Hidup bukan tentang perjalanan kaki, tetapi perjalanan hati. Bukan tentang yang paling cepat, tapi yang paling dekat.
Sabtu, 03 Oktober 2009
Ketika Air sedang Mengajar (Part 2)
Thanks to Dr. Masaru Emoto..
Seandainya Bapak Masaru Emoto membuka blog ini dan memahami isinya, aku sangat terharu karena tulisan ini aku dedikasikan secara khusus kepada beliau dan secara umum kepada siapapun yang dengan sengaja atau tidak telah mengklik judul di atas.
Dari semua catatan yang telah aku buat, catatan ini yang paling berkesan. Bukan karena judulnya adalah lanjutan dari catatan sebelumnya, bukan karena aku penggila air, bukan juga karena ingin menyaingi Kang Habib yang telah menelurkan karya berjudul Ketika Cinta Bertasbih..(lho?), tapi karena telah aku buktikan sebelumnya bahwa ada satu kekuatan yang bisa mengubah segalanya.
Bukan tanpa alasan aku mengucapkan terima kasih kepada Dr. Masaru Emoto. Penelitiannya tentang air menunjukkan bahwa air membentuk kristal heksagonal paling indah jika diberikan kata “cinta dan terima kasih” dan tidak membentuk apapun atau malah menjadi kacau ketika diberi kata “kamu bodoh”. Bagaimana caranya? Pertama, air dimasukkan ke dalam botol gelas, lalu diberikan informasi ke air tersebut seperti sebuah kata, gambar, atau musik. Kedua, air diletakkan pada beberapa buah cawan petri (bagi yang bukan orang kimia silahkan search “cawan petri” pada Google agar diperoleh gambaran yang lengkap, terima kasih) berukuran diameter 5 cm. Ketiga, cawan-cawan ini dibekukan dalam freezer dengan suhu -25 derajat celcius atau lebih rendah. Tiga jam kemudian cawan-cawan tersebut dikeluarkan, maka terbentuk butir-butir es dengan bagian tengah yang membulat akibat tekanan permukaan. Setiap butir es lalu dilihat di mikroskop. Untuk melihat foto-foto kristal air yang telah diberikan informasi tertentu, silahkan membeli buku karya Masaru Emoto yang berjudul The True Power of Water di toko buku terdekat (bukan promosi, hanya menyarankan saja).
Tidak ingin kalah dengan pak Masaru, pada tanggal 28 Juli 2009 aku pun mencoba penelitian yang hampir mirip. Karena aku tidak memiliki mikroskop seperti yang dimiliki pak Masaru, maka objek penelitiannya diganti, bukan air, tetapi roti tawar. Roti tawar dipotong kecil-kecil dan dimasukkan ke dalam 3 botol yang telah dicuci bersih sebelumnya. Botol pertama diberi label “kamu bodoh”, botol kedua tidak diberi label, sedangkan botol ketiga diberi label “terima kasih”. Ketiga botol kemudian ditutup rapat.
Hampir setiap hari botol itu kupandangi. Sesekali kupegang sambil kuucapkan dalam hati secara berulang-ulang kata-kata seperti pada labelnya masing-masing dengan penuh keyakinan dan keseriusan. Untuk botol yang tidak ada labelnya, aku tidak pernah menyentuhnya apalagi memberikan informasi berupa kata-kata. Hari demi hari berlalu hingga akhirnya aku sampai juga pada tanggal 3 Oktober 2009. Aku kaget, hampir tidak bisa berkata-kata. Sungguh, aku hampir tidak percaya. Mudah-mudahan gambar di bawah cukup menjelaskan.
Tidak perlu banyak berbicara. Cukuplah bentuk dan warna roti yang menjelaskan. Saudaraku, semua materi di dunia ini bisa berubah. Tidak ada yang kekal selain perubahan itu sendiri. Penelitian kecil ini mudah-mudahan menyadarkan kita semua akan kekuatan doa dan kebesaran Tuhan. Dr. Masaru Emoto telah membuka pikiran kita semua. Bukan tanpa alasan beliau memilih air sebagai objek penelitian karena air adalah penyusun utama tubuh kita. Pilihan sudah ada di depan mata, kita tinggal memilihnya. Tetap mengumpat atau terus bersyukur. Sebagai pesan terakhir, jangan lupa berdoa sebelum makan dan minum agar tubuh kita tetap sehat karena di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang sehat pula. Salam olahraga….(“,)!!!!!
selsurya.blogspot.com
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
keren deh penelitian loe
BalasHapustolong kasih penjelasan ilmiah dong
BalasHapusaq masih belum paham koq bisa kayak gt
sepertinya magic banget gt loh
kayaknya kurang ilmiah gt