Rabu, 03 Februari 2010

Catatan Pada Suatu Pagi..


Pagi ini, langit mulai menampakkan kemegahannya, mempersiapkan diri untuk kehadiran mentari. Aku dapat melihatnya. Syukur mataku tidak buta, ya Tuhan. Kicau burung mulai terdengar bersahut-sahutan, entah sedang bernyanyi atau bercerita. Aku dapat mendengarnya. Syukur telingaku tidak tuli, ya Tuhan. Udara pagi yang kuhirup benar-benar menyejukkan ragaku. Aku pun dapat merasakannya. Syukur hidungku tidak tersumbat, ya Tuhan. Sambutan alam yang begitu indah. Semuanya begitu nyata. Dapat kupandangi, kudengar, dan kurasakan.

Perlahan-lahan, cahaya mentari menerobos masuk melalui kaca jendela kamarku. Debu-debu yang berterbangan pun mulai nampak. Terasa begitu hangat cahaya itu saat mengenai kulitku. Ah, lagi-lagi harus kuakui bahwa ini nyata. Aku hidup. Aku hadir dalam kehidupan ini. Hari ini, bukan kemarin, apalagi besok. Dan nafas adalah satu-satunya hal yang menyadarkanku bahwa aku hidup di hari ini. Menyadarkanku dari lamunan, mimpi, dan khayalan yang entah kapan bisa terwujud. Setiap hirupan dan hembusannya seharusnya menjadi satu bukti kehadiran segenap pikiran dan tenaga kita yang utuh. Terkadang pikiran berkelana menembus batas ruang dan waktu. Melupakan hari ini dan menyisakan raga yang lemah tak berdaya seolah tak mampu digunakan untuk menjalani hari yang nyata ini. Kawan, bawa kembali pikiran itu, bernafaslah dengan tenang karena cara terbaik menghargai hari ini yaitu dengan menghargai nafas.

Tidak ingin terlena lebih lama lagi di tempat tidur, aku pun bergegas menuju kamar mandi. Membersihkan diri, dengan air tentunya. Seandainya air bisa membersihkan semua penat, lelah, gundah, curiga, dendam, dan amarahku, mungkin aku akan menghabiskan waktu yang lama di kamar mandi. Namun, percuma saja, air tak mampu melakukannya. Perlahan, aku pun kembali ke kamar. Mengenakan pakaian senyaman mungkin dan mulai mengarahkan pikiran kepada Sang Energi Tertinggi. Terkadang terasa getaran-getaran halus dalam diri, terkadang hilang begitu saja. Begitu damai…terasa ringan. Lepas sudah semua penat dan gundah itu. Terima kasih, ya Tuhan. Engkau hadirkan aku di dunia untuk bisa menyadari keberadaan-Mu melalui semua isyarat ini. Sungguh Maha Romantis. Engkau menampakkan kebesaran-Mu melebihi kemampuanku memandang semesta. Sungguh Maha Besar. Dan Engkau sentuh hati yang kotor ini dengan begitu lembutnya, wahai Sang Penyentuh Hati. Engkau membuatku tidak memiliki alasan untuk tidak mensyukuri semua nikmat ini.

Setelah seluruh raga terisi penuh dengan motivasi, barulah aku mulai sarapan dan bergegas untuk bekerja. Jalanan cukup ramai pagi hari. Pengedara motor dan mobil saling salip, bukan untuk menunjukkan siapa yang terbaik, hanya tidak ingin terlambat sampai tujuan. Ada yang harus menuju kantor, ada yang harus sekolah dan kuliah, ada yang harus bergegas ke pasar, dan ada juga yang baru pulang setelah mendapat giliran kerja malam. Mereka sekolah dan kuliah untuk bisa meningkatkan kualitas diri, sehingga berguna bagi keluarga, bangsa, dan Negara. Mereka bekerja untuk memberikan kehidupan yang layak bagi keluarga dan orang-orang terkasih. Sungguh mulia. Semua orang ingin berarti. Dan inilah mengapa kita harus tanamkan bahwa bukan seberapa besar tempat dimana kita hidup sekarang, tapi seberapa besar manfaat yang bisa kita berikan di dalamnya.

Banyak hal yang tersirat di pagi ini. Masih banyak juga isyarat yang menunggu untuk diberi makna, oleh pikiran dan hati kita. Biarkan cerahnya pagi ini bersemayam dalam hati, membungkus semua mimpi, dan memberikan inspirasi serta motivasi. Semoga bermanfaat.

selsurya.blogspot.com, pada suatu pagi…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar