Rabu, 21 Oktober 2009

Doa adalah Katalis Terbaik..


Tulisan ini terinspirasi dari pertanyaan seorang teman tentang mekanisme reaksi yang terjadi pada roti yang telah diberi label "terima kasih" dan "kamu bodoh" (percobaan dengan menggunakan roti ini tertuang dalam catatanku yang berjudul "Ketika Air sedang Mengajar (Part 2)"). Tidak mudah menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan mekanisme reaksi, apalagi bahan yang aku gunakan sebagai objek penelitian hanyalah 3 potong roti. Banyak faktor pendukung yang dibuat tidak berbeda satu sama lain (berat roti, kondisi botol, dan kondisi tempat penelitian). Perbedaannya hanya terletak pada label dan kata-kata yang diberikan. Dan sekarang, aku akan mencoba menjawabnya melalui pendekatan teori katalis.
Katalis adalah suatu zat yang berperan sebagai pemercepat reaksi dengan cara menurunkan energi aktivasi reaksi tersebut. Dengan kata lain, katalis adalah pihak ketiga yang menyebabkan suatu reaksi berjalan lebih cepat daripada seharusnya (tanpa diberi katalis). Bila pengertian di atas masih terlalu rumit, anggaplah katalis sebagai "makcomblang" yang menyebabkan terjalinnya hubungan satu orang dengan orang lainnya menjadi lebih cepat. Dalam menjalankan tugasnya, katalis pun mengambil bagian dalam reaksi, tetapi tidak mengalami perubahan kimia yang permanen (be careful Guys!). Mengingat perannya sebagai "makcomblang" inilah, maka proses pemilihan katalis menjadi sangat penting adanya.
Konsep di atas merupakan konsep katalis berbasis materi (zat). Terkait dengan "percobaan roti", aku akan mencoba memaparkan sebuah konsep yang aku beri nama konsep katalis berbasis energi. Perbedaan kedua jenis katalis ini terletak pada wujudnya saja, namun memiliki fungsi yang sama, yaitu mempercepat reaksi dengan cara menurunkan energi aktivasinya. Satu-satunya hal yang paling tepat untuk memaparkan konsep katalis berbasis energi ini adalah DOA. Doa adalah sepaket energi yang kita keluarkan dari lubuk hati menuju Energi Yang Maha Besar. Hati (Heart) merupakan pemancar energi yang sangat potensial dalam diri kita. Penelitian yang dilakukan HeartMath Institute menunjukkan bahwa medan magnet dari hati bahkan 5000 kali lebih kuat daripada yang ditimbulkan oleh otak (Franckh, 2009)
Agar dapat dibawa ke dunia luar, energi dari hati ini membutuhkan sebuah media. Media yang dimaksud terkenal dengan beberapa nama, diantaranya: medan kuantum, medan matriks, atau kuantum hologram. Medan energi ini memungkinkan kita terhubung dengan apapun dan dengan siapapun, secara sadar atau tidak. Menjadi jelaslah bahwa doa memberikan suatu mekanisme reaksi tersendiri terhadap sesuatu dan bekerja dalam dimensi energi.
Mohon maaf bila konsep ini mengaburkan perihal teknis karena bagaimanapun juga alam semesta tidak diciptakan untuk bisa dimengerti hanya oleh logika. Biarlah logika dan perasaan menempatkan dirinya masing-masing dalam memaknai hidup ini. Logika tanpa perasaan hanya akan mendatangkan keangkuhan, sedangkan perasaan tanpa logika menyebabkan kerapuhan. Bersyukurlah kita yang telah dianugerahkan-Nya logika dan perasaan ini.

2 komentar:

  1. "Biarlah logika dan perasaan menempatkan dirinya masing-masing"
    Kurang tepat, seharusnya biarkan logika dan perasaan melebur mjd satu shg membentuk suatu pribadi yg kuat lahir batin

    BalasHapus
  2. gt y mekanismenya
    okay deh, bs diterima

    BalasHapus