Jumat, 06 Juli 2012

Memberi Itu Jangan Sampai Ikhlas..


Beberapa hari yang lalu, tepatnya tanggal 3 Juli 2012, aku berkesempatan hadir dalam suatu kelas Enterpreneur University (EU) di Graha SA Surabaya. Beruntung juga bertemu lagi dengan orang-orang yang memiliki spirit dan visi yang sama tentang dunia bisnis. Membuat semakin semangat. Pada kesempatan itu juga, aku bertemu dengan Mas Among Kurnia Ebo, direktur Marketing SRABI KRATON 13 RASA, pemegang 9 merek produk SUPERKICAU Group, dan salah satu mentor EU. Aku mendapat banyak sekali pelajaran dari Mas Ebo tentang bisnis dan sedekah. Dari beliau juga aku mendapat sebuah konsep yang sangat berharga tentang sedekah atau derma atau memberi itu sendiri. Konsep ini menghancurkan konsep yang aku yakini selama ini tentang sedekah. Konsep tersebut sebentar lagi akan aku paparkan pada catatan ini.

Sebenarnya ada 2 konsep tentang sedekah yang dipaparkan Mas Ebo, namun konsep yang kedua akan aku kombinasikan dengan konsep dari salah seorang guru The Secret, Dr. John F. Demartini. The Secret adalah judul sebuah buku yang berisi tentang pemaparan sebuah konsep yang luar biasa tentang Hukum Tarik-Menarik (Law of Attraction) yang bekerja di alam semesta ini. Salah seorang guru dalam buku tersebut adalah Dr. John F. Demartini yang juga adalah penulis buku "The Riches Within, Your 7 Secret Treasures". Beliau juga seorang pembicara internasional dan menjalankan klinik kiropraktik yang sukses, dan pernah diakui sebagai Kiropraktor Terbaik. Dari dua orang inilah konsep tentang sedekah akan aku paparkan.

Aku tidak akan mempertajam pembahasan mengenai manfaat bersedekah. Yang jelas manfaat dari aktivitas ini sangat personal dan semakin bisa terasa apabila kita semakin ahli dalam bersyukur. Secara garis besarnya, manfaat sedekah antara lain: Mengundang Rejeki, Menolak Bala, Menyembuhkan Penyakit, dan Memanjangkan Umur. Aku yakin, manfaat-manfaat tersebut tentu sudah diketahui oleh teman-teman semua. Dan aktivitas sedekah itu sendiri tentu sudah sering teman-teman lakukan dan telah mendapatkan manfaatnya. Dalam catatan ini, aku hanya ingin memaparkan sebuah konsep yang mudah-mudahan membuat teman-teman semua semakin sering dan senang bersedekah. Konsep inipun baru aku dapatkan dan ingin secepatnya aku bagi agar semakin banyak orang yang melakukan aktivitas ini. Dan yang kedua, dengan menulis seperti ini, aku menjadi semakin ingat akan konsepnya, sehingga catatan ini juga berfungsi sebagai pengingat untuk diriku sendiri agar mengaplikasikan konsep yang didapat. Tidak sekedar disimpan di dalam otak saja yang suatu saat akan tergusur oleh konsep baru tanpa pernah mengaplikasikannya sekalipun juga.

Konsep sedekah tentu tidak bisa dilepaskan dari konsep keikhlasan. Kalimat-kalimat yang menunjukkan eratnya hubungan sedekah dan keikhlasan seringkali kita dengar, seperti: "memberi itu harus ikhlas", "yang penting itu bukan besar kecilnya jumlah, tapi besar kecilnya keikhlasan dalam memberi", "tidak apa-apa sedikit, yang penting ikhlas", dan "lebih baik tidak usah memberi kalau tidak ikhlas". Selama ini sebagian besar dari kita tentu menganggap keikhlasan penting dalam memberi, sehingga kita cenderung memperhatikan faktor hati ini ketika memberikan sesuatu kepada orang lain. Ketika ingin memberi harus menyamankan hati terlebih dahulu, setelah memberi tidak usah dipikirkan agar tidak ada sesuatu yang membuat hati tidak nyaman. Kemudian kata SEIKHLASNYA menjadi bermakna sejumlah barang atau uang tertentu yang ketika diberikan memberikan efek paling nyaman di hati. Sehingga, ketika ada orang yang meminta sejumlah uang seikhlasnya, kita akan memberikan sejumlah uang tertentu yang ketika dilepaskan tidak akan menimbulkan gejolak di hati. Ikhlas. Lepas. Tuntas. Pas. Pas jumlahnya, pas rasanya! Dan biasanya dengan teknik memberi seperti ini, jumlahnya kecil! Benar tidak? Mudah-mudahan aku salah ya....hehehe. Kalau aku salah, aku mohon maaf. Kalau aku benar, aku mohon senyumnya. Teknik memberi seperti ini aku katakan teknik memberi yang konvensional. Teknik memberi yang modern itu justru TIDAK BOLEH IKHLAS!

Aku tidak sedang bercanda, aku serius seserius-seriusnya. Dalam memberi itu, usahakan jangan sampai ikhlas, tapi lepaskan saja. Ini konsep pertama dari Mas Ebo. Memberikan sedekah itu usahakan banyak sehingga menimbulkan perasaan kurang nyaman di hati. Ada sedikit rasa kehilangan. Kalau belum, berarti kurang banyak...hehe. Perasaan inilah yang namanya tidak ikhlas, tapi perasaan ini bisa dilatih sampai halus dengan terus-menerus mempraktekkan sedekah modern ini. Aku analogikan konsep ini seperti seseorang yang berlatih fitnes. Fitnes itu melatih otot-otot tubuh, sedangkan sedekah itu melatih otot-otot "hati". Fitnes itu dilakukan dengan pemanasan terlebih dahulu, peregangan otot-otot, kemudian dilanjutkan mengangkat beban-beban berat. Tubuh menjadi segar dan berkeringat. Apabila aktivitas fitnes ini baru pertama kali kita lakukan, setelah selesai fitnes, kemudian mengeringkan keringat, mandi, dan mulai istirahat, barulah terasa otot-otot tubuh kita pegal karena tidak terbiasa mengangkat beban berat. Pegal-pegal inilah yang aku analogikan dengan "ketidakikhlasan hati" ketika bersedekah. Cara agar bagian-bagian tubuh yang pegal tadi tidak pegal lagi, yaitu dengan melakukan fitnes lagi keesokan harinya atau dengan kata lain "membalasnya". Namanya juga baru pertama kali, pasti pegal. Kalau sudah "dibalas" dan dilakukan rutin pasti mulai terbiasa dan pegal-pegalnya berkurang. Sedekah juga begitu, kalau sering dilakukan, "pegal-pegalnya" berkurang. Kalau sudah tidak "pegal" untuk jumlah tertentu, tingkatkan jumlahnya sampai kira-kira "pegal"...hehe. Kalau sudah agak "enteng" memberi sejumlah tertentu, tingkatkan jumlahnya. Bahkan Mas Ebo mengatakan begini, "Semakin brutal kita memberi, semakin brutal Tuhan membalasnya!" Apa yang kita beri akan kembali kepada kita. Kalkulator Tuhan sangat canggih dan kurir-Nya tidak akan salah alamat!!

Konsep yang kedua dari Mas Ebo adalah "Terang-Terangan". Maksudnya terang-terangan dalam memberi sedekah. Terang-terangan itu lebih dimaksudkan agar memotivasi orang lain agar tergerak juga untuk bersedekah, bukan untuk sombong-sombongan. Menurut beliau, konsep "Terang-Terangan" atau "Diam-Diam" dalam bersedekah itu sama pahalanya, yang tidak boleh itu terang-terangan tidak sedekah atau diam-diam tidak sedekah..hehe. Untuk konsep "Terang-Terangan" ini mungkin belum cocok dengan karakterku. Bila ada yang cocok, silakan dilakukan dengan niat untuk memberikan motivasi kepada orang banyak agar tergerak melakukan sedekah. Aku sendiri lebih memilih konsep "Diam-Diam" dari Dr. John F. Demartini. Beliau memaparkan konsepnya seperti ini: "Ketika memutuskan untuk memberikan sumbangan, pertimbangkanlah yang berikut ini: bila Anda memberi kepada seseorang dan dia mengetahui Andalah yang memberi, maka sekaligus juga Anda menimbulkan alasan baginya untuk berterimakasih kepada Anda - "yang hanyalah bagian yang kecil saja". Namun, bila menyumbangnya diam-diam, maka Anda memberinya kesempatan untuk bersyukur kepada "Suatu keseluruhan" - alam semesta atau sumber asalnya. Bayangkanlah betapa dalam pengalaman si penerima ketika bersyukur kepada keseluruhan yang abadi ketimbang hanya kepada bagian kecil yang bersifat sementara belaka". Aku tidak sedang menabrakkan kedua konsep, "Terang-Terangan" dan "Diam-Diam", ini. Silakan dipilih salah satu yang sesuai dengan karakter dan selaraskan dengan niat untuk memberinya, bukan untuk pamernya.

Demikian yang bisa aku bagikan melalui catatan hari ini. Mudah-mudahan ada manfaatnya dan yang paling penting adalah timbulnya tindakan yang semakin menghaluskan niat kita untuk berbagi kepada sesama. Itu dulu. Lain waktu aku sambung lagi. Mumpung hari Jumat, teman-teman yang muslim bisa langsung praktek di tempat ibadah. Tinggalkan uang berlogo binatang dan pahlawan berparang di rumah saja, masukkan yang berlogo peci, yang siap ibadah, di kotak amal. Teman-teman Hindu, Protestan, Khatolik, Budha, Kong Hu Cu bisa langsung praktek juga di tempat ibadah masing-masing. Khusus teman-teman Hindu, kalau sesarinya tidak muat diletakkan di canang sari, bisa dimasukkan di kotak dana punia terdekat.
Sukses selalu untuk semuanya, semoga semua berbahagia!

Surabaya, 6 Juli 2012
Gambar dikutip dari: http://www.chopra.com/laws/giving

Tidak ada komentar:

Posting Komentar