minum es teh, kami membagi kelompok menjadi dua karena satu perahu hanya bisa diisi oleh 5 orang, termasuk guide. Setelah berpikir agak rumit, akhirnya aku berkelompok dengan Dani, Daus, dan Kakang, sedangkan Wawan berkelompok dengan Syafi dan Anto. Setelah mengganti pakaian, kami memakai atribut arung jeram, mulai dari helm, pelampung yang bentuknya seperti rompi, kemudian tidak lupa juga membawa dayung. Selain itu, kami juga dibekali air mineral. Sebuah mobil pick up dan dua orang guide telah siap mengantar kami sampai titik start petualangan hari ini. Perjalanan cukup berliku dan terjal. Banyak bebatuan yang membuat perjalanan kami dipenuhi goyangan-goyangan tidak penting, tapi mengasyikkan. Setelah 20 menit berlalu, kami masih harus berjalan kaki menyusuri kampung hingga ke tepian sungai. Tidak apa-apa, yang penting sehat.



Ternyata sudah banyak orang di tepian sungai Pekalen. Ada yang sedang mencuci perahu, ada yang duduk-duduk santai saja, dan ada yang mengobrol. Suasananya begitu sejuk. Sungai Pekalen begitu memesona, buih-buih air yang menabrak bebatuan besar di sungai itu seolah berbicara, “Saatnya, berpetualang, Guys!!” Aku, Daus, Dani, dan Kakang menaiki perahu yang telah dipompa dan dicuci sebelumnya. Guide kita bernama Mas Andre. Wawan, Anto, dan Syafi ada di perahu yang lain. Guide mereka bernama Mas Tono. Mas Andre memberikan banyak sekali pengarahan sebelum kami berarung jeram. Kami harus benar-benar paham akan aba-aba seperti “maju”, “mundur”, “kanan”, “kiri”, “boom”, dan “goyang-goyang”. Kami juga dijelaskan bagaimana cara berenang apabila terpelanting dari perahu, bagaimana mengangkat teman yang terlempar dari perahu, selain itu dijelaskan pula cara memegang dayung yang benar agar terhindar dari hal-hal yang tidak kita inginkan bersama. Mas Andre juga berpesan, “Berarung jeram itu tidak harus cepat, santai saja tetapi seirama.” Artinya, kekompakan tim adalah penting. Suatu prinsip hidup yang luar biasa bila kita bisa terapkan secara utuh karena hidup itu bukan hanya melulu tentang yang lebih cepat, yang lebih baik, tetapi bagaimana juga menjaga keserasian hubungan dengan alam, lingkungan, dan sesama. Inilah yang dimaksud dengan “santai saja, tetapi seirama”. Setelah selesai berdoa, kami langsung mendayung perahu maju, dan siap berpesta dengan arus air yang nakalnya minta ampun ini…!!!..(bersambung..)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar