Jumat, 11 April 2014

Kalau Kita Mau

Suatu ketika saya mengalami kejadian yang membuat perasaan sedih saya muncul. Sudah lupa kapan tepatnya, tapi yang jelas, ketika itu perasaan saya berada pada kondisi 'aku rapopo' (aku RApuh POrak POranda)..hehe. Mau ngapa2in gak enak rasanya.

Sampai akhirnya sesosok malaikat berwujud manusia yang ditakdirkan menjadi teman saya muncul. Tidak lupa juga sambil membawa kata-kata penyejuk jiwa yang dipetiknya langsung dari surga. Dengan tenangnya dia bersabda, "Sudahlah Yud, yang lalu biarlah berlalu, masa lalu menjadi milik masa lalu, ikhlaskan saja." Mendengar kalimat suci itu, semua keinginan saya lenyap, kecuali 1 hal...keinginan untuk menampok mulutnya!

Jangankan orang yg sedang sedih, orang yang sedang biasa2 saja belum tentu bisa menjalankan perintah teman saya itu. Anggap saja saya sedang duduk selonjoran di lantai 1 sebuah gedung sambil nangis, kemudian seorang teman datang ingin membantu saya berdiri..tapi dia menyuruh saya langsung loncat ke lantai 10! Kan bisa tanya dulu, "Masih mau selonjoran atau mau berdiri dan naik ke lantai atas?"

Kadang, orang yg sedang sedih belum tentu langsung mau 'berdiri', dia mau 'selonjoran' dulu sambil 'menikmati' perasaannya. Kadang juga dia hanya ingin ada orang yang 'selonjoran' juga di sampingnya, mendengarkannya bercerita panjang lebar, kemudian setelah ceritanya habis, dia berdiri sendiri, bahkan tanpa perlu 'dibantu'. Kadang, ada yang senang 'disuguhkan' tangga, jadi dia bisa terbantu untuk 'berdiri dan naik".

Tidak ada yg salah dengan nasihat baik, tapi tidak semua orang butuh pencerahan. Orang yang merasa dirinya 'cerah' tidak perlu kita sajikan cahaya, beri 'kegelapan' agar 'cahayanya' semakin bersinar. Itupun kalau kita mau.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar