Selasa, 24 Desember 2013

Tadi makan mie ayam di warung kopi. Keren kan, di warung kopi ada mie ayam?! hehe..Untuk menemani semangkuk mie ayam, saya memesan minuman dingin rasa jeruk. Siang ini cukup terik, sehingga perpaduan antara dingin-kecut-manisnya es jeruk dan hangat-asin-pedasnya kuah mie ayam sangat pas rasanya di tenggorokan.

Ketika sedang menikmati mie ayam, seorang ibu datang, menggendong seorang anak laki-laki dengan kain. Tangan kiri ibu ini menggandeng tangan kanan seorang anak perempuan. Tangan kanannya memegang 'alat musik' yang terbuat dari kayu yang dihiasi beberapa tutup botol minuman bersoda.

Tidak beberapa lama mulailah ibu ini bernyanyi sambil menggerakkan-gerakkan 'alat musik' sederhananya. Lagunya berbahasa Indonesia, namun asing di telinga saya. Baru beberapa kalimat meluncur dari mulut ibu itu, saya segera memberinya uang. Saya menghargai upaya ibu ini, namun terlebih lagi, saya ingin menikmati makan siang saya saja. Saya ingin ibu itu menghentikan nyanyiannya dan segera pindah ke tempat yang lain.

Tak disangka-sangka, beberapa detik setelah saya memberinya uang, ibu ini langsung memesan mie ayam di tempat saya makan! Glek! "Pak, mie-ne siji (mie ayamnya satu), mangkok'e loro (mangkuknya dua)," pesan ibu itu kepada tukang mie ayam. Ada perasaan kaget campur bingung campur linglung dalam hati dan kepala saya. Sungguh, makan siang saya hari ini ramai sekali rasanya..hehe. Ibu itu duduk di hadapan saya, kemudian menenangkan kedua anaknya yang rewel. Apa yang saya inginkan untuk 'pergi', malah 'mendekat'.

Selang beberapa saat, mie ayam yang dipesan ibu itu datang juga. Tukang mie ayam sepertinya paham maksud ibu itu. Dia tidak memberikan apa yang dipesan, tapi memberikan 2 mangkuk yang telah berisi mie ayam setengah porsi-setengah porsi kepada ibu itu. Keren! Pastilah maksud ibu itu juga demikian, karena dia membawa 2 orang anak yang harus diberi makan. Ini komunikasi setengah kebatinan..hehe. Sambil menikmati mie ayam yang tinggal sedikit lagi di mangkuk, sesekali saya melihat ketiga orang ini makan. Rukun dan lahap sekali.

Apa pelajarannya?? Terkadang, apa yang kita inginkan pergi justru tidak pergi, malah mendekat untuk menunjukkan pelajaran yang berharga kepada kita. Kehidupan bukan saja tentang terpenuhinya keinginan, tapi juga keselarasan dengan rancangan-Nya. Dan komunikasi antara tukang mie ayam dan ibu itu menunjukkan bahwa ada hal-hal yang terkadang luput dari pemahaman kita hanya karena kita terlalu lama bersenang-senang dalam struktur, dalam konteks, dalam arti, bukan dalam makna.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar