Tampilkan postingan dengan label Puisi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Puisi. Tampilkan semua postingan

Kamis, 09 April 2015

Tentang Cinta Terakhir

Aku ingin menulis sesuatu tentang kita
Tentang rasa, tentang cinta
Tentang sesuatu yang membalut hatimu dan hatiku
Candamu dan candaku
Juga lukamu dan lukaku
Mungkin engkau bosan
Menatap seorang lelaki pemuja kata
Mengumbar rasa kepada semesta
Karena engkau tau cinta tak terbahasa
Tapi ijinkan aku untuk tidak memperdulikannya
Setidaknya untuk saat ini saja,
Ketika aku ingin menulis sesuatu tentang kita
Tentang rasa, tentang cinta
Bukan untuk mengumbarnya
Bukan untuk menyombongkannya
Bahkan harus kukatakan, bahwa ini bukan untukmu
Tapi untukku
Untuk membuatku semakin sadar
Semakin ingat, bahwa aku mencintaimu
Cinta dalam kesadaran
Sadar dalam mencintai
Cinta yang tidak membuatku mabuk
Tapi cinta yang membuatku melakukan
Hal-hal terbaik yang kupunya..untuk kita
Cinta yang tidak membutakan
Tapi cinta yang membuatku mampu
Melihat keutuhan dirimu, keunikan dirimu
Canda-tawamu, sedih-lukamu, lebih-kurangmu
Cinta yang tidak hanya memaksamu untuk bahagia
Tapi cinta yang juga mengijinkanmu untuk bersedih
Cinta yang mengijinkanmu untuk bosan
Cinta yang mengijinkanmu untuk bete
Cinta yang mengijinkanmu untuk ngambek dan ngomel-ngomel
Cinta yang mengijinkanmu untuk memarahiku
Karena aku tau,
Setiap aku menahan kemarahanmu padaku
Aku telah menyediakan ruang yang lebih besar
Untuk amarahmu di lain waktu
Dan mungkin ini yang terberat
Yang tidak pernah kau baca sendiri dari semua kata-kataku
Yang tidak pernah kau dengar sendiri dari semua ucapanku
Hingga detik ini..
Aku ingin memohon ijin kepadamu
Dengan seluruh keikhlasanmu
Dengan seluruh rasa cintamu
Ijinkan aku untuk mengatakannya dengan jujur
Bahwa engkau bukanlah cinta terakhirku!
Maafkan aku bila kau anggap ini menyakitkan
Tapi aku ingin selalu mencintaimu dengan sederhana
Aku hanya ingin engkau ingat bahwa cinta tidak punya akhir
Biarkan aku jatuh cinta lagi..dan lagi..dan lagi..
Kepadamu
Kepada duniamu
Kepada bahagiamu
Dan kepada semua pertanyaan yang sering kau lontarkan
Padahal kita sudah sama-sama tau jawabannya.
Surabaya, di sebuah kontrakan yang tak berpagar, 31-03-2015

Hidup dalam Tidur

Aku sedang hidup dalam tidur
Berlari di masa lalu
Dengan semua rasa pilu
Berkejaran di masa depan 
Dengan semua khayalan dan angan
Aku melihat tubuh
Namun, jarang merasakan diriku utuh
Aku melihat kaki
Namun, jarang hadir di masa kini
Mataku tertutup, wajahku tertunduk,
Berharap doaku Kaupeluk
Tapi pikiranku tak tertuju
Hatiku masih ragu
Ketus menuntut Kau tak keliru
Mengabulkan semua doaku dan rindu

Minggu, 08 Maret 2015

Kukatakan Kepadamu

Baiklah, akan kukatakan kepadamu
Bahwa sebenarnya kita tidak pernah terpisah
Sekarang tatap mataku..
Kini engkau ada di hadapanku
Dan aku ada di hadapanmu, bukan?
Engkau melihatku
Dan aku melihat wajahku sendiri
Ada di kedua bola matamu.

Dan pada saat yang bersamaan
Engkau ada di dalam diriku
Dan aku ada di dalam dirimu
Kenapa bisa seperti itu??
Begini, biar kujelaskan perlahan
Wujudmu terhenti sampai di kedua bola mataku saja
Tapi cintamu merasuk hingga
ke dalam pikiran dan hatiku

Bila aku hanya mengandalkan mataku
Jelas cintaku hanya sebatas keanggunan fisikmu
Tapi, jangan salah paham dulu
Bukan berarti aku tidak perduli itu
Itu tidak salah sama sekali
Hanya saja itu belum dalam
Aku mencintai kedua mataku
Dengannya aku menangkap wujudmu
Aku mencintai wujudmu

Bila aku hanya mengandalkan telingaku
Cintaku akan terkungkung dalam suaramu
Tidak bisa bergerak lebih bebas dari itu
Tapi, seperti yang kukatakan sebelumnya
Itu juga tidak salah
Hanya saja belum dalam
Aku mencintai kedua telingaku
Dengannya aku menangkap suaramu
Aku mencintai suaramu

Yang terdalam..yang terhalus
Cintamu tak dapat kusandera dengan inderaku
Terlalu kecil..begitu halus
Menempati ruang-ruang di pikiran dan hatiku
Sehingga engkau kini menggandakan diri!
Di hadapanku dan di dalam diriku
Aku mencintai engkau yang ada di hadapanku
Aku mencintai engkau yang ada di dalam diriku
Dan aku mencintai caraku mencintaimu

Mungkin engkau bertanya...
Kenapa mesti mencintai caraku mencintaimu?
Supaya aku bisa kembali
Ke titik kesetimbangan cinta itu sendiri
Ketika engkau yang ada di hadapanku
Mulai berbeda dengan engkau yang ada di dalam pikiranku
Ketika engkau yang sebenarnya
Mulai berkonflik dengan engkau yang aku harapkan
Ketika engkau dengan segala sifat dan sikap
Mulai berseteru dengan sifat dan sikap
yang aku inginkan ada padamu
Apakah sekarang engkau mulai paham?

Intinya, aku manusia yang rindu rasa - rindu rupa
Terkadang tergiur menjebak rasa dalam kata
Dan senang mengurai kata menjadi rasa
Entah sampai kapan
Mungkin sampai bumi berhenti berputar..
Ah, pasti engkau anggap itu doa, kan?
Tuhan tidak senaif itu
Dia juga senang puisi
Lalu engkau sebut apa kehidupan ini
bila bukan jalinan bait-bait puisi
pada kertas semesta-Nya?


Rabu, 24 Desember 2014

Jalan yang Berbeda, Cahaya yang Sama

Kita sedang sama-sama melangkah
Menapaki jalan untuk mencapai tujuan
Aku tidak tahu kapan aku akan sampai
Mungkin kau pun begitu
Aku pun tidak tahu akan ada apa di depan sana
Sama seperti dirimu
Namun, kita terus melangkah
Sesekali beristirahat
Untuk menyadari kalau kita masih bernapas
Dan napas yang aku hirup dan hembuskan ini
Yang masuk ke dalam tubuhku
Keluar dari tubuhku
Mungkin pernah berada dalam tubuhmu
Dan pernah keluar dari tubuhmu
Kemudian aku perlahan menyadari
Bahwa semesta adalah sebuah ruang raksasa
Yang mengikat kita melalui tali-tali udara
Yang tak kasat mata..
Ayolah Kawan..
Masihkah engkau tak menyadari kesatuan ini?
Tuhan sedang bercanda..
Melalui perbedaan-perbedaan yang tampak
Di hadapan kita,
Kita seolah-olah menyusuri jalan yang berbeda
Namun, dihadiahkan cahaya matahari yang sama
Untuk menerangi jalan-jalan itu
Kita terus melangkah mencapai tujuan kita masing-masing
Seolah-olah ada istana di ujung jalan sana
Namun, ternyata istananya disembunyikan
Di dalam hati kita sendiri. Itu saja.
Surabaya, 23-12-2014

#CintaItu

Cinta itu bukan menggenggam, apalagi mencengkeram, tapi memberikan ruang bagi kekurangan dan kelebihan. Genggaman hadir karena ketakutan akan kehilangan..semakin takut kehilangan, semakin kuat genggamannya.

Cinta memberikan kebebasan bagi seseorang untuk menjadi dirinya sendiri. Kebebasan dalam keunikan menghadirkan keindahan. Keindahan yang hadir karena gerakan sempurna antara kepakan sayap kelebihan dan sayap kekurangan.

#CintaItuMenerbangkan


Sabtu, 15 Februari 2014

Tetaplah Cinta

Cinta tetaplah cinta, mengalir dalam setiap karya. Sekalipun pelukis memaknainya melalui kanvas, pujangga memeluknya dengan kata-kata, dan musisi memesrainya dalam nada.

Cinta tetaplah cinta, sekalipun tidak tersabda, hanya kau kulum dalam senyuman. Tidak berkurang maknanya bila hanya itu yang bisa diberi dan kau mengerti. Seperti dedaunan yang mengerti tumbuh dan menyejukkan bumi, air yang mengerti mengalir dan menyegarkan dahaga, matahari yang mengerti bercahaya dan menghangatkan raga.

Cinta tetaplah cinta, baik dalam keramaian maupun keheningan. Keberadaan yang menggetarkan. Eksistensi dalam vibrasi. Sekian lama engkau dan aku mencari, dengan berjalan dan berlari. Hingga akhirnya sama-sama mengerti bahwa cinta tidak kita miliki...karena engkau, aku, dan kita semua adalah cinta itu sendiri.


Surabaya, 14 Februari 2014


Selasa, 31 Juli 2012

KA(CIN)TA


Kata...
Cinta...
Kata-Kata...
Cinta-Cinta...

Kata-Kata bisa mengandung Cinta...
Cinta bisa ada dalam Kata-Kata...
Cinta dalam Kata
Kata dalam Cinta

Cinta dalam Kata memang Cinta yang lemah,
namun lebih kuat dibandingkan Cinta dalam Sukma
yang terpenjara oleh rasa putus asa

Seperti sedang menunggu pedang
Pedang yang tajam, setajam cahaya matahari
yang mampu membelah malam

Dan bila pedang itu tak datang juga,
Cinta hanyalah Raja
yang duduk angkuh di atas singgasana hati
tanpa bisa bersabda kepada semesta

Kata-Kata adalah Bata-Bata
untuk membangun jembatan
antara hati dan dunia
agar cinta memiliki jalan
untuk berjalan
untuk menemukan apa yang dicarinya
atau sekadar
untuk lebih memahami
bahwa yang ada di luar, juga ada di dalam

Surabaya, 31 Juli 2012
Gambar dikutp dari: http://instingcinta.blogspot.com/2011/06/kumpalan-gambar-cinta-love.html

Sabtu, 30 Juni 2012

Tentang Masa...


Ada satu masa...
Ketika hujan tak bisa membilas semua duka
dan terik mentari tak bisa uapkan semua lara,
kemudian Cinta menguraikan dirinya
...dalam sentuhan jemari...
...dalam bias senyuman...
...dalam lembut tatapan...
...dan dalam hangat pelukan...
Tidak lagi bertahta angkuh dalam singgasana hati,
yang entah kapan sudi meleburkan dirinya dalam kata-kata.

Ada satu masa...
Ketika kusadari bahwa,
Ketidakhadiran tidaklah selalu berarti ketidakberadaan,
Karena mentari hanya terbenam, namun tetap ada
di balik bagian bumi yang lain..
Karena bulan selalu purnama, walaupun tidak selalu hadir
utuh mengisi malam-malam kita..
Karena mata hanya mampu menatap raga, tidak Cinta,
yang tetap ada, walaupun tak selalu hadir,
tak selalu tampak, tak selalu terlihat,
tapi selalu terasa oleh hati yang terbuka.
Itu saja.

Surabaya, 30 Juni 2012, diiringi "White Door by KipaLoops",
Gambar dikutip dari: http://lembar-kisah.blogspot.com/2011/01/embun.html

Sabtu, 19 Mei 2012

Tetap Mengalir..


Air...
Danau...
Sungai...
Parit...
Laut...
Selokan...
Kolam...
Sumur...
Bak...

Air...
Hujan...
Seni...
Limbah...
Ketuban...
Suci...
Awet muda...
Bah...

Air...
Asin...
Manis...
Tawar...

Air...
Biru...
Hijau...
Merah...
Bening...

Tetaplah air,
Mungkin berguna, mungkin tidak,
Namun, tetaplah air..
Yang ada saatnya nanti berpelukan di samudera,
saling bersapa dalam awan,
kemudian kembali mengisi celah-celah bumi.
Terus mengalir, sekalipun mata menangkapnya tergenang,
merembesi dinding tembok, menyelam dalam tanah, berusaha mencari celah,
untuk sampai di tempat yang serendah-rendah dan seluas-luasnya
Serendah-rendah dan seluas-luasnya
Mengikhlaskan dirinya kepada matahari
untuk mencapai tempat yang setinggi-tinggi dan seluas-luasnya
Setinggi-tinggi dan seluas-luasnya

Air tetaplah air
yang namanya beraneka tempat, rasa, bau, dan warna
Beraneka karena belum sampai
di tempat yang serendah-rendah, setinggi-tinggi, dan seluas-luas
hanya karena masih di tempat yang kecil..
ya, tempat yang kecil
sehingga persepsi belum sepenuhnya menyentuh esensi
masih sulit bagi logika untuk melepas kerinduan dalam rasa dan dalam rupa
Dan dalam semua keterbatasan ini,
aku hanya ingin melihatnya terus mengalir..terus mengalir..
menyehatkan alam semesta
Seperti hidup yang terus mengalir..
Namun, terkadang terasa lambat karena berat
Mungkin karena berdiam diri di satu tempat untuk terus melawan arus,
tidak berpindah ke tempat lain, mencari arus yang sesuai untuk mengalir..
Mengalir..alir...air..Itu saja.

Surabaya, 19 Mei 201
Gambar dikutip dari: http://dailyvibrations.blogspot.com/2012/03/lets-talk-about-water.html


Selasa, 01 November 2011

Lovember

Pagi ini..
Batang-batang cahaya matahari menyelinap
memasuki berbagai celah
untuk menyapa raga-raga yang lelap,
yang lelah akan pengejaran, pencarian, pemenuhan, dan pencapaian
Sebagian cahaya lainnya
sedang menyoroti tetes-tetes air di atas singgasana daun teratai,
yang tetap anggun dalam wujudnya,
tertetes, namun tak membasahi..
dekat, namun tak terikat..

Sebagian cahayanya lagi membentuk kilauan pada jaring laba-laba
dengan aneka diagonalnya,
bertahta indah pada ruang-ruang yang tak terjamah
oleh ayunan napas manusia

Pagi ini..
Angin telah bercerai dengan debu
Membawa kesegaran bagi kepenatan, kejenuhan, ketidakpuasan,
ketidakberdayaan, dan kealpaan
Dan cinta pun telah disemai dari langit,
kemudian merunduklah orang-orang yang menganggap
bahwa cinta telah berhenti di ujung pena,
yang lupa bahwa cinta meresap memenuhi bhuana,
bahkan pada tetes-tetes air mata subuh
yang membiaskan warna matahari

Pagi ini..
Banyak jiwa yang terkunci dalam dimensi
sedang tersenyum karena menyadari
bahwa kerinduan telah menemukan penawarnya,
bahwa berdiri di bawah pohon waktu yang rindang kedamaian
adalah sebuah pilihan yang tepat

Pagi ini....pagi yang penuh cinta....
kuberikan saja nama Lovember


Surabaya, 1 Nopember 2011

Selasa, 18 Oktober 2011

Tak Lelahkah..

Sahabatku, aku ingin bertanya..
Tidakkah engkau lelah berdiri mematung,
membiarkan wajahmu dibelai angin malam
seraya menatap tajam langit mendung itu
dan menanti rintik-rintik hujan turun menampar kedua pipimu,
kemudian engkau bebas menghamburkan tangisan
karena saat itu, hanya saat itu,
tak seorang pun bisa memisahkan air matamu dari air mata langit?

Ijinkan aku mengira bahwa dengan begitu
tak seorang pun tahu bahwa engkau sedang menyembunyikan tetes air matamu
dalam derasnya tetes air mata langit..
Tak seorang pun tahu bahwa engkau sedang membasuh air matamu
dengan air mata lain
Ya, membasuh air mata dengan air mata...tidak lebih

Engkau mungkin bisa mengelabui mataku, tetapi tidak untuk langit
Kau pasti tahu bahwa langit menyaksikan semua itu
dari atas permukaan air yang hening, namun bening seperti cermin

Dan tahukah kau bahwa purnama yang tergantung di langit yang penuh rahasia itu
tidak pernah benar-benar hilang?
Dia hanya bersembunyi dan sesekali muncul agar kau tidak bosan
dengan wujudnya
Agar kau tetap rindu, tetap kangen dirinya saja

Aku juga ingin bertanya lagi..
Masih senangkah kau mempermainkan waktu dengan harapan?
Kau jejalkan berdesak-desakkan pada pisau detiknya,
kemudian dicabik-cabiklah mereka semudah merobek
kertas putih tipis yang kosong, tanpa tulisan

Sahabatku, mari kita berlindung dari guyuran hujan itu,
sesekali bercanda dengan purnama dan bersama-sama
menaiki komidi putar waktu...sesekali saja..tanpa harapan
karena langit telah melihat sesuatu yang melebihi harapanmu dan harapanku
dari atas permukaan air yang hening, namun bening seperti cermin..

Surabaya, 18 Oktober 2011

Jumat, 30 September 2011

Telah Cukup Baginya


Dan bila mentari harus tetap terbit
menyapa bumi pada sebuah ufuk
kemudian sinarnya menembus gumpalan awan yang menutupi langit,
menjangkau debu-debu yang beterbangan di udara,
daun-daun yang basah oleh embun,
tanah kering yang lama tak dipijak,
dan gulungan ombak yang menyembunyikan mutiara,
biarlah cinta tetap menemukan getarnya
sekalipun pada cahaya bintang yang mengalah pada fajar

Karena telah cukup bagi cinta untuk tetap indah,
walaupun tak terlihat, sekalipun di kejauhan
Telah cukup bermakna baginya,
walaupun harus berdiam di balik awan..
Setidaknya untuk saat ini..saat ini saja
Karena kesetiaan akan menenggelamkan mentari
dan melarutkan seluruh cahayanya dalam samudera yang tenang
hingga hanya guratan bias yang tersisa di langit
dan lambat laun terhapus oleh cahaya redup purnama

Akhirnya tak ada yang dapat menyembunyikan wujudnya
Langit telah menyibakkan awan dan menelanjangi dirinya sendiri
agar cinta terlihat,
kemudian menyelimutinya dengan angin dari
nafas jiwa-jiwa yang rindu kedamaian



Minggu, 14 Agustus 2011

Kosong


Yang tak terlihat...

Dan tak terdengar...

Serta tak tercium...

Bahkan tak teraba...

Mungkin itulah kosong

Tiada rupa, tiada rasa

Sehingga sulit bagi persepsi untuk menjamahnya,

atau bahkan menyentuhnya

Hampa...

Membuat wajah tak mampu menumpahkan aneka emosi sebagai warna jiwa

Namun dalam keheningan, seandainya kita tertunduk untuk tertuju,

serpih-serpih kepercayaan mulai bersenyawa,

kemudian menabrak logika, menghadirkan sepercik pemahaman,

bahwa tiadalah yang benar-benar kosong jika kita meyakini

bahwa ada Energi besar yang meresapi semesta,

memenuhi seluruh bhuana.



Surabaya, 14 Agustus 2011

Rabu, 29 Juni 2011

Bukan Hal yang Sama


Ada yang terlintas saat keheningan menyelimuti
Semilirnya angin yang kurasakan saat ini
mungkin takkan kurasakan lagi
Bintang malam yang bertahta di langit sana mungkin
tak dapat kulihat lagi pada titik yang sama esok hari
Aku memang tidak melihat bulan,
namun beberapa waktu yang lalu nampak bersinar
Esok hari, mungkin aku masih berjumpa matahari,
tapi dengan kehangatan yang berbeda
Mungkin juga masih mendengar kicauan burung,
namun burung yang berbeda
Bersyukur bila masih dianugerahkan nafas,
tapi pasti bukan udara yang sama,
yang kuhirup dan kuhembuskan di hari-hari sebelumnya


