Senin, 24 November 2014

Tinggi-Rendah

Mohon maaf saya menggunakan kata "tinggi" dan "rendah" pada status ini. Tidak bermaksud untuk menyinggung siapapun atau pihak manapun, hanya ingin mengajak untuk saling bercermin, saling belajar, saling memberi inspirasi, dan saling memuji.
Ada orang yang pendidikannya rendah, tapi ulet dan tekun dalam membangun usaha, akhirnya sukses dan bisa memperkerjakan banyak orang yang bahkan pendidikannya lebih tinggi. Ada orang yang pendidikannya tinggi, memanfaatkan kepintarannya untuk berkarya, memberi inspirasi bagi banyak orang, menjual sesuatu yang bermanfaat, dan akhirnya hidup berkelimpahan, namun tetap rendah hati.
Ada orang yang pendidikannya rendah, malas, tidak suka belajar, sukanya mengkritik, membenci orang-orang kaya, hidupnya serba kekurangan, dan menganggap itu adalah nasib yang harus diterima dengan ikhlas. Ada orang yang pendidikannya tinggi, dan dengan kepintarannya senang mengkritik, menjatuhkan orang lain, menjalankan usaha hanya untuk meraup keuntungan pribadi, sombong, dihujat banyak orang, dan senang dengan kepopuleran seperti itu.
Ada begitu banyak orang di dunia ini, dengan berbagai latar belakang pendidikan dan pekerjaan. Pendidikan itu penting, namun yang utama tentu kebermanfaatan untuk sesama. Tinggal "kacamata" apa yang kita gunakan dalam melihat hal-hal tersebut. Kalau memang niatnya mengkritik, orang sebaik apapun selalu bisa dicari "titik lemahnya". Kalau niatnya belajar, bahkan kita bisa belajar dari anak kecil yang belum bersekolah. Ini semua tentang niat. Seperti sebuah ungkapan yang cukup lucu, "Kalau Anda baru belajar tentang palu, semua orang akan terlihat seperti paku!"
Orang-orang pintar dan berpendidikan tinggi (seharusnya) bisa terlihat dari caranya menyederhanakan sesuatu yang kompleks, bukan malah merumitkan sesuatu yang sederhana agar terkesan canggih. Dan ini perlu kita ingat bersama, bahwa orang berpendidikan tinggi yang hanya bekerja demi keuntungan pribadi tentu tidak lebih baik daripada orang yang pendidikannya rendah, namun mendedikasikan dirinya untuk membangun masyarakat yang lebih baik. Dalam dimensi "memberi manfaat" tersebut, dualitas "tinggi-rendah" seharusnya sudah saling meluruhkan satu sama lain. Sudah tidak menjadi persoalan yang perlu menjadi bahan perdebatan. Lebih baik kita saling mendukung satu sama lain dan berkarya..berkarya..berkarya!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar