Minggu, 11 Januari 2009

Jangan Lupa Pakai Helm!!

Hari ini selasa yang setengah cerah setengah mendung. Entah mengapa matahari menjadi benda langit yang kehilangan kejantanannya dan lebih memilih menutupi mukanya di balik tirai putih awan. Sungguh pemandangan yang membuat molekul-molekul air lebih nyaman berada dalam pakaian-pakaianku daripada harus merubah wujudnya menjadi uap-uap tak terlihat di udara. Andai kuputuskan untuk melaundrynya saja, pasti akan cepat kering!

Walaupun serba setengah, aku tidak akan mengantarkan Ida ke PolRes dengan setengah hati. Mendengar kata-kata yang berhubungan dengan kepolisian sering membuatku agak bingung. Bingung harus bersikap seperti apa di depan polisi; bingung dengan struktur organisasinya; dan bingung kenapa lampu lalu lintas selalu berwarna merah, kuning, dan hijau.

Terlepas dari itu semua, naluri pertemananku bangkit saat mendengar Ida kehilangan buku tabungan. Dengan gagah perkasa aku mengantarkannya menyusuri Keputih dan Gebang dengan sepeda motor andalanku semenjak SMA, Supra X. Tidak ada hambatan yang berarti selama di perjalanan. Polisi tidur kulewati dengan sangat mulus, tikungan yang ada tak mampu membuat stang motorku bergetar, lubang-lubang jalan akibat truk-truk nyasar masuk kampus tak mampu menjebak roda motorku untuk masuk ke dalamnya. Empat puluh merupakan angka yang aku pilih untuk kecepatan motorku hari ini. Angka ini cukup ideal untuk membonceng seorang cewek diiringi obrolan-obrolan ringan tentang perkuliahan dengan sesekali semilirnya angin membuat rambutku mulai berontak terhadap aturan yang aku tetapkan dengan sisir. Tapi, semuanya indah kok….!

Jarak Gebang dari Keputih tidak begitu jauh. Andai saja Ida mau sedikit agak berkeringat, perjalanan ini mampu ditempuhnya dalam waktu 30 menit dengan berjalan santai sambil mengisap lollipop. Untung saja dia termasuk kedalam ketegori orang beruntung yang mempunyai teman seperti aku….hehe.

Sesampainya di kantor polisi, nuansa heroik langsung terasa di sekujur tubuhku. Gedungnya yang didominasi warna cokelat membuka kembali kenanganku akan bangunan-bangunan sejarah masa lampau, akan pahitnya perang Diponegoro dan perang Padri, akan getirnya penindasan Belanda dan Jepang, dan akan suramnya kehidupan jaman purba (kok jadi pelajaran sejarah?!?!). Kupastikan semuanya baik-baik saja sebelum akhirnya kita berdua masuk ke dalam (yaiyalah, masa’ masuk ke luar!). Motor sudah terparkir di tempat yang disediakan, pakaian rapi, tampang innocent, tidak membawa senpi (senjata api)…”Ok, kita masuk!!” perintahku.

Sesampainya di dalam, kita langsung bertatap muka dengan pak Eliyanto. Jangan kaget mengapa aku tahu namanya karena membaca papan nama di baju polisi bukan hal yang sulit bagiku. Berikut ini adalah kutipan percakapan dengan pak Eliyanto yang sempat aku ingat:

“Selamat pagi, Pak!!” (dengan muka penuh percaya diri dan berwibawa ala mahasiswa ganteng.)

“Selamat pagi!” (dengan muka yang menunjukkan bahwa ia adalah polisi senior yang sering menggertak maling-maling ayam.)

“Kami bermaksud mengurus surat berita kehilangan. Mungkin Bapak bisa bantu?!” (dengan nada yang melankolis dan dimulai dengan kunci A minor.)

“Kehilangan apa?” (nadanya naik satu oktaf dari nada awal dan sedikit fals.)

“Kehilangan buku tabungan, Pak!” (Ida menjawab dengan begitu sopan.)

“Tadi dateng dari mana?” (pertanyaan yang udah keluar alur nih!)

“Dari Keputih.” (tetep dengan nada bicara cewek sopan!)

“Walaupun dari Keputih, tetep harus pake helm. Kalian kan mahasiswa, seharusnya bisa memberi contoh yang baik kepada masyarakat. Jangan bisanya hanya protes saja! Orang yang tidak membawa helm saat berkendaraan di jalan saja langsung kami bawa ke kantor, kalian malah jelas-jelas bersepeda motor ke kantor polisi tanpa membawa helm!!” (harus Dewa Budjana yang mencari kuncinya karena nadanya naik turun dan menukik tajam menembus dinding hatiku)

“?!?!@ Kami mohon maaf, Pak!!” (mulai terdengar fibrasinya.)

“Kalau di kantor polisi lain kalian tidak akan dilayani!!” (lirik penutup yang begitu dalam.)

Pak Eli masuk ke ruangannya dan diikuti dua bocah yang masih shock karena mendapat kultum (kuliah tujuh menit) pagi hari.

Setelah menjawab semua pertanyaan yang diajukan, Ida dapat langsung menerima surat bukti kehilangan yang dibuat pak Eli. Senangnya hatiku turun panas demamku…senangnya oh senangnya!!!

Setelah mengucapkan terima kasih, kami pun bergegas pulang dan tidak lupa mengingat dengan kuat nama tempat ini. Aku benar-benar mendapatkan pelajaran moral yang sangat berharga hari ini. Aku menjadi tahu bahwa untuk mengurus surat berita kehilangan kita harus membawa 2 benda penting, yaitu kartu identitas dan helm.


1 komentar:

  1. eh, tulisan loe gokil abis ya
    keren-keren
    baru nyadar nih gw, ternyata loe tuh ye, orang paling narsis yang pernah gw temui deh
    semangat terus ya jadi mawapres-nya...

    BalasHapus