Aku melihat air, tapi bukan air yang sama
Merasakan hujan, tapi bukan hujan yang sama
Mendapati senyuman, tapi bukan senyuman yang sama
Berjabat tangan, tapi bukan jabat tangan yang sama
Berkeringat, tapi bukan keringat yang sama
Menangis, tapi bukan dengan air mata yang sama
Tertawa, tapi bukan tawa yang sama
Semuanya tidaklah sama, waktu membuatnya berbeda,
membuatnya berubah dengan setiap gilasan detiknya
Walaupun seakan-akan kulihat sama,
tapi atom berotasi, bergetar, bertranslasi, tidaklah diam,
bahkan quark-pun tidak mematung
Semesta bergerak, dan tidak pernah kudapati hal yang sama
setiap waktunya

Dan kini kudapati diriku yang telah begitu
mengabaikan hal ini
Menganggap akan mendapati hal yang sama esok hari,
Senyuman orang-orang yang sama,
dekapan yang sama, suara yang sama, tawa yang sama,
air mata yang sama, kehangatan yang sama, amarah yang sama,
udara yang sama, dan keheningan yang sama
Semuanya berubah..
Karena semuanya bergelantungan pada tiang waktu
Dan rasa syukur harusnya aku pahami dengan cara
memandang bahwa tidak akan pernah ada hal yang sama
yang kita temui, bahkan untuk satu detik kemudian.

Surabaya, 29 Juni 2011

Jumat, 06 Mei 2011

Cintaku Bercara...


Engkau yang terus-menerus mengetuk pintu hati..
Kemudian berhembus lembut mengitari bunga-bunga di dalamnya
Merangkum semua wewangian itu menjadi sesungging senyum
yang membuat orang sekitarku merasa aneh,
mengerutkan keningnya, menarik sedikit lehernya
dan mengatakan "apa kamu sudah gila?"

Tapi engkau tetap saja berputar-putar di relung ini,
seolah tak peduli dengan apa yang ada di sekitarku,
dengan apa yang telah engkau perbuat pada waktu,
sehingga berjalan lebih lambat dari biasanya
dengan apa yang telah engkau perbuat pada purnama,
sehingga terlihat lebih indah dibandingkan biasanya
dengan apa yang telah engkau perbuat pada kicau burung-burung itu,
sehingga terdengar begitu harmonisnya
dengan apa yang telah engkau perbuat pada jantungku,
sehingga bekerja lebih giat, berdenyut lebih kencang..

Ini memang gila..
Tapi begitulah dirimu bicara..
dengan cara-cara yang bagaimanapun juga
sulit untuk diterjemahkan oleh para pengolah pikiran,
tapi tetap saja banyak yang ingin mendefinisikanmu,
memenjarakanmu dengan kata-kata,
mereduksi dayamu untuk berhembus..

Cara-cara yang terkadang juga kurasa aneh
Cara-cara yang terkadang juga membuatku ingin marah
Cara-cara yang seringkali tak dapat diterima akal sehatku
Tapi mungkin begitulah caramu..
Tersadarku bahwa setiap kita memiliki
cara yang tak sama dalam menghembuskannya
Dan di antara semua hembusan yang ada, engkau berbeda,
Aku mencintai caramu menghembuskannya mengelilingi hatiku,
Aku mencintai cintamu,
namun terlebih lagi, aku mencintai caramu mencintaiku. Itu saja..


Surabaya, 6 Mei 2011


Sabtu, 16 April 2011

Aku Berjalan...


Aku sedang berjalan...
Menapaki jalan yang terkadang..
Terkadang lurus
Terkadang terjal
Terkadang berliku
Terkadang curam
Terkadang licin
Terkadang berbatu
dan terkadang aku pun berhenti untuk
menghela napas sejenak
Ada yang tetap melaju sambil melambaikan tangan,
mengajakku untuk terus berjalan bergabung dengannya
Ada juga yang menepuk pundakku seraya berkata,
"Istirahat dulu saja sebentar, disini sejuk, belum tentu
kita dapatkan tempat seperti ini lagi di depan sana!"

Masih beristirahat dan sambil meneguk segelas air,
aku melihat raut-raut wajah
Ada yang tampak tegang dan terus berjalan ke depan
tanpa menoleh sedikitpun ke kiri dan kanan..
Ada juga yang melompat-lompat kegirangan tanpa memperhatikan
langkah kakinya..
Ada yang santai sambil memasukkan tangannya di saku celana
dan tak hentinya tersenyum, seolah-olah
dia tahu betul medan yang akan dilaluinya..
Ada yang berlari kencang sambil sesekali mengelap
wajahnya yang penuh dengan butiran-butiran keringat..
Ada yang berjalan cukup lambat, dan terus mengeluh,
"Untuk apa melanjutkan perjalanan ini? Aku capek, aku ingin berhenti!
Tidak ada seorang pun yang tahu pasti apa yang ada di depan sana.
Untuk apa ini semua??"
Ada juga yang dengan hati-hatinya berjalan sambil bibirnya bergumam,
"Satu..dua..tiga..empat..lima..enam..tujuh..delapan"
Ada juga yang baru saja terjatuh karena kakinya tersandung batu,
namun dengan segera bangkit dan melanjutkan perjalanan..
Ada juga yang sedang menangis memegang kakinya yang terkilir..

Aku masih menatap raut-raut itu,
Entah aku harus meniru salah satu raut itu
atau memilih menciptakan sendiri raut yang khusus,
Tak berapa lama seseorang yang ada di sampingku,
yang menepuk pundakku itu berkata,
"Teruslah berjalan, sesekali engkau boleh berhenti
seperti ini bila lelah, namun pastikan, berjalanlah dengan dua hal,
agar langkahmu terasa ringan, yaitu kakimu dan hatimu.
Mungkin kita akan dipertemukan di tempat peristirahatan yang lain,
walaupun jalan yang kita tempuh berbeda, namun aku yakin kita sedang
menuju cahaya yang sama!"


Surabaya, 16 April 2011

Selasa, 29 Maret 2011

Seperti Hadirnya...


Ada yang hadir,
Saat tatapanmu membuat darahku berdesir
tak tentu arah..
Ada yang hadir,
Saat senyumanmu itu menggetarkan sesuatu
dalam dadaku..
Entah bagaimana sesuatu itu hadir,
namun begitu tiba-tiba,
seperti menunggu saat pikiranku sedang tak sigap..
begitu mudahnya sampai-sampai tulang-tulangku
tak mampu menahannya.

Kehadiran yang sangat sederhana, namun bermakna,
seperti kehadiran semilirnya angin
yang sedari tadi ditunggu rumput-rumput hijau,
seperti hadirnya sinar matahari yang mengangkat perlahan
embun bunga melati,
seperti lembutnya alir air yang membasuh tubuh batu-batu kali
seperti hadirnya lengkung pelangi sebagai senyum langit kepada bumi
begitu sederhana, seperti berbicara,
dengan suatu bahasa yang tak mudah ditafsirkan
hanya dengan logika

Tak ada dayaku untuk menahannya hadir
Karena menahannya sama saja menyiksa hatiku sendiri
Terlampau menguras energi
Waktu pun terbunuh percuma
Kubiarkan saja mengalir memenuhi tempat yang nyaman baginya
Dan pada akhirnya tercurah sebagai hal-hal indah
yang dapat kau pandangi, dapat kau sentuh,
dan kau kan dapati diriku dan dirimu tersenyum kepadanya. Itu saja.

Sabtu, 19 Maret 2011

Ada Saatnya


Ada saat ketika kita mulai menyadari
bahwa waktu telah mewujud menjadi sebuah roda kehidupan
yang sangat besar, yang berputar sangat pelan,
detik demi detik, menggilas hati,
hingga mati rasa, lunglai tak berdaya
Tak peduli sudah seperti apa wujudnya
Tak peduli berapa banyak air mata yang tertumpah dan terjatuh
Tak peduli betapa rasanya ingin berteriak,
namun tak cukup tenaga dimiliki...

