Kamis, 15 Oktober 2009

Atom: Samudera Kerendahan Hati


Kata atom sudah tidak asing lagi di telinga para kimiawan, fisikawan, binaragawan, dan kawan-kawan sekalian. Secara sederhana, atom didefinisikan sebagai sesuatu yang tidak dapat dibagi-bagi lagi. Dapat diartikan pula bahwa atom adalah penyusun suatu materi. Definisi ini cukup memberikan suatu gambaran sederhana bahwa ada sesuatu yang kecil sebagai penyusun sesuatu yang lebih besar. Banyak orang “beranggapan” (karena memang tidak dapat melihatnya) bahwa atom adalah penyusun terkecil suatu unsur. Pernyataan tersebut tidak sepenuhnya tepat karena atom juga terdiri dari beberapa elemen penyusun, diantaranya elektron, neutron, dan proton. Apakah elektron merupakan elemen yang terkecil? Jawabannya tentu saja bukan karena masih ada kuark dan kawan-kawannya yang tidak dapat diabaikan begitu saja. Tulisan ini tidak dimaksudkan untuk memberi kebingungan baru terhadap definisi atom, hanya ingin membeberkan fakta sederhana tentang atom tanpa kehilangan segi keilmiahannya.
Banyak orang di zaman dahulu ingin meneliti “isi” dari atom. Bukan karena kurang kerjaan, tapi hanya dengan hal demikianlah seorang ilmuwan mempercayai sesuatu. Keingintahuan para ilmuwan tersebut membawa mereka hanyut dalam beragam penelitian. Hal inilah yang menyebabkan seseorang bernama Ernest Rutherford melakukan penelitian dengan menggunakan sinar alfa. Penelitian Rutherford terdiri atas penembakan foil emas tipis dengan menggunakan sinar alfa dan mengamati pembelokannya lewat kerlipan yang dihasilkan pada layar ZnS (seng sulfida). Yang paling menarik dari penelitian Rutherford ini adalah perilaku sinar alfa setelah ditembakkan dan mengenai foil emas tipis tersebut. Ada sinar yang terbelokkan dengan sudut yang besar, sebagian kecil “dipantulkan” oleh sesuatu, dan sebagian besar bergerak lurus melewati foil. Ini berarti bahwa sebagian besar atom tersebut terdiri atas ruang hampa (kosong) sehingga sinar alfa dapat menembusnya tanpa mendapat halangan sedikitpun dan sebagian kecilnya terdiri atas sesuatu yang kemudian dikenal sebagai inti atom.
Menjadi begitu bermakna ketika “kekosongan”atom ini menjadi dasar perilaku hidup kita. Tidak jarang dijumpai bahwa sesuatu yang tampak berisi sesungguhnya adalah kosong namun bukan tanpa arti. “Kekosongan” atom ini jangan diartikan bahwa tidak ada yang berguna dalam hidup. Apalagi sampai diartikan bahwa hidup itu hanya kekosongan belaka. Itu pengertian yang terlalu ekstrem. “Kekosongan” atom ini baiknya dimaknai bahwa kerendahan hati menjadi penting dalam hidup. Menjadi tidak sepantasnya kita menjadi angkuh karena menganggap diri paling “berisi” (paling pintar, paling ganteng, paling cantik, paling kaya, paling terkenal, dan paling berkuasa). Bila kita sulit mendapat pemahaman dari hal-hal yang besar, ada baiknya kita memahami hal-hal kecil. Dan atom telah mengajarkan kepada kita semua untuk menjadi “kosong” dalam “keberisian” yang tampak. Aku tidak bermaksud menggurui, hanya ingin berbagi hal yang indah. Aku pun ingin belajar untuk senantiasa berjalan dalam kedamaian hidup bersama kerendahan hati. Seorang guru pernah bertutur bahwa hidup itu harus besar dan luas, namun sederhana dalam sikap. Hal ini menyiratkan bahwa kesederhanaan bukan tumbuh karena kita tidak memiliki apa-apa, tetapi justru muncul karena kita memiliki banyak sekali hal yang tidak ada satupun diantaranya menjadi pantas untuk disombongkan. Sebagai penutup, mudah-mudahan hal yang kecil ini dapat menjadi samudera pemahaman bagi kita semua untuk selalu rendah hati dalam bersikap, sehingga kedamaian mewujud dengan ikhlas.

1 komentar:

  1. rendah hati?
    apakah dpt ada tnp disertai tinggi hati?
    dapatkah kita mendapat hal yg ideal dlm hdp ini
    apabila kita memberi sedekah pada org lain, namun di sisi lain kita juga mencuri dari org lain, meski kita selalu mengatas-namakan "keadaan mendesak"
    tdk munafikkah kita?

    BalasHapus