Begitu angkuhnya, namun tetap saja dia berjalan,
sekalipun kita berusaha berteriak berhenti berulang kali
Semua beban bergeliat tak tentu geraknya,
namun pada akhirnya mereka kompak menyerang otak,
sehingga tak ada lagi ruang bagi pikiran jernih untuk bersemayam
Penat, gelap, sesak.....namun terasa dekat....dekat sekali...
tak pernah merasa sedekat ini
hingga sekujur tubuh merinding dan getarannya menyingkirkan
apapun yang tak seharusnya hadir bagi hati yang sedang tumbuh
Kemudian getarannya semakin mereda, perlahan berkurang,
hingga hilang entah kemana,
menyisakan hati dengan wujudnya yang baru, yang lebih kuat dari sebelumnya,
dan roda itu terus saja berputar, namun tak terasa lagi gilasannya.

Surabaya, 19 Maret 2011

Senin, 07 Februari 2011

Diamku...


Diamku...

Karena aku tahu dengan berbicara

tidak akan berarti banyak

Diamku...

Karena aku mengerti bahwa kata-kata

tak akan pernah lebih hangat dari sebuah pelukan

Diamku...

Karena aku menginginkan angin sejuk itu

mengitari hatimu yang masih beku

Diamku...

Karena aku berharap agar waktu saja

yang menggilas semuanya sampai tuntas

Diamku juga...

Karena aku paham bahwa tidak semua rasa

menyublim menjadi kata

Diamku juga...

Agar logika itu memiliki ruang yang layak untuk

ditempati..

Kemudian aku merenung dan berpikir sejenak...

Barangkali cinta itu bukan sebuah energi yang

mampu mentransformasi rasa menjadi kata,

tetapi justru karenanya kata menjadi lunglai

tak berdaya...

Dan karenanya, saat ini, aku memilih diam,

setidaknya dalam kata, bukan dalam rasa. Itu saja.



Denpasar, 7 Februari 2011

Kamis, 13 Januari 2011

Ketika Kita Berbicara...


Ada satu waktu ketika kita saling menatap
Ada saat ketika kita saling mengungkapkan sesuatu
Aku mengungkapkan sesuatu yang ada di kepalaku
Dirimu mengungkapkan sesuatu yang ada di hatimu
Kemudian engkau mulai berbicara terlebih dahulu,
menggebu-gebu, seolah tak ingin ada yang mengganggu,
hanya ingin ada seseorang yang mendengarkanmu, itu saja, tidak lebih..
Dan aku pun mulai mengangguk-anggukan kepala,
bukan karena aku paham sepenuhnya ceritamu,
hanya tidak ingin engkau marah saja..
Mulailah aku berdeham pelan untuk menghargai panjangnya ceritamu itu,
Engkau pun tersenyum, aku pun terhibur..
Sungguh indah..
Aku tahu, bukan solusi yang kaubutuhkan,
bukan hitung-hitunganku yang kauinginkan,
bukan teoriku yang kaurindukan
dirimu hanya ingin didengarkan,
dirimu hanya ingin mencurahkan,
dan dirimu hanya ingin aku merasakan apa yang kaurasakan,
itu saja, tidak lebih..


Kemudian aku mulai bertutur, secara teratur,
perlahan, terkonsep dengan jelas maksud dan tujuannya,
engkau mulai mengangguk, walaupun bukan itu
yang kuinginkan sebenarnya,
karena ketika aku bercerita, aku menginginkan solusi,
aku sedang mencari jalan keluar dari suatu hal,
dan engkau pun tahu itu..
Mulailah bibirmu itu mengungkap gagasan,
berbicara dengan tenang dan aku pun merasa nyaman
Walaupun terkadang idemu terasa aneh dari sudut pandangku,
aku tahu bahwa dirimu sedang berusaha membantu,
aku sangat menghargai itu..


Kembali kita saling menatap,
tercurahkan sudah apa yang ada di kepalaku dan
apa yang ada di dalam hatimu..
Sempat juga aku berpikir, kenapa ceritamu yang sederhana itu
bisa begitu panjang dan membutuhkan banyak waktu,
tapi tentu saja tidak aku ungkapkan,
karena bisa saja engkau bertanya kepadaku,
"Kenapa hal seperti itu bisa menjadi masalah bagimu?"

Gresik, 13 Januari 